Cerita||36🍋

918 108 43
                                    

Happy reading guys💚
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa🐹
Luv.
*
*
*
*
*

"But how could i hate her she's such an anggel"
🎶heather🎶

°°°°°°°°°°°°°°°°°
Tangan lentik gadis dengan potongan rambut pendek itu saling meremat satu sama lain, keringat dingin mengalir dari pelipisnya padahal di dalam ruangan tersebut terdapat pendingin ruangan.

"Bagaimana Aghata?" Gadis yang di panggil Aghata itu mendongak menatap Shita orang paling berpengaruh di sekolah ini. Aghata bingung harus menjawab apa sedari sebelum kompetisi itu di mulai dirinya selalu gelisah, kuatir, dan menyesal memang dirinya mampu menyabet peringkat pertama cukup menakjubkan semua orang bangga padanya, namun ia tidak karena ia merasa tidak pantas menerima ini semua.

"Ini kesempatan emas Aghata, kamu bisa menjadi orang hebat jika kamu menerima tawaran ini" Bujuk kepala sekolah yang sebelumnya ngotot tak mengizinkan Aghata untuk ikut kompetisi sekarang saat Aghata menang dia lah yang paling heboh. Dasar pak tua.

"Yeah Aghata soal Ibu dan adik-adik mu tidak perlu kuatir sebab kami sudah memberinya modal dan membantu ibumu untuk membuat usaha"

Aghata hanya diam memandang satu persatu orang yang berada di ruangan itu termasuk memandang sepasang suami istri yang berasal dari Austria kedua pasutri yang ingin mengangkatnya menjadi anak dan menyekolahkan ia di tempat anak-anak cerdas dalam bidang astronomi seperti Aghata.

"Mam Shita..beri saya waktu, saya belum siap.. " Lirih Aghata berdiri sedikit membungkuk memberi hormat lalu pergi dengan perasaan bersalah.

"Maaf tuan dan nyonya Wetson. Aghata masih dalam masa terpuruk karena temannya" Jelas Shita sedangkan kedua pasutri itu mengangguk mengerti.

"Temannya.. Arrava bukan?" Jangan kaget sebab sepasang suami istri itu sudah fasih berbahasa Indonesia karena pernah tiga tahun bertugas di negara tercintah ini.

"Oh kalian mengenal Arrava?" Tanya kepala sekolah sedikit terkejut.

"Siapa yang tidak mengenalnya dia pianis cilik berbakat bahkan anak tunggal kami menjadikan Arrava sebagai rolemodel nya"membuat Shita serta kepala sekolah merasa bangga sebab Arrav menjadi salah satu murid di sekolah ini dan berita tentang Arrav yang berada di rumah sakit membuat warga sekolah sedih.

Di tempat lain Aghata berjalan menuju belakang sekolah tempat ia dan Arrav sering menghabiskan waktu bersama.

"Eh lihat Aghata,gila penampilannya beda banget"

"Iya kaga dekil lagi semenjak menang kompetisi itu, dan yang gue denger ya katanya dia mau di jadiin anak angkat sama salah satu juri kompetisi itu"

"Eh beneran sis?! "

"Hus kalian suka banget gibahin orang denger tuh dia. Gue tanya sama kalian lo pada mampu nggak kayak dia"

Aghata tetap berjalan tatapan matanya kosong biasanya gadis itu akan meladeni manusia yang sering mencemohnya tapi sekarang ia tidak bersemangat untuk hal itu.

"Gue... Nggak pantes nerima semua ini Arr.. Gue.... Orang yang nggak tau diri.. "

Kepalanya ia benamkan pada lipatan kedua lutunya, memikirkan kondisi Arrav padahal ia tidak tahu sekarang Arrav dimana.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang