Cerita||18🍋

975 134 11
                                    

Happy reading ges💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ye 🐹.
*
*
*
*
*
*

"Tidak ada cinta seperti cinta untuk saudara dan tidak ada cinta seperti cinta dari saudara"
~Astrid Alauda~

************
Kaki jenjang yang berbalut celana abu itu berjalan dengan cepat karena sang empu tak sabar ingin menemui seseorang yang sudah lama ia rindukan di tangan nya ada sebucket bunga aster-bunga favorit Mamanya.

Pemuda itu menarik nafas saat dirinya sudah sampai di tempat tujuan gedung putih, dapat indra penglihatannya lihat banyak para perawat berlalu lalang menuntun pasien yang ingin bermain di luar dengan sedikit kesusahan karena banyak dari mereka yang ingin berlari.

"Halo tante Emy lagi apa?" Tanya pemuda itu ramah pada wanita muda yang sedang menyisir rambut coklat bonekanya, sedangkan yang di tanya hanya menatap nya sekilas lalu asyik dengan dunianya sendiri.

"Loh tuan muda mau bertemu madam?"

Dari arah belakang terdengar suara wanita yang sangat familiar ia dengar saat dirinya pergi menjenguk Mama contohnya saat ini wanita dengan pakaian serba biru itu datang menyapanya ramah dengan membawa sebotol dot susu.

"Iya suster Mama baik 'kan akhir-akhir ini?"

Suster tersebut diam menatap sendu pemuda dengan tawa khasnya itu. Pemuda yang sedari awal datang dengan senyumnya mendadak melunturkan senyuman itu lalu mengangguk pamit pergi dari hadapan sang wanita itu.

"Mama.. " Panggilnya.

Wanita paruh baya yang merangkap menjadi Mamanya itu menoleh dengan tatapan kosong terlihat jejak air mata di wajah Mama yang keriput padahal usianya belum terlalu tua mungkin karena faktor gangguan mental yang di alami Mama.

"Kamu sudah pulang sekolah?"

Suara merdu itu menyapa gendang telinganya, lembut ia ingin Mama seperti ini setiap hari berbicara lembut dan tatapan mata tulus yang beliau berikan untuknya bukan jeritan memilukan serta tatapan kebencian.

"Iya Mama, oh lihat aku bawa bunga kesukaan Mama" Sang Mama tersenyum mengambil bunga pemberian putranya dengan tangan kiri karena tangan kanannya di ikat di sisi ranjang, dirinya yang melihat itu merasa sedih dan sesak secara bersamaan.

"Terimakasih nak,sekarang jam berapa? "

Sedikit melirik arloji di pergelangan tangannya ia pun menjawab"jam empat Ma"

"Sudah shalat belum?"

Pemuda itu tersenyum ini yang dirinya suka dari Mama perhatian Mama terhadap dirinya yang taat dalam hal beribadah kendati ia dan Mama berbeda entahlah ia sendiri tak ingat kenapa dirinya dengan kedua orang tua serta kakaknya berbeda ia tak tahu.

"Udah Ma.. Mama sudah makan lihat tangan Mama pasti Mama jarang makan 'kan"

Wanita di hadapan pemuda itu terdiam memandang  pergelangan tanganya yang pucat dan kurus, mengangkat wajah guna melihat wajah tampan nan sendu putranya baru saja ingin mengelus wajah tampan di hadapannya secara tiba-tiba tangannya menampar pipi sang putra bayang-bayang kehilangan itu hadir kembali memenuhi pikiran bak kaset rusak.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang