Cerita||30🍋

776 108 59
                                    

Happy reading guys💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹.
Luv.
*
*
*
*
*

"Bahkan orang paling dekat denganmu adalah orang yang paling berpeluang menghianatimu"
~Vincenzo~

°°°°°°°°°°°°°°°°°
'Arrav jawab pesan om, kenapa gak datang semalam? Awas aja kalau kambuh om suntik mati baru tau rasa'

Pemuda beriris coklat tersebut hanya mendengus saat membaca pesan dari pamannya itu padahal baru semalam ia bolos check up sudah di ancam saja jahat sekali membuat kokoro Arrav sakit.

Tapi.. Sudah dua minggu ia bolos kerumah sakit sih jadi bukan salah Azriel, Arrav saja yang tak tau diri menuduh pamannya sendiri.

'Nanti Om Azrielll, obat Arrav masih banyak sekalii yaaa?'

Jawab Arrav lalu menonaktifkan ponselnya pasti setelah ini Azriel maupun Adriel akan menelponnya terus-terusan kakak adik sama saja.

Kini Arrav tengah memandang langit biru, pikirannya melalang buana entah kemana, jika seseorang tahu jika Arrav sedang sakit parah pasti orang tersebut akan mengatakan jika Arrav terlalu santai atau tak memikirkan masa depan padahal kenyataannya di setiap paginya Arrav selalu bersyukur dapat membuka mata hanya saja tentang pengobatan itu Arrav belum siap padahal ia sadar tubuhnya semakin rusak.

"ARRAV!, liat!, liat hasil tes gue gilaa nggak sia-sia gue begadang setiap malam"

Aghata berlari menghampiri Arrav sekarang sudah jam pulang sekolah itu sebabnya sekolah mulai sepi."jadi, berapa orang lagi yang perlu lo tumbangin?"tanya Arrav antusias berusaha menghilangkan gelagat aneh karena sedari tadi kepalanya pusing seperti di hantam ber ton-ton batu, sakit sekali.

"Satu orang lagi karena ini berdua gue harus nyingkirin satu orang lagi" Aghata nampak bersemangat mata gadis dengan seragam lusuh itu berbinar membuat Arrav terkekeh pelan.

"Yeahh emang lo bisa nyingkirin satu di antara mereka inget loh ya sekarang lawan lo anak inter" Sakit begini Arrav masih saja menyebalkan karena ia tak ingin Aghata terlalu berharap ya memang bagus, namun jika ekspetasi Aghata tak sesuai realita ia takut gadis tersebut kecewa.

"Yeuu, ngeremehin lo liat aja nanti bakal gue kasih hadiahnya kalau gue menang untuk lo" Ujar Aghata dengan senyum miring ia berhenti melompat senang saat melihat Arrav hanya diam tak biasanya seperti ini biasanya anak itu akan berbicara terus sampai membuat Aghata ingin mengarungi nya.

"Eh, lo sakit?" Aghata bertanya saat melihat wajah pucat Arrav serta leher yang sedikit memerah ia baru sadar, belum sempat tangannya menyentuh kening Arrav namun sang empu sudah menepis kasar tangannya ia lupa Arrav tak suka skinship dengan perempuan walau mereka sudah cukup mengenal satu sama lain.

"Ok, gue tunggu trophy nya sampai di tangan gue" Aghata sadar Arrav mengalihkan pembicaraan namun ia hanya diam mengikuti alur tak ingin menganggu kenyamanan Arrav.

"Eumm, makasih ya lo kasih kesempatan emas ini sama gue, padahal gue tau lo suka mata pelajaran kompetisi ini" Senyum Arrav merekah kenapa Aghata berpikir seperti itu ia sungguh ikhlas karena sudah kenyang mengikuti kompetisi piano,  ia hanya lelah.

"Santuy banyak belajar astronomi lo, jangan buat bu Ratna tensian mulu sama lo" Aghata menggaruk tengkuk malu walaupun ia termasuk murid kesayangan bu Ratna, tapi setiap mereka bertemu pasti selalu berdebat pada hal kecil sekalipun.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang