Entah sudah beberapa lama mereka berkeliling untuk bermain tentunya dalam versi Aurora. By the way Aurora tidak memberi tau Satya akan kelakuannya dan semoga dia tidak akan marah jika Aurora bermain.
Hingga sampailah mereka semua di suatu tempat yang sepi dan memiliki sedikit penghuni. Aurora turun dari motor setelah itu menyuruh mereka semua memarkirkan motornya agak jauh dari lokasi untuk mencari tempat yang aman.
Jangan lupakan Aurora memberikan pisau lipat pada Athala,Gio dan Wendy berjaga jaga dan ia mengingatkan jangan sampai membunuh orang. Berbeda dengan seniornya Harun dan Arlen yang tampak mulai gelisah.
Aurora berjalan terlebih dahulu sedangkan mereka bersembunyi di sebuah tembok yang tertutup.
Setelah berjalan terlalu masuk ia melihat sekumpulan lelaki tengah mengusik seorang wanita yang sepertinya baru pulang kerja terlihat dari pakaian kantor yang dia gunakan.
Aurora mendekati sekumpulan lelaki itu dan jika di lihat mereka adalah sekumpulan preman yang hendak menggoda wanita bahkan terlihat wanita itu hendak menangis karena kelakuan om om di hadapannya ini lebih bejad lagi pakaian wanita itu tampak berantakan dengan kancing blouse yang terlepas.
"Ck tuh bocah sekali gak nyari luka bisa gak sih" kesal Arlen.
"Udah tau punya gender cewek masih aja main kek gini, okelah ke salon berjam jam disuruh nunggu gue mau, lah kalo gini gabutnya bahaya njing lecet dikit kita kena tindas Satya. Cewek yang berani beda untung sayang" gerutu Harun sembari mengelus dada.
Sedangkan Athala, Wendy dan Gio hanya menjadi pendengar setia yang mendengar ocehan kedua lelaki yang menggerutu tentang kelakuan Aurora. Mereka juga sangat penasaran apa yang akan dilakukan Aurora tentang pelatihan mental seperti apa yang direncanakan Aurora sebenarnya.
"Hai om" sapa Aurora santai hingga para lelaki itu menatap Aurora dengan tatapan mesum mereka.
"Wah sepertinya kita akan pesta besar ada 2 cewek yang bisa disantap" ucap salah satu lelaki itu.
"Ada apa kamu kesini kamu sendirian perlu kita temani" tanyanya.
Aurora tersenyum manis sembari melipat kedua tangannya di depan dada lalu terlihat santai lagi kala dirinya duduk di sebuah pembatas tembok yang rendah lalu melipat kedua kakinya.
"Ahh itu tadi cuma iseng lewat trus liat ada kakak ini jadinya okelah main main dikit" ucap Aurora santai.
"Wah ternyata kamu sudah tidak sabar untuk bermain ya" ucap salah satu lelaki itu lalu mendekati Aurora dan hendak menyentuhnya.
"Bermain seperti ini" ucap Aurora memegang tangan lelaki itu lalu memelintirnya ke belakang dan menendang belakang lutut lelaki itu hingga bertekuk lutut hingga lelaki itu merintih kesakitan
Dengan sigap beberapa lelaki lainnya bersiaga dan menodongkan pisau, golok, cerurit dan benda tajam lainnya. Aurora hanya menatapnya dengan tenang tanpa ada rasa takut sekalipun bahkan ia tersenyum miring.
"Yah gak asik nih om masak mainannya senjata tajam semua padahal saya tangan kosong, kalo gitu tadi bawa pistol aja biar bisa kayak di game online" dengus Aurora.
"Tuhan kapan kau akan menyadarkan gadis itu" doa Harun yang masih di tempat persembunyiannya.
"Maut menanti masih aja bisa ngelawak, kalian sih pakek nantangin dia itu cewek nekat" sinis Arlen.
"Kalian bisa berantem kan?" tanya Harun dan sontak ketiga lelaki ini langsung menganggukkan kepalanya.
"Tunggu aba aba baru kita serang" ucap Harun.
Aurora masih santai saat menerima beberapa pukulan dari sekumpulan lelaki di hadapannya ini. Ia memang sedang bermain mulai dari melompat, bermain gendong gendongan dengan kedua tangannya di leher mereka namun terlihat seperti mencekik hingga membuat sang korban kehabisan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
L A Z A R O
Ficção AdolescenteTentang seseorang yang tidak pernah dihargai dalam keluarganya karena suatu alasan yang tidak bisa dipahaminya sampai saat ini, yang mana membuatnya selalu merasa kesepian. Dia adalah gadis yang terlihat buruk di mata keluarganya namun sangat diharg...