Cerita||13🍋

1.2K 143 10
                                    

Happy reading guys💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹.
Maaf setelah sekian purnama saya menghilang, semoga masih ada yang mau baca.
*
*
*
*
*

"Masalalu tidak bisa menyakitimu tetapi dari cara melihatnya, kamu bisa lari dari itu, atau belajar darinya"
~Rafiki~

**************
"Kemari kamu!, Nata Ibu bilang berhenti!" Arrav terus berlari menghindari kejaran wanita gila yang menjadi pengasuhnya itu. Saat itu Arrav masih berusia empat tahun Adriel memutuskan untuk mempekerjakan pengasuh untuk Arrav.

Akan tetapi semenjak sebulan belakangan ini wanita yang selalu memandang lembut Arrav berubah menjadi monster yang siap menyantap Arrav kapan saja.Ok ini sedikit berlebihan tapi itu yang ia rasakan sekarang.

"Ndaak,Alap bukan anak tante huwaa Abu!" Tangis itu menggema saat wanita gila itu menjambak kasar rambut Arrav yang membuatnya terjungkal kebelakang. Sepertinya kesialan sedang menghampiri Arrav di rumah ini tidak ada orang satupun. Para asisten rumah tangga telah pulang karena Adriel hanya mempekerjakan sampai sore sisanya di bereskan oleh pengasuh Arrav. Penjaga rumah? Entahlah Arrav tak melihatnya mungkin karena hujan dan petir sehingga membuat mereka tak mendengar teriakan Arrav.

"Anak nakal mau Ibu pukul lagi hah?!" Arrav menangis karena bentakan yang di ia dapat lalu kaki kecilnya menendang keras perut wanita itu."Nata! Kemari kamu sialan! Gara-gara pria berengsek itu buat kamu melawan Ibu hah!"sekuat tenaga Arrav meraih handel pintu dengan tangan kecil yang ia punya, berhasil Arrav keluar kamar berlari sedikit terseok.

Namun naas Arrav terjatuh dari tangga kepalanya terhantam tangga yang dingin akibat dorongan kuat dari wanita gila itu. "Abu.. Sa-k-hit" Adunya lirih sedangkan wanita itu berteriak menangis memanggil nama yang sedari tadi sangat asing di ingatannya padahal dialah yang mendorong Arrav. Setelah itu Arrav merasa ringan dan ia memejamkan iris coklatnya.

"Jangan,.. Jangan dorong Arrav---

Dari tangga la..gi"

Arsha menggenggam tangan dingin Arrav sedari tadi adiknya terus mengigau tak jelas membuatnya kuatir, wajah pucat adiknya menjadi pertama yang Artha lihat saat membuka kamar rawat Arrav dan wajah sedih Arsha.

"Sha—"

Belum sempat Artha menuntaskan panggilannya, Arsha berbalik memandang cemas pada Artha. Jika ditanya dimana Arka, pemuda itu pergi saat Arka menelponnya mengatakan Arrav terluka.

"Bang Arrav dari tadi ngigau terus, gue takut dia kenapa-napa" Artha mendekat menepuk pelan pipi gembul Arrav yang pucat memanggil namanya saat Arrav kembali mengigau. Arrav membuka mata tanganya yang bergetar terangakat seakan mencari pegangan, dengan sigap Arsha meraih tangan itu.

Saat melihat Arsha meraih tangannya, Arrav bangkit memeluk Arsha, napasnya berantakan lalu terbatuk berulang kali di dalam pelukan,  Arsha menepuk pelan punggung Arrav saat batuk adiknya semakin parah membuat Artha panik untungnya ia masih sadar dengan cepat menekan tombol merah yang berada di samping ranjang Arrav.

"Hei,Arr dengar abang? Tenang dek" Artha membantu menenangkan Arrav yang sekarang meracau tak jelas demi apa hatinya terasa sakit melihat adiknya seperti ini.Artha membawa Arsha menjauh saat Dokter datang bersama Suster yang langsung memasangkan masker oksigen pada Arrav dan menyuntikkan sesuatu membuat Arrav perlahan tenang dan kembali tertidur.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang