Aurora kini tengah berada di cafe milik Satya karena liburan sekolah kali ini menjadi hal yang menyenangkan dan juga membosankan bagi Aurora.
Menyenangkannya karena Aurora bisa berkegiatan yang memacu adrenalin karena anggota Lazaro ingin berlibur ke tempat yang memiliki tantangan. Membosankannya karena Aurora masih harus dipantau dengan obat obatan karena terakhir kali ia masuk ke rumah sakit belum lagi liburan akan segera usai.
Saat ini Aurora tengah membuat sebuah kopi untuk salah satu pelanggannya dan memang Aurora sangat senang jika dia harus meracik kopi tapi jika ia disuruh meminumnya pasti akan menolak.
Anggota Lazaro memang diperbolehkan untuk membantu di cafe ini mulai dari melayani, meracik minuman, membuat makanan ataupun hanya sekedar nongkrong namun jika ingin bekerja mereka harus memakai apron khas sebagai seragam sementara pegawai tidak tetap.
"Tadi pelanggan bilang kopi harus lo yang anterin" ucap sang owner.
"Modus dia Sat, ya lagian lo ngapain kasih" ujar Aurora malas.
"Ck dia mau pdkt kali terima aja" ucap Satya mengedipkan sebelah matanya lalu pergi dari hadapan Aurora.
Setelah selesai meracik kopinya ia menaruhnya di nampan dengan pesanan sang pelanggan lainnya dengan segera Aurora mengantarkannya ke meja.
"Selamat menikmati" ucap Aurora lalu pergi meninggalkan meja itu namun saat dirinya hendak pergi tangannya dicekal oleh seseorang dan menariknya dengan kuat hingga membentur tubuh seseorang.
"Hai" ucap orang itu memeluk tubuh Aurora dengan erat.
"Sa-Sakha ngapain" tanya Aurora.
"Gue kangen sama lo, sekalian lo harus bantu tugas osis gue" ucapnya.
Aurora memberontak hingga pelukan itu terlepas dan menatap tajam Sakha, dia datang hanya ingin membantu untuk osis kenapa tidak dengan sahabatnya itu yang menjadi waketos sedangkan dirinya hanya sebagai asisten Ketos.
"Ayo" ajak Sakha.
"Eh kemana" tanya Aurora.
"Bantu gue buat ngurus osis" ucap Sakha.
Sakha menarik tangan Aurora dan dengan tangan satunya membawa totebag. Saat ditarik Aurora berontak karena ia masih dalam jam bekerja maka dari itu ia menolak Sakha.
"Eh bentar duh gue masih jam kerja" ucap Aurora.
"Bawa aja Kha gue ijinin sana jaga baik baik" ucap Satya.
"Bangsat lo. Gue gak mau jadi babu aaaa....." pekik Aurora namun Sakha masih belum melepaskan tangan Aurora melainkan ia membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Akhirnya Aurora pasrah untuk masuk kedalam mobil Sakha dan duduk di sebelah pengemudi karena bagian belakang kursi penumpang terdapat berbagai macam peralatan namun Aurora memilih cuek dan memfokuskan pandangannya pada jalanan kota.
Sakha yang melihat ekspresi Aurora terkekeh geli sesama orang datar pasti akan tau ekspresi wajah itu menurutnya hanya menebak jika saat ini suasana Aurora sangat kesal.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam ditemani oleh suara musik yang mengalun indah sehingga tidak terlalu merasa canggung bahkan perjalanan pun tidak terasa hingga sampailah mereka di sebuah rumah minimalis dengan dua tingkat.
Aurora mengernyitkan dahinya pertanda bingung karena untuk apa Sakha membawa dirinya ke sebuah rumah dan pertanyaan yang terbesarnya adalah ini rumah siapa?
Sakha turun dari mobil sedangkan Aurora memilih untuk tetap di dalam mobil melihat situasi ini dia benar benar masih bingung dengan Sakha. Sakha melihat jika Aurora belum mau keluar dari mobil maka Sakha berinisiatif membuka pintu untuk Aurora dan sedikit memaksa tubuh Aurora untuk keluar dari mobil dan menutupnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
L A Z A R O
Novela JuvenilTentang seseorang yang tidak pernah dihargai dalam keluarganya karena suatu alasan yang tidak bisa dipahaminya sampai saat ini, yang mana membuatnya selalu merasa kesepian. Dia adalah gadis yang terlihat buruk di mata keluarganya namun sangat diharg...