Cerita||28🍋

803 111 76
                                    

Happy reading guys💚.
Jangan lupa tinggalkan jejak ye🐹
*
*
*
*
*
*

"Jangan hanya tersenyum saat kau bahagia, tapi tersenyum untuk bahagia"
~Park Jisung~

°°°°°°°°°°°°°°°
Srek!

Lagi, Arrav membuang kertas yang berisi melody abstrak itu pada tempatnya mencoba memfokuskan diri sebab apa yang ada di pikirannya tak dapat ia tumpahkan pada kertas lagu di hadapannya.

"Lagi buat apa sih? Stres banget keknya, kayak orang gila, eh emang orang gila ding hehehe" Arrav mendorong Artha menjauh lalu menatap kembali kearah kertas yang masih kosong.

"Whoa lo buat lagu!?" Ingin rasanya Arrav menjual Artha di pasar gelap hitung-hitung buat nambah uang jajan, tapi dirinya masih waras dan tidak gila seperti yang di katakan kakak sulungnya itu.

"Bang Artha ambilin rautan dong" Artha melirik Arrav sekilas, mengambil barang yang di minta sang adik dalam diam.

"Eh nggak usah, pensil baru aja" Sabar, Artha kembali ke sudut ruangan tempat meja khusus berisi peralatan sekolah menukar rautan dengan pensil baru yang sudah di raut belum sempat ia berjalan Arrav kembali bersuara.

"Jangan pensil bang, pena aja hehe" Cengir Arrav saat menatap wajah kesal Artha netranya menangkap sang kakak tertua berjalan menuju kearahnya lalu memiting lehernya pelan dengan ketek Artha lalu tangan yang lebih tua mengusak gemas rambut coklat Arrav.

"Ampun!, iya abang ganteng" Artha tersenyum puas lalu membawa adiknya keluar dari ruangan musik. "Bang Arsha dimana?" Tanya Arrav sedari tadi ia tak melihat Arsha di rumah megah ini.

"Di dapur lagi buat kue melon"

"Kue melon? Whoahh mau!" Pekik Arrav berlari menuju dapur meninggalkan Artha di belakang yang terkekeh melihat tingkah sang adik, namun ia tak mengerti mengapa Arrav berhenti saat mereka hampir sampai tujuan.

"Ada bang Arka juga ya?"

Sekarang Artha mengerti pasti Arrav merasa canggung saat berada dalam satu ruangan dengan Arka karena Arka yang selalu memberi kesan dingin saat melihat Arrav.

"Katanya mau kue melon hayuk lah nanti keburu di habisin sama Kin loh" Benar kedua sahabat kembar datang kerumah mengingat hari ini libur.

"Arrav sini, kamu suka kue melon 'kan?" Antusias Arsha saat melihat Arrav datang bersama Artha.

"Lah nggak adil kan gue yang bantuin lo buat kue harusnya gue yang makan pertama" Protes Vian tak terima menghiraukan tatapan tajam Arsha.

"Siapa lo" Semuanya tertawa memandang wajah kesal Vian, sedangkan Artha berjalan mendekat ke meja patry dimana ada Arka dan Kin yang sedang berbincang.

"Will kemana?"

"Oh tadi buru-buru pulang, katanya ada urusan penting titip salam sama lo, bang"Artha hanya mengangguk mendengar jawaban Kin tentang temannya itu ia dapat melihat sikap Will yang akhir-akhir ini terlihat aneh namun ia hanya berpikir positif mungkin temannya itu sedang lelah setelah menyelesaikan tugas akhir untuk mendapat nilai sempurna.

"HEH! adek gue jangan di cekek njir!" Semua langsung menoleh menatap Arsha yang mencoba melepas tangan Vian dari leher Arrav sedangkan sang empu yang cekik terlihat santai, Arsha saja yang lebay karena tak ingin adiknya di sentuh oleh orang lain, posesif.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang