19_bertahan?

32 1 4
                                    

Hari sudah menjelang gelap Aurora tengah berdiri di salah satu kamar yang disediakan om Raka padanya. Jujur dirinya lebih nyaman disini namun satu hal lain yang mengganjal di hatinya. Aurora berpikir bahwa ini hanya rumah singgahnya bukan rumah sebenarnya.

Rumah aslinya sangat penuh kenangan dari kenangan manis, senang, sedih dan siksaan ada disana. Aksi mencaci dan mengumpat sudah dialami, yang melindunginya ada, hanya saja jika papanya bertindak kasar semuanya akan memilih untuk diam menonton.

Jika disuruh bertahan atau pergi dirinya akan lebih memilih pergi namun tidak pada kenangannya. Disanalah tercipta seorang gadis kuat yang dapat dengan cepat merubah emosi dimana ia bisa bertahan menghadapi setiap masalah yang ada.

Menciptakan raga dengan mental yang kuat sehingga saat ada yang kasar ataupun tidak adil padanya dia tidak akan menangis. Namun jujur saja Aurora akan menangis dikala sepi merundung karena jiwanya tak kuat menahan bulir bening yang menerobos turun mengalir di pipi.

Menjadi sosok yang ceria tapi bisa juga menjadi cewek yang dingin adalah hal yang simpel karena lingkungan yang mengakibatkan kepribadiannya dapat berubah dengan cepat namun setelah sekian lama pribadi yang cerialah yang timbul saat Satya menariknya dalam lubang gelap yang akhirnya menariknya ke dalam lembah pergaulan bebas.

Satya dan keluarganya memberikan pengaruh besar pada kehidupannya memberikan arti kehangatan keluarga memberikan peran tentang apa itu keluarga. Mereka merangkul Aurora dengan keramahtamahannya tanpa memandang apakah Aurora gadis yang baik ataupun buruk.

Mengenalkan arti kesabaran tentang kehidupan, mengenalkan betapa kerasnya jika kita ingin bertahan hidup. Bertahan bagaikan karang di pantai yang terus diterjang ombak namun pendiriannya tak pernah goyah.

Maka dari itu terciptalah Aurora yang dengan pendirian yang tak bisa dibantah, keras kepala dan akan melakukan apa yang ingin dia mau tapi jika orang terdekatnya menyuruhnya untuk berhenti ia akan berhenti.

Terlarut dalam perenungannya, Aurora bertekad akan kembali ke rumah penuh kenangan itu sudah seminggu lebih dia tak pulang bahkan keluarganya sendiri tak pernah mencari keberadaannya mungkin mereka sedang berpesta meriah.

Aurora turun dengan memakai celana jeans hitam dengan sweater untuk menutupi luka di lengannya yang tadi diobati oleh Satya. Setelah bersiap siap dirinya turun menuju meja makan maklum sudah waktunya untuk makan malam jadi biasanya mereka akan berkumpul bersama dengan para ART yang tinggal disini.

Aurora duduk disebelah Satya yang menyantap segelas minuman sambil memainkan ponselnya. Saat merasa kursi disebelahnya bergerak Satya mengalihkan pandangannya pada Aurora dan menatapnya penuh selidik.

"Mau kemana lo" tanya Satya.

"Kepo lo ayo makan" ucap Aurora.

Namun begitu Satya tetap menuruti perintah dari Aurora dia mengambil nasi serta lauk pauk yang tersedia malam ini begitupun dengan yang lain mereka mengambil makanannya sendiri. Di meja ini selalu dipenuhi oleh kehangatan karena disinilah mereka bisa bercerita tentang banyak hal karena saat ini semua berkumpul.

Tak ada lagi canggung antara majikan dan bawahannya semua berbaur menjadi satu tanpa membeda bedakan. Raka dan Zanna memang sangat baik mereka tak segan segan untuk berbaur dengan orang orang.

Saat dirasa waktu yang pas barulah Aurora membuka suara dikala Raka, Zanna dan Satya menatap bingung Aurora. Namun Aurora sedang gugup ia juga tak akan yakin dirinya akan pulang hari ini entah kenapa perasaannya tidak enak dengan cepat Aurora menampik perasaannya itu.

L A Z A R OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang