Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
*
*
*
*
*
*"Jauh di dalam lubuk hati kita tahu hal yang di ketahui semua terapis, masalah kedua orang tua akan menjadi masalah anak juga"
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Langit tampak cerah saat sang surya sedari fajar sudah mengerjakan tugasnya dengan baik walaupun terkadang kebaikannya tak banyak di sukai beberapa orang, hiruk pikuk kota Jakarta membuat Arka merasa gerah walaupun hari weekend tak sedikit orang yang terus bekerja demi kepuasan duniawi seperti sang Ayah namun ia harus tahu diri jika tulang punggung keluarga itu bekerja demi mereka."Permisi kak, ini dompet kakak jatuh"
Seorang anak kecil berdiri di sampingnya menyodorkan dompet bermereknya membuat Arka langsung merogo saku,tak ada hal yang ia cari.
"Makasih" Tulus Arka mengucap dengan senyum tipis di balik masker putihnya lampu merah masih terpampang jelas anak lelaki yang menggandeng adik perempuannya itu pamit untuk pergi namun langsung di cegah oleh Arka.
"Tunggu!, simpan ini jika di butuhkan gunakanlah" Terlihat bocah di depannya sangat antusias namun di detik selanjutnya ia menggelengkan kepala membuat Arka bingung di atas motor mahalnya.
"Nggak usah emang kewajiban untuk membantu orang lain"
Anak kecil itu tersenyum saat mengingat kakak lelaki yang pernah menyelamatkannya hingga jatuh pingsan terakhir kali dirinya dan lelaki tersebut bertemu minggu lalu di taman dengan yang paling tua mentraktir mereka berdua eskrim serut.
"Nama kamu siapa?"tanya Arka.
"Baskara kak" Arka mengangguk mengerti, melihat lampu masih berwarna merah ia segera menarik telapak tangan baskara dan memberinya lima lembar uang berwarna merah sebelum lampu berganti hijau Arka berkata.
"Gunakan dengan baik, jangan beri pada orang yang sudah memaksa kamu mencari uang di jalan"
Motor mahalnya melaju meninggalkan Baskara serta adiknya yang masih di pinggir jalan, Baskara berpikir benar kata Arrav masih banyak orang baik di antara ribuan orang jahat.
Kembali pada Arka yang sudah menghentikan laju sepeda motornya pada kedai tua di daerah pinggiran kota Jakarta terlihat sangat sepi mengingat jaringan di daerah yang ia singgahi susah sinyal.
"Kedai tua... Sepi.. " Guman Arka menatap pintu kayu usang di hadapannya ini sudah tempat ke tiga yang ia singgahi untuk mencari sosok orang yang sudah memporak-porandakan hatinya.
Klingg!
Lonceng di atas berbunyi saat ia mendorong pintu lapuk tersebut menampakkan pria tua yang berada di balik meja patri dengan kaca mata minusnya memandang Arka lembut.
Mengedarkan pandangan lalu atensinya terpaku pada pria berhoodie putih serta masker hitamnya tampak mencolok mengingat rambut pria tersebut berwarna seputih salju.
"Lo orang itu 'Kan!?"tanya Arka pelan namun tegas di setiap katanya memandang tajam pria bermanik abu di balik meja bundar yang nampak lapuk nan tua.
"Di minum dulu saya tau kamu capek nyari saya" Ujar sosok di depannya tenang, melirik sekilas teh hijau di hadapannya ia tak berniat meminumnya takut pria itu nekat memberinya sianida seperti kasus-kasus yang sedang marak sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...