Setelah bel pulang sekolah berbunyi Satya dan Aurora melajukan motornya menuju rumah sakit karena memang Aurora ingin mengecek kondisi kesehatan setelah seminggu ia sudah diperbolehkan pulang.
Kondisi di lobby rumah sakit sedikit lenggang entahlah intinya rumah sakit sedikit lebih sepi hanya ada tim medis yang berlalu lalang.
Aurora turun dari motor Satya, gadis itu memang tidak memakai helm alasannya ia hanya ingin menikmati angin yang menerpa wajahnya sedangkan Satya tengah melepaskan helmnya setelah itu ia turun dan menggenggam tangan Aurora.
Aurora menoleh dan mendapati Satya tersenyum hangat padanya. Aurora sangat suka dengan senyum itu karena tidak semua orang yang menampakan senyum yang tulus kadang senyuman itu terlalu memanipulasi.
Satya adalah orang pertama yang tersenyum padanya bukan senyuman mengejek, senyum kasian dan lain sebagainya melainkan senyuman yang sangat tulus diberikannya. Selain itu bagaimana cara Satya menggenggam tangannya begitu lembut seperti memberikan ketenangan, kekuatan dan juga seperti memberinya perlindungan hingga dengan pantas jika Aurora merasa sangat nyaman dengan Satya.
Mereka berdua masuk ke dalam lobby rumah sakit lebih tepatnya di ruang tunggu, Satya bertanya pada salah satu suster untuk menanyakan apakah dokter Gera ataupun dokter Wanda ada atau tidak.
Dokter Gera dan dokter Wanda adalah pasangan kekasih yang mana dokter Wanda merupakan dokter umum sedangkan dokter Gera adalah dokter bedah entah bagaimana pertemuan mereka yang satu dulunya sangat cuek sedangkan yang satu sangatlah periang saat pertama kali bertemu dengan dokter Gera dia sangatlah pendiam jika diajak mengobrol namun lambat laun ia sedikit mulai berbaur.
"Dokter Gera sedang memeriksa salah satu pasien kalian tunggu saja di ruangannya" ucap suster itu.
Satya mengangguk dan mengucapkan terima kasih ia sangat kenal dengan beberapa tim medis disini jelas saja karna jika ada apa apa sudah dipastikan mereka adalah orang yang selalu mengunjungi rumah sakit ini untuk berobat.
Namun saat dirinya akan menuju ruangan dokter Gera, Aurora melihat Savian, Lyta dan juga Endy yang berada di salah satu kursi tepat di depan salah satu ruang perawatan.
Aurora menatap keluarganya sendiri dari jarak yang cukup jauh namun jujur ia tidak memiliki keberanian untuk mendekati mereka bagaimana tidak mereka menerima kehadiran Aurora saja tidak pernah.
Tetapi saat Aurora menatap mereka ternyata Savian menoleh hingga tatapannya mengarah pada Aurora. Savian lalu bangun dan mendekati Aurora dengan begitu tergesa gesa entah apa yang akan dia lakukan namun saat mendekat suara tamparan begitu nyaring terdengar hingga membuat Satya yang melangkah jauh membalikkan badannya dan melihat pria paruh baya menampar sahabatnya begitu keras di area rumah sakit.
Satya langsung berlari mendekati sahabatnya yang mematung dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya sendiri mungkin dia terlalu syok bahkan dia tidak tau apa apa mengapa sang ayah menamparnya.
"KEMANA SAJA KAMU HAH BARU TERLIHAT, TAU APA KAMU HAH ADIKMU HAMPIR SAJA MATI KARNA TIDAK ADA PENDONOR GINJAL SEDANGKAN KAMU BERSENANG SENANG DILUAR SANA" bentak Savian.
Aurora diam tak menanggapi bagaimana ia bisa menjelaskan saat papanya sendiri terbelenggu oleh kemarahan jika melawan maka yang ada dia akan terus disudutkan oleh hal hal yang tidak pernah terjadi.
"Om apa apaan nampar anak sendiri" ucap Satya saat berada di sebelah Aurora menatap Savian dengan mata yang sangat tajam.
"Oh ternyata kamu sama temen kamu yang gak jelas ini, pantas saja kamu menjadi anak yang tidak penurut dan membuat masalah itu karena pergaulan kamu yang seperti ini pantas saja" remeh Savian membuat Aurora emosi seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
L A Z A R O
Teen FictionTentang seseorang yang tidak pernah dihargai dalam keluarganya karena suatu alasan yang tidak bisa dipahaminya sampai saat ini, yang mana membuatnya selalu merasa kesepian. Dia adalah gadis yang terlihat buruk di mata keluarganya namun sangat diharg...