Cerita||39🍋

915 113 58
                                    

Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
Tidak bermaksud menyinggung hal apapun itu.
*
*
*
*

"You are not alone, we are family"
🎶Unity🎶

°°°°°°°°°°°°°°°°°
Detak jarum jam pada ruang keluarga yang besar itu menggema, mengisi kesunyian antara dua pria berbeda umur tersebut. Evan memandang Azriel dengan tatapan yang sulit di artikan masih ada perasaan canggung antara dirinya dan sang Papa.

"Evan? Ada yang salah sama wajah Papa?" Tanya Azriel bingung, kerkas laporan di tangannya ia taruh di atas meja menatap putranya yang merasa terciduk memperhatikannya.

"E-eh itu a...cuma liat kalau wajah Papa rupanya ganteng hehe" Evan merutuki mulutnya jawaban macam apa itu.

"Ohoo jelas dong, Papa siapa dulu" Kekeh Azriel mengusak surai Evan, berusaha menghilangkan kecanggungan yang ada.Sudah lama Azriel menginginkan hal ini.

"Papa.. Apa Arrav bisa sembuh?" Azriel terdiam menatap sendu acara tv yang sedang berlangsung, pikiran Azriel berkelana bagaimana Ia dan adiknya Adriel berusaha mencari donor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Arrav mengingat Adriel tidak dapat mendonorkan nya karena dulu Adriel sudah melakukannya, tidak ingin beresiko mereka mencari pendonor lain.

"InsyaAllah Papa bakal berusaha buat Arrav sembuh mungkin dia harus kemo dulu untuk ngilangin sel kanker yang mulai nyebar ke organ lain"penjelasan Azriel membuat Evan menunduk selama ini ia selalu berusaha untuk melenyapkan Arrav karena paksaan Zeth tanpa tahu Arrav sedang berjuang bertahan hidup di tubuhnya yang hampir rusak itu.

Di kediaman Adriel terlihat kegaduhan yang berasal dari ruang keluarga membuat Arka keluar dari kamarnya memandang jengah Arrav yang sedari semalam terus mengejar Oren, padahal kucing tersebut tidak mau di sentuh Arrav.

"Arrav kalau sampai jatuh gue ketawa-"

Bruk!!

"Huwee Oren jahat awas aja besok Arrav sembelih untuk sumbangan Idul Adha"

"Pftt.. -"

Masih di posisi tengkurap karena terjatuh Arrav memandang Arka dengan bibir yang ia lengkung kan kebawah,sedangkan Arka mengambil Oren yang mendusel di kakinya menggendong kucing tersebut.Oren tampak tak keberatan dan malah manja terhadap Arka membuat Arrav yang melihat merasa jengkel. Cari perhatian padahal Arka kan kakaknya batinnya merana.

"Bangun" Uluran Tangan Arka diterima dengan baik oleh Arrav, Arka terkekeh saat melihat wajah adiknya tampak tertekuk memandang tidak suka Oren, jika bertanya dimana Arsha dan Artha mereka sedang di sibukkan dengan urusan masing-masing padahal ini adalah akhir pekan.

"Mau kemana?" Tanya Arrav penasaran saat melihat Arka berjalan menuju taman belakang rumah dan membuka pintu dari bangunan yang baru Arrav ketahui sekarang ia pikir itu kamar pembantu rupanya salah.

"Whoaaa" Seru Arrav saat melihat bagaimana isi ruangan itu terlihat beberapa lukisan yang indah menempel di dinding seperti galeri art pribadi sedangkan Arka hanya tersenyum tipis meletakkan Oren di meja lalu mengambil kanvas malam ini ia ingin melukis lagi. Mungkin akan sedikit brisik namun Arka tak mempermasalahkannya.

"Abang Arka ini apa?"

Arka melihat lukisan yang di tunjuk Arrav sebuh lukisan yang memberikan efek kurang nyaman baginya karena ia melukis itu saat perasaannya sedang buruk. Marah, sedih, kecewa, bingung siapapun yang melihat akan merasakan hal yang sama.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang