Sudah selama beberapa minggu ini Satya seakan mencurigai sikap Aurora yang terbilang tertutup padanya. Entahlah dia benar benar penasaran dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu beberapa kali ia memergoki Aurora yang tengah mengalami mimisan dengan wajah yang amat sangat pucat.
Seperti saat ini tadinya Satya ingin mengajaknya pulang bersama namun ditolak oleh Aurora ia berkata bahwa dirinya sedang ada urusan yang tidak bisa ia tunda. Maka Satya mengiyakan dan memilih untuk pergi terlebih dahulu namun ia tidak benar benar pergi ia masih mengawasi Aurora yang tengah mencari angkutan umum.
Setelah mendapat Aurora lalu masuk dan angkot itu mulai berjalan. Satya lalu mengikuti angkot itu dengan jarak yang terbilang aman jadi Aurora tidak tau bahwa ia mengikutinya.
Akhirnya beberapa saat kemudian angkot itu berhenti pada sebuah rumah sakit yang sangat Satya kenal karena memang jika terjadi sesuatu rumah sakit inilah yang menjadi andalan.
Satya buru buru mencari tempat parkir untungnya keberuntungan berpihak padanya karena terdapat lahan parkir yang kosong.
Dengan segera Satya mengekor Aurora yang ternyata ia menemui dokter Gera. Agar mendengar percakapan mereka berdua Satya mendekatkan diri namun masih jarak yang aman agar mereka berdua tidak menyadari keberadaannya.
"Maaf kak" ucap Aurora.
Terlihat bahwa dokter Gera mengehela nafasnya panjang lalu menatap Aurora dengan pandangan khawatirnya.
"Kamu udah hampir sebulan lebih gak kesini kondisi kamu belum stabil jika sering bolong bolong gini kakak kasih tau keluarga Raka" ujar Gera.
"Jangan gue gak mau bikin mereka khawatir"
"Tapi kakak yang khawatir sama kamu tau gak jaga kesehatan gini"
"Baper jangan?"
"Masih bisa bercanda lagi, wajah kamu udah pucet ayo sekarang aja kakak gak yakin kamu bisa jalan lagi"Aurora mengangguk ia mengulurkan tangannya agar dokter Gera menuntunnya untuk berjalan, mereka menuju sebuah ruangan lalu masuk ke sana.
Satya juga mengikuti langkah mereka berdua namun tepat saat berada di depan dimana ruangan yang dimasuki oleh Aurora dan dokter Gera rasa penasarannya menyeruak.
Ia masih berpikir haruskah ia masuk kedalam atau tidak. Jujur hatinya mendadak menjadi gelisah jika ia masuk akan mengganggu prosedur dokter tapi jika tidak yang ada hatinya malah tidak tenang.
Akhirnya setelah bergelung dengan hati dan pikirannya Satya memilih untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Saat dirinya masuk alangkah terkejutnya dirinya kala melihat Aurora yang terbaring dengan selang yang menancap pada lengannya.
"Apa ini?" tanya Satya menegang.
Aurora dan dokter Gera langsung menolehkan pandangannya ke arah pintu menampilkan wajah syok Satya. Tubuh Aurora menegang rasa panik membelenggu tubuhnya refleks ia memegang tangan dokter Gera.
Dokter Gera juga sama terkejutnya melihat kedatangan Satya yang secara mendadak namun dengan segera ia menenangkan Aurora yang memegang tangannya sangat erat.
"Sudah saatnya" ucap dokter Gera mengangguk ia mencoba melepaskan genggaman tangannya dan mencoba meyakinkan pada Aurora bahwa sudah saatnya ia menceritakan ini semua.
"Apa yang terjadi kenapa lo-" ucapan Satya menggantung ia tak mampu berkata kata lagi ia benar benar syok pada kondisi ini.
Kemudian dokter Gera menghampiri Satya ia menepuk bahu Satya menenangkan Satya yang ia anggap sedang mengalami syok. Satya menatap dokter Gera dengan pandangan seakan akan membutuhkan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Aurora sedang menjalani cuci darah" ucap dokter Gera.
Mendengar kata cuci darah Satya terkejut ia membulatkan bola matanya lalu menoleh pada Aurora yang menatapnya dengan pandangan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L A Z A R O
Teen FictionTentang seseorang yang tidak pernah dihargai dalam keluarganya karena suatu alasan yang tidak bisa dipahaminya sampai saat ini, yang mana membuatnya selalu merasa kesepian. Dia adalah gadis yang terlihat buruk di mata keluarganya namun sangat diharg...