2_Diawasi Malaikat?

115 9 12
                                    

Sudah setengah putaran Aurora berlari mengelilingi lapangan kira kira 7 putaran lah, entahlah dirinya pun lupa karna fokusnya terbagi antara berlari dengan menghitung untungnya pak Hamdan yang selalu membantu menghitungnya. Baik sekali bukan? Sekiler kilernya guru itu masih dengan baik hatinya menghitung setiap putaran lari Aurora. 

Pak Hamdan benar benar mengawasi Aurora hanya saja sepertinya pak Hamdan mulai bosan untuk mengawasi satu siswi yang bermasalah apalagi siswi tersebut sudah menjadi langganannya.

Akhirnya Pak Hamdan menyuruh salah satu siswa yang kebetulan melakukan olahraga untuk memanggil siswa yang menjadi kepercayaannya di SMA Dirgantara.

Orang itu adalah Sakha Berlin Andhika dan Nohan Patra yang merupakan ketua osis dan wakil SMA Dirgantara. Nohan adalah wakil ketua osis yang memiliki perawakan tinggi namun agak sedikit jangkung, wajah yang tampan dan banyak digemari oleh para siswi tentu saja ia banyak memiliki fans fanatik. Namun ia memiliki sikap sensian hanya pada Aurora entah kenapa lelaki ini sangat tidak menyukai Aurora apa jangan jangan karna sikapnya yang jauh dari kata baik dan disiplin rasanya tidak mungkin tapi Aurora menduga bahwa lelaki itu sedang pms.

Tak jauh dengan Nohan si ketua osis Sakha juga memiliki tubuh yang tinggi tegap, wajah tampan dengan rahang yang tegas dan tatapan tajamnya yang mampu membuat para siswi histeris padahal tatapannya termasuk mengintimidasi tapi satu kelebihannya matanya itu sungguh indah makanya banyak siswi yang ingin sekali dekat dengan Sakha tapi ditolak oleh Sakha. Berbeda dengan Aurora yang ingin sekali mencongkel mata indah itu dia memang iri akan mata itu tapi mata itu sungguh indah dan itu tidak terbantahkan.

Oh iya Sakha sangat dingin dan cuek tapi itu hanya sebagai ketos jika ia berada di kelas sikap yang tegas, dingin dan cuek itu lenyap seketika bahkan ia akan mudah berbaur dengan teman sekelasnya. Ingat hanya temen sekelasnya. Rasis sekali. Dan satu lagi dia sangat sering mengenakan masker entah karna virus atau ingin sekali memperlihatkan mata yang begitu indah yang dimilikinya.

"Permisi pak, apa bapak memanggil saya dan Nohan?" tanya Sakha pada pak Hamdan.

"Iya kebetulan sekali bapak memanggil kalian untuk mengawasi Aurora yang menjalankan hukuman seperti biasa jangan sampai berbuat ulah dan kabur" ucap Pak Hamdan.

"Loh pak kok dia lagi saya bosen kalau mengawasi dia terus apalagi hanya mengawasi satu siswa sampai meninggalkan mata pelajaran" protes Nohan.

"Kalau kamu tidak mengawasi Aurora bisa saja bapak pecat kamu menjadi wakil, untuk mengawasi dia butuh tenaga ekstra apa kamu lupa berapa banyak ulahnya? Itu tanggung jawabmu sebagai osis jika ada siswa yang bermasalah osis senantiasa membantu guru" ucap Pak Hamdan.

"Iya pak saya akan mengawasi Aurora" pasrah Nohan.

"BAPAK PECAT AJA NOHAN PAK PECAT SAYA DENGAN IKHLAS JIKA BAPAK MEMECATNYA" teriak Aurora heboh sambil berlari.

"Lo lari aja jangan ngebacot" balas Nohan.

"Tuh kan pak masak waketos ngomong kayak gitu kasar ihhh"

"Sudah kalian ini kebiasaan bertengkar terus, oh iya Sakha ingat awasi dia dan hitung berapa kali dia berlari" ucap pak Hamdan.

Mendengar perintah pak Hamdan Aurora kemudian berlari mendekati pak Hamdan lalu memegang lengannya. Aurora memunculkan wajah memelasnya. Sungguh ia tidak suka jika diawasi oleh kedua lelaki yang mempesona berwajah tampan seperti malaikat lebih tepatnya malaikat pencabut nyawa. Yang satu sangat sensian ucapannya yang menyulut emosi sedangkan yang satunya seperti kutub selatan dingin banget kalau ngomong berasa ngomong sama makhluk halus "ada tapi tak dianggap, pas dianggap malah kaget".

L A Z A R OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang