Cerita||10🍋

1.2K 151 3
                                    

Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
*
*
*
*
*

"Memaafkan belum tentu membuat kita lebih baik atau  bahkan merasa lebih baik, tetapi yang jelas membuka jalan kebaikan"
~Eleanor Roosevelt~

**********
Suasana canggung sekaligus panas itu membuat Arrav gugup walaupun di sisinya ada Abu yang senantiasa mengenggam tangannya lembut namun itu tak membantu sama sekali detak jantungnya berdebar kencang saat melihat tatapan dingin Arka.

"Langsung aja ya, Artha, Arka, Arsha ini Arrav Anak Abu dari Umma Ira dan.. Adik kalian." Adriel dapat melihat tangan Arka mengepal menahan gejolak amarah ia tahu putranya yang kedua itu memiliki emosi yang buruk.

"Jadi.. Abu mau kalian dapat menjaga Arrav layaknya saudara, dan mulai hari ini Arrav akan tinggal disini" Pernyataan tersebut membuat keempat pemuda itu membelalakan matanya terkejut bahkan Arrav saja tak tahu bila Abu menyuruhnya tinggal di rumah yang tiga kali lipat lebih besar dari rumahnya ini. Bagaimana kalau ia nyasar? Hadeuh polos nya Hyung.

"Abu nggak bisa seenaknya dong, seharusnya Abu bicarakan dulu sama yang lain setuju apa nggak kalau an- maksudnya Arrav bakal tinggal disini bareng kita! " Ujar Artha selaku yang tertua walaupun Arrav korban sama seperti mereka tetap saja itu tak adil.

Adriel telah menduga hal ini akan terjadi oleh karena itu ia memiliki jawaban yang pas untuk menjawab penolakan Artha. "Bagaimanapun Arrav anak Abu adik kalian, Abu nggak bisa lepas tanggung jawab begitu saja bahkan Mama kalian yang meminta Arrav untuk tinggal bersama, benar 'kan Arsha".

" Mama?, jadi Mama udah tau kalau Abu punya anak selain kita?"tanya Arka setelah sekian lama hanya bungkam. Sedangkan Arsha hanya terseyum lalu mengangguk membuat Arka maupun Artha terkejut bagaimana bisa Arsha terlihat tenang seakan ia sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Iya Mama kalian sudah tau. " Kalimat yang terucap dari bibir ayahnya itu membuat Arka geram jadi selama ini yang membuat Mama selalu menangis di malam hari dan  berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja adalah Abu, Ayahnya sendiri.

"Abu.. Bener-bener brengsek!" Emosi menguasai semuanya bener bukan Arka benar-benar marah persetanan tentang akhlak yang di ajarkan Mamanya tapi ini tentang Meylan mamanya karena di antara yang lain Arka yang paling dekat dengan Meylan, jadi saat Meylan pergi karena mengalami kerusakan ginjal akibat overdosis obat tidur Arka sangat terpukul.

"Arka! " Bentak Artha adiknya sudah keterlaluan.

"Apa?, benar 'kan buka mata lo bang Abu yang udah buat Mama sakit!" Adriel menggeleng menatap sendu Arka lalu beralih menatap Arrav yang wajahnya sudah pucat karena ketakutan.

"Arka, Artha, Abu mau bicara berdua sama kamu" Adriel menoleh menatap Arrav yang meremat tangannya seakan tak ingin ia pergi, ia hanya tersenyum lalu menatap Arsha yang di tatap mengerti lalu menggandeng tangan Adiknya itu yang mendingin.

"Arka saat waktunya tiba pasti kamu akan tau apa yang sebenarnya terjadi. Abu tau kamu masih belum bisa berdamai dengan masa lalu, jadi Abu mohon ikhlaskan Mama dan maafin Abu" Ujar Adriel tenang manik hijaunya beradu tatap dengan manik yang sama dengan miliknya.

"Artha" Panggil Adriel pada putra sulungnya, Artha hanya diam lalu mengangguk membuat Adriel tersenyum lalu menatap Arka yang masih saja keras kepala.

"Dek" Panggil Artha pada Arka, Arka menoleh mentap tak percaya Artha itu panggilan yang sudah lama tak ia dengar. Arka lalu menghembuskan nafas "Arka mau maafin Abu tapi..jangan paksa Arka untuk menerima Arrav dan maaf Arka kelepasan tadi" Adriel memandang Arka bagaimana pun Arka adalah sosok lembut yang ditutupi dengan perangai dinginnya. Adriel senang setidaknya dua orang yang pernah mengisi hidupnya tenang di atas sana.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang