Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
Luv.
*
*
*
*
*"Berubah itu beresiko, tapi lebih beresiko lagi kalau tidak berubah"
~Sepotong_kertas_~°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Suasana ruang terapi yang sunyi membuat Arrav menghela napas bosan. Hari ini Arrav melakukan terapi agar kakinya dapat di gunakan dengan baik mengingat ia tertidur cukup lama membuat otot kakinya terasa kaku.Di ruangan ini hanya ada dirinya dan Ilsa serta om-om yang juga sedang terapi sehabis kecelakaan jangan lupakan beberapa suster yang membantu.
"Bosan hm?"
Arrav mengangguk menyandarkan kepalanya pada pundak Ilsa biarlah di kata manja ia merindukan wanita yang sudah ikut andil dalam merawatnya ini,walau di usia yang masih terbilang muda wanita itu sabar dalam menghadapi kejahilan Arrav.
"Mau balik ke kamar aja?" Ilsa kembali bertanya.
"Bosan juga... Kalau jalan-jalan ke kebun binatang gimana?" Ilsa terkekeh mengusak gemas surai coklat Arrav.
"Baru bangun udah minta jalan-jalan kakinya udah bisa jalan sendiri belum?" Skakmat Arrav terdiam setelah melakukan terapi berjalan tadi dirinya sekarang benar-benar bosan.
"Mbak keluar dulu ya ada panggilan masuk" Arrav cemberut namun tak ayal mengizinkan Ilsa keluar. Kakak kembarnya sedang sekolah dan Artha berada di rumah karena kondisinya juga belum baik-baik saja sedangkan Adriel sedang berbincang perihal pengobatan dirinya bersama Azriel.
Arrav bangkit dengan susah payah walau sedikit oleng ia tetap berjalan berpegangan pada dinding ukhh ia sudah tak tahan lagi untuk segera ke toilet.
"Dek Arrav mau kemana? perlu kakak bantu?" Suster yang sudah mengenal baik Arrav itu menghampiri Arrav yang wajahnya sudah memerah. Kasihan.
"Kak tolong nggak tahan lagi" Suster tersebut menahan tawa sembari membantu Arrav menuju toilet sang empu yang di bantu hanya menunduk malu.
"Kakak jangan ngintip ya" Ujar Arrav membuat suster muda itu mendelik.
"Yeu siapa juga yang mau ngintip, udah sana nanti ngompol lagi di sini" Sedikit mendengus Arrav memasuki toilet dengan membanting pintu, sang suster lagi tertawa kecil.
"Waktu kamu satu jam sayang" Ucap wanita paruh baya pada Aghata yang hendak membuka pintu mobil.
"Iya tan"
"No!,panggil saya Mommy okey?"
Aghata menggaruk belakang kepala kikuk. "I-iya, Mom" Setelahnya Aghata keluar, tadi kata Arsha, Arrav saat ini sedang berada di ruang terapi dengan langkah pasti gadis itu menuju ruangan itu setelah sebelumnya bertanya pada resepsionis.
Menggeser pintu tersebut Aghata memandang bagian belakang pemuda yang hendak ia datangi rambut coklat serta postur tubuh itu ya itu Arrav. Matanya memanas dengan segera ia berlari menarik ujung baju pasien yang digunakan pemuda bersurai coklat itu.
"A-arrav maaf... G-gue baru datang sekarang. Lo jangan kayak hari itu lagi gue takut.. Padahala gue belum ngucapin maaf dan Terima kasih sama lo.. " Isak Aghata mengundang tatapan heran dari suster yang berada di ruangan itu.
"Arrav? Kok diem lo marah sama gue?" Tanya Aghata kepalanya masih tertunduk.
"Ekhkem! Tha gue disini ngapain lo narik-narik baju om Asep" Suara itu membuat Aghata menoleh kebelakang memandang Arrav yang berdiri di bantu oleh suster tadi lalu tangannya melepaskan ujung baju pria yang ia tahu bernama Asep itu menoleh dengan kumisnya yang melintang ia menatap heran Aghata membuat gadis itu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...