35. Karena Sebuah Kesalahfahaman

57 17 58
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Minta tolong baca note, karena ada yang aku tanyain. Terimakasih 💚💚

"Keluarga dari pasien bernama Freya ??" Panggil sang dokter yang langsung membuat Kia terbangun dari duduknya.

"Dia...tadi saya yang bawa kesini dok. Bagaimana keadaannya ??" Tanya Kia dengan wajah yang sembab dan sayu. Matanya mengantuk, tapi dia tidak bisa tidur. Rasa khawatirnya lebih mendominasi dari rasa ngantuknya. Mark berdiri dibelakang Kia untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang akan terjadi pada Kia nanti.

"Maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, kondisi pasien sudah sangat parah. Pendarahannya sudah tidak bisa dihentikan lagi." Kia tidak bodoh untuk tidak faham dengan ucapan dokter itu. Hanya saja, dia tidak bisa menerima pernyataan dari dokter tersebut.

"M...maksudnya ?? Dia selamat kan dok ?? Dia akan baik-baik aja kan ??" Tanya Kia sambil berjalan mendekat kearah dokter tersebut. Dokter itu hanya bisa menunduk dan mengatakan kata maaf. Mark yang faham dengan situasinya langsung memeluk Kia lagi dan membiarkan Kia menangis didalam pelukannya dan membuat bajunya basah.

"Saya sarankan untuk segera menghubungi keluarga korban dan menjelaskan semuanya. Jenazah akan segera diurus oleh pihak rumahsakit." Ucap dokter tersebut yang diangguki oleh Mark.

Mark berterimakasih tanpa membiarkan Kia lepas dari pelukannya. Gadis itu masih merasa terpukul karena kepergian Freya. Memang, dulu mereka sempat tidak akur. Tapi permintaan maaf Freya pada Kia dan niat baik Freya lah yang membuat Kia jadi merasa sangat kehilangan. Apalagi dia yang menyaksikan bagaimana Freya jatuh dari rooftop gedung sekolah.

"Bang, dokternya bohong kan bang ??!! Freya gapapa kan bang ?? Jawab bang jangan diem aja !!" Teriak Kia histeris. Dia menangis semakin keras didalam pelukan Mark. Dia bingung harus menjelaskan bagaimana pada keluarga Freya. Pasti dia yang akan disalahkan nantinya.

"Kamu sabar ya dek. Jangan kayak gini. Freya pasti sedih kalo tau kamu kayak gini. Kamu tadi bilang kan ke abang, kalo Freya bilang ini semua bukan salah kamu. Jadi memang benar ini bukan salah kamu. Nanti abang bantu jelasin ke keluarganya Freya ya." Ucap Mark masih memeluk Kia.

Tidak ada jawaban. Hanya isakan yang berasal dari Kia. Tapi isakan itu semakin lama semakin kecil. Sampai ketika Mark sudah tidak mendengar isakan itu lagi, Mark melepaskan pelukannya dari Kia. Melihat apakah Kia sudah merasa tenang. Tapi Mark dikejutkan hal lainnya.

"Yara, bangun Ra !! Yara !!" Ucap Mark sambil menepuk-nepuk pipi Kia. Kia pingsan karena terlalu shock dengan kabar yang dia terima tadi. Mark langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Kia.

Mark menunggu di ruang tunggu. Dia masih belum mengabari siapapun tentang ini. Ayah, bunda bahkan Jeno masih belum tau tentang hal ini. Dia tidak menghubungi Jeno karena dia takut membuat adiknya khawatir. Apalagi sekarang Jeno tidak ada di Jakarta, tapi di Jogja. Dan kegiatan study bandingnya pasti belum selesai. Karena besok adalah hari terakhir. Iya besok, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Atensi Mark teralihkan dengan dering ponsel yang berasal dari ponsel milik Kia. Mark melihat nama yang tertera di layar ponsel itu dan mengernyit bingung.

"Siapa cowok gila ??" Gumam Mark kemudian dia membiarkan panggilan itu karena dia tidak ingin siapapun tau lebih dulu tentang ini. Apalagi kondisi Kia masih belum memungkinkan. Mark kemudian mematikan ponsel milik Kia dan memasukkan kembali ponsel itu kedalam tas milik Kia.
































Nothing Impossible (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang