Cerita||19🍋

954 134 21
                                    

Happy reading guys🐹
Jangan lupa tinggalkan jejak ya💚
*
*
*
*
*
*

"Kadang orang-orang berbicara tidak pakai otak, asal ceplas-ceplos tanpa tahu ada pihak lain yang sakit hati"
~Evansyah Maheswari~

*************
Lantuman ayat suci Al Qur'an memenuhi pendengaran Arrav walau terdengar samar pemuda yang kini menatap kosong langit kamar dapat mendengarnya dengan jelas, kepalanya ia tolehkan pada sosok manusia yang tertidur nyenyak sedikit tersenyum lalu menarik pelan lengan kanannya dari kukungan Arsha.

"Duh... "

Tangan putihnya dengan cepat memijat pelipis guna menghilangkan sedikit sensasi pusing yang mendera kepalanya dari tadi malam hingga pagi menjemput dirinya tak dapat memejamkan mata barang sejenak. Ingatan tertuju tadi malam saat dengan cepat bodyguard yang di pekerjakan sang ayah mengusir dengan kasar segrombolan manusia tak tahu diri saat salah satu dari mereka melempar batu yang cukup besar sehingga menyebabkan jendela kaca besar di samping pintu pecah berkeping-keping.

"Dek abang tidur sama kamu ya, yang tadi jangan dipikirin semuanya udah di urus sama pengawal"

"...Apa kehadiran Arrav di keluarga ini salah bang?"

Sedikit tersenyum Arsha menjawab"kamu bukan kesalahan Arr disini yang salah waktu yang kurang tepat, mereka mungkin sekarang berasumsi yang buruk tentang kamu tapi percaya sama abang kedepannya mereka bakal nyesel udah buat artikel-artikel palsu itu"

Melirik atas nakas Arrav mencari ponselnya namun benda yang ia cari tidak ada ah Arrav lupa Arsha menyita ponsel serta tak memperbolehkannya menonton televisi katanya agar dirinya tak melihat bacotan yang mungkin sekarang sedang gencar mengincar dirinya.

Matahari timbul sekarang Arrav dan ketiga abangnya sedang menikmati sarapan pagi walau di meja makan Besar itu terasa aura yang sangat dingin terlebih gara-gara kejadian tadi malam saat Arka membentak nya karena ini semua berasal darinya.

"Arrav kamu nggak usah sekolah aja ya?" Bujuk Arsha kembali pada adiknya terlebih mungkin sekarang di sekolah sedang ramai juga tadi pagi dirinya sempat memergoki adiknya kembali mimisan.

"Arrav nggak papa abang.. "

"Biar gue bilangin sama wali kelas lo pasti dia juga ngerti.. " Kini Arrav menumpukan atensinya terhadap si kakak tertua Arrav memang ingin libur saja mengingat kepalanya sedikit sakit serta perutnya mual namun ia tak ingin libur terlalu lama takut menimbulkan fitnah baru karena di anak emaskan.

Lagian Arrav selalu membawa tabung obatnya ke mana-mana setelah kemarin Azriel memberikan kepadanya yang tidak di ketahui yang lain.

"Arrav mau sekolah" Arrav tetap pada pendirian awalnya ingin sekolah membuat Arka membanting sendok sehingga menciptakan bunyi nyaring ketika besi bertemu granit.

"Udahlah Sha ngapain ngurusin anak nggak tau diri itu" Sarkas memang namun Arrav hanya diam ia harus terbiasa mendengar kata yang mungkin akan menjadi makanan sehari-harinya mulai saat ini.

"Anak itu adek lo Arka" Artha tak habis pikir dengan jalan pikir Arka yang selalu mementingkan ego dan dendam.

"Abang Arrav pergi duluan assalamu'alaikum" Arrav pergi dengan cepat tangannya bergetar membuka gembok pada sepeda putihnya saat perutnya kembali di aduk.

For our Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang