Happy reading guys💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹.
*
*
*
*
*
*"Segala yang di butuhkan adalah keyakinan dan kepercayaan"
~Peter pan~*************
Adriel memandang seseorang dari balik kaca ruangan intensif yang berada di Rumah sakit terbesar di New York.Ingatan itu seakan kembali mendatangi dirinya bagaimana anak perempuan dari karyawan setianya itu menangis meraung saat kondisi Zaki semakin memburuk dan menyebabkan Adriel mengambil keputusan memindahkannya."Mati otak"
Hah Adriel memijat pelan pelipisnya ia sangat lelah sekarang, dan sedari tadi siang persaannya tak enak oleh karena itu Adriel menelpon Artha namun tak juga di angkat oleh si sulung sempat negatif thinking namun pemikiran itu di patahkan saat Arka mengatakan semua baik-baik saja.
"Pak Adriel, tidak istirahat dulu? Sedari tadi bapak terus memantau Zaki tapi, tidak dengan bapak sendiri" Penjelasan dari Mona sekretarisnya membuat Adriel tersadar lalu menatap Mona dengan tatapan tegas miliknya yang dapat semua orang takut.
"Baiklah saya pamit sebentar"
Mona menatap sendu Adriel lalu tatapan nya beralih pada jendela kaca tempat Zaki beristirahat sejenak.
"Maaf Pak.. "
Sementara itu Adriel sibuk berbincang serius di seberang telepon dengan backsound suara berisik kendaraan.
"Jadi lo udah sampe, kok nggak ngabarin?" Kesal Adriel saat kakak kembarnya itu sudah berada di Indonesia, ia sangat mengingat jelas bahwa Azriel sedikit tak suka dengan Jakarta yang mana di kota itu sudah merenggut dua orang yang berarti dalam hidupnya.
"Terus kalo gue ngabarin elo, lo bakal jemput gue gitu? Sorry El gue tau lo orangnya super duper sibuk"
"So?, gue tau lo kurang nyaman di Jakarta. Setidaknya gue j--"
"El.. Lo santuy ajalah urusin tuh karyawan lo lagian Arka udah di depan gue" Adriel mengernyit dahinya sehingga terlihat seperti orang memiliki banyak beban. Eh iya ding.
"Arka sejak kapan?, lo jangan asal manfaatin anak gue lah" Adriel benar-benar adik tak berakhlak tidak salah jika menurun pada anak-anaknya.
"Kebetulan Arka lagi di jalan, waktu gue telpon dia siap sedia jemput gue. Dah lah nggak ada faedahnya gue telpon lo, Assalamu'alaikum bos" Sambungan terputus Adriel menatap layar ponsel mahalnya yang menggelap. Sedikit sesak saat air mata ingin jatuh dari mata dengan manik hijau milik-nya.
Saat dirinya di tuntut dengan keras oleh orangtua, lalu kehilangan dua wanita yang disayangnya walaupun satu dari mereka pernah mengkhianati dirinya. Dan sekarang badai kembali datang meporak porandakan keluarga yang susah payah di bangun, Adriel hanya takut tak dapat mempertahankan semuanya.
"Wa.. alaikumsalam.. "
♡´・ᴗ・'♡
"Selow kali 'Sha ngeliat Arrav, lo udah kek pedo tau nggak?" Ejek Artha pada Arsha yang sedari tadi terus menatap Arrav sedangkan anak yang si tatap hanya memandang Arsha kosong.
Saat ia terbangun sempat kejadian yang beberapa jam lalu terjadi akan terulang kembali beruntung Arsha langsung menggenggam tangan Arrav yang bergetar pertanda anak itu masih ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...