Cerita||15🍋

1.1K 141 10
                                    

Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak🐹.
*
*
*
*
*
*

"Level lebih tinggi dari rela mati demi seseorang adalah berusaha untuk tetap hidup demi seseorang, apapun yang terjadi"
~Kipli~

***************
Mata sayu nan cekung itu menatap lampu yang bersinar terang dari berbagai daerah itu dengan tangan yang saling meremat gusar, mata kelamnya menoleh menatap sosok berhodie hitam yang hanya duduk kaku sesekali mata tajam itu melirik dirinya tajam.

"Hah..Dewa maafkan diriku"

Setelah menghabiskan tiga jam berada di udara kini dirinya berada di pinggir pantai dengan memakai hodie hitam yang menutupi dirinya dan tas hitam berisi benda yang dapat membunuh dirinya dan orang disekitar kapan saja.

Drrrrt

Benda persegi hitam itu bergetar menandakan panggilan masuk, pria berkulit hitam itu melihat benda pemberian pria yang menemani perjalanan menuju ajalnya itu.

"Ya tuan?, pada jam 17:07 saya akan menuju resort la-"

"Bukan itu bodoh!"

Pria kumal itu menggigit bibir dalamnya hingga dapat ia rasakan rasa asin dan anyir di dalam mulutnya. Pria itu ingin menangis meraung meminta para manusia yang hilir mudik melewatinya untuk membantu manusia payah seperti-nya, tapi semuanya hanya sia-sia karena ada sosok mengerikan yang akan merenggut nyawa dua orang terkasih nya.

"Apa pesan terakhirmu?."

Jujur saja saat mendengar pertanyaan itu dirinya seakan tahu bahwa orang sepertinya banyak mengalami nasib yang sama oleh karena itu pria di seberang telepon dengan enteng menyebutkan pertanyaan itu seakan memang sampai disini ia akan mengakhiri kisah hidupnya.

"Tidak.. Ada"

Tidak ada sahutan di seberang ia melirik jam dari saku sepuluh menit lagi pikirnya. Sekarang dirinya sudah pasrah lima tahun menjadi warga asing di negara orang merupakan kenangan indah dan buruk yang ia lewati bersama keluarga.

"Yasudah lakukan dengan baik pekerjaan mu"

"Tunggu... Boleh saya minta tolong?"

"Apa lagi?!"

Pria itu menarik nafas sesak mengingat istri dan anaknya yang mungkin masih menangisi dirinya.

"Tolong.. Doa 'kan saya, saat saya mati nanti tolong sekali saja"

Tak ada jawaban ,sepertinya sambungan sudah terputus mengingat permintaan ia yang sangat membuang waktu. Ia menurunkan ponsel itu lalu membuang nya begitu saja, berbalik arah menatap kerumunan para manusia berbeda gender itu sendu meminta maaf pada tuhannya agar ia dapat mencicipi sedikit manis surga. Kaki kurusnya melangkah menuju keramaian ada keluarga bahagia yang tertawa puas, sang pria yang menyuapi kekasihnya dan sekumpulan anak muda yang asik ria berfoto mengumpul kenangan yang mungkin menjadi foto terakhir mereka.

"Maafkan saya.. "

Mata sayu itu terpejam menarik nafas tenang untuk yang terakhir kalinya, kedua tangan keiputnya bergetar mengambil tombol merah yang berada di saku celana ia berpikir bagaimana bisa pria itu membawa benda ini melewati keamanan bandara dengan lancar namun ia langsung menggeleng melihat jam tiga detik lagi. Kepalanya menoleh kesana kemari tak ada yang melihat.menghitung mundur dengan suara parau nan sesak.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang