Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
Luv.
*
*
*
*
*"Jika kesabaran tak cukup menyadarkan, mungkin kehilangan yang akan menyadarkan"
~Uknow~°°°°°°°°°°°°°°°
Lelaki berkulit putih itu berjalan sendirian di tengah padatnya murid sekolah bergengsi itu wajar saja jika ramai karena ini jam istirahat, jam favorit hampir semua anak sekolah setelah jam kosong."Evan babi sini!" Sedikit mendengus kesal ia tetap berjalan menghampiri Arrav yang sudah duduk manis di meja pojok tidak lupa di depan pemuda pemilik gummy smile itu terdapat sesosok makhluk bar-bar Aghata maksudnya.
"Kagak sadar muka sendiri kayak babi ngepet yang viral itu" Setelahnya ia duduk di samping Arrav memandang intens Aghata yang memakan spageti dengan rakus seperti tak makan setahun saja.
"Lo cewek nggak elit banget makannya" Ilfil Evan namun Aghata bodo amat yang penting tadi Arrav sudah memberinya gratisan makan sepuasnya karena presentasi kelompok mereka yang mendapatkan nilai memuaskan, kapan lagi 'kan gadis miskin seperti dirinya makan, makanan kantin di atas yang di peruntukkan untuk anak sultan.
"Ori mana?" Tanya Arrav tak melihat kehadiran makhluk satu itu.
"Bentar lagi nyusul" Sahut Evan singkat membuat Arrav diam, ia seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa.
"Lo kok nggak mesen gue pesenin ya?" Ujar Evan memotong kalimat Arrav karena ia tahu anak tersebut akan menanyakan hal yang membuatnya tak nyaman.
"Babu gue aja baru dateng" Evan mendelik sahabat satunya ini annoying sekali membuatnya ingin menabok wajah polos itu.
"Sialan!" Namun ia tetap beranjak memesan makanan tak lupa membeli jus melon favorit Arrav, tapi ia berhenti melihat Arrav tertawa mendengar lelucon garing Aghata lalu tatapannya beralih pada nampan dengan cepat mengganti kotak jus melon di nampan dengan kotak yang di berikan Will semalam.
"Thankyou babu"
"Dosa mulu gue sama lo bawaannya mau ngumpat aja udah cepet makan" Ujar Evan melirik Arrav yang sudah mengambil kotak jus tersebut dan hendak meminumnya.
"Bang Anta?"
Evan menoleh menatap bingung bocah bermanik coklat di hadapannya di kepala bocah tersebut terdapat topi berbentuk hamster yang kebesaran sehingga membuat kepala bocah tersebut hampir di lahap habis topi yang ia kenakan.
"Aku? Aku Evan bukan Anta tauuk!" Ketus Evan memandang sinis bocah berusia tujuh tahun itu, seusianya.
"Namanya Arrav ngga tau,tauuk!" Ucap Arrav mengikuti gaya bicara Evan tadi, membuat Evan kesal selama ini ia tak punya teman oleh karena itu ia tak senang jika ketenangannya di usik.
"Pergi sana, aku nggak suka liat kamu"
"Ya iyalah, kata Umi masih kecil ngga boleh suka-sukaan"Arrav kemudian duduk di samping Evan memandang pasien anak lainnya yang sedang bermain.
"Kenapa nggak main sama yang lain?" Arrav bertanya, memang saat ini Evan tengah berada di rumah sakit akibat tulang kakinya patah karena ulah teman sekelasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...