Happy reading guys💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹.
*
*
*
*
*
*
*"Dalam hidup ada rasa manis dan juga pahit. Terkadang kita harus merasakan rasa pahit untuk benar-benar menikmati rasa manis ketika datang kepada kita"
~Huang Renjun~*************
Arrav membuka mata bermanik coklatnya dengan perlahan mengerjap sebentar guna menyesuaikan cahaya yang masuk kemata pikirannya menerawang jam berapa ini bukannya tadi malam ia tertidur di ruang pribadi Azriel."Arrav udah bangun, maafin mbak pasti tidur kamu keganggu"
Sesal Ilsa tadi sebelum Arrav terbangun ia mengelus surai coklat milik Arrav yang sudah ia anggap adik sendiri, sudah seminggu dirinya tak bertemu dengan Arrav niatnya hanya ingin mengelus berujung Arrav yang terbangun Ilsa lupa kalau saat Arrav sakit dia akan sensitif dengan sekitar saat tidur.
"Jangan... Kayak tadi aja.. " Serak suara itu membuat Ilsa mengurungkan niatnya yang akan menarik tangan dari rambut Arrav,Ilsa tersenyum lembut saat mata mereka bertemu mata coklat penuh ketulusan milik Arrav seakan menghilangkan rasa kuatir nya terhadap anak itu.
"Mbak Ilsa nggak ngampus?"
Arrav bertanya saat Ilsa pagi-pagi sekali sudah ada di kamar rawatnya. Dan ya ruang rawat dengan dominan warna indicolite itu tampak sunyi mungkin abang yang lain sudah pergi kesekolah padahal ia ingin bersama Arsha saat ini mengingat tadi malam ia sudah tertidur begitu saja entah mengapa abangnya yang satu itu dapat membuat Arrav merasa nyaman.
"Hari ini nggak ada mata kuliah dek, lagian bentar lagi mbak 'kan lulus"
Arrav tersenyum jahil pada gadis berumur dua puluh enam tahun itu, membuat Ilsa mngernyit bingung apa sakit Arrav menyebabkan anak itu sedikit tak waras.
"Iya tau deh yang udah di pinang"
"Yee udah pinter ya godain mbak dulu kamu masih piyik aja malam-malam minta buatin makanan"
Arrav meringis ah mbak Ilsa tidak seru karena Ilsa bukanlah cewek yang baper. "Mbak laper" Melas Arrav berusaha untuk duduk capek rebahan terus walaupun kenyataannya ia suka rebahan.
"Mau mbak suapin apa sendiri? " Goda Ilsa.
"Yang sakit telinga aku mbak bukan tangan" Dengus Arrav memasukkan bubur hambar dengan rakus kedalam mulutnya. Makan bang.
Arrav menoleh pada ponsel milkinya dinakas saat benda itu berdering ,selagi Arrav melihat nama yang tertera ia mendadak panik mbak Ilsa yang melihat bertanya ada apa lagi adik asuhnya itu seperti kebakaran jenggot saja.
"Mbak ada kasih tau Abu kalau Arrav masuk rumah sakit?"
Ilsa mengangguk mengerti pantas Arrav panik. "Nggak kok Pak Azriel sendiri yang bilang jangan kasih tau pak Adriel"jelas Ilsa membuat Arrav bernafas lega, ia segera mengangkat telepon takut membuat Adriel menunggu lama.
Setelah percakapan itu selesai Arrav menyeka keringat yang mengalir deras dari dahinya padahal AC hidup, untungnya Adriel hanya menanyakan kabar meminta Arrav menjaga kesehatan serta untuk ketiga abangnya dan empat hari lagi akan pulang ke Indonesia.
Pintu ruang rawat Arrav terbuka menampilkan wajah tegas Azriel dan tunggu Arsha? Ini jam berapa apa abangnya itu bolos.
Arsha yang melihat adiknya melamun terkikik gemas, jika ditanya kenapa ia bolos tentu saja karena ia merindukan adik kecilnya yang tadi malam sempat membuatnya kuatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...