Happy reading guyss💚
Jangan lupa tinggalkan jejak ya🐹
Jangan jadi Siders.
*
*
*
*
*"Karena rumah tak selalu ramah"
~Anonim~°°°°°°°°°°°°°°°°
Hari ini cuaca sedang terik-teriknya membuat siapa saja merasa malas ataupun tak suka terkena langsung paparan sinar UV dari sang surya, berbeda dengan siswa lain yang ngadem di kelas, di jam istirahat Kedua ini Arrav beserta kedua sahabat kampretnya berada di kantin belakang sekolah yang sejuk karena di lindungi pohon rindang sekalian makan bakso."Arr, gue mau ngomong sama lo" Evan memandang Arrav serius seakan ini adalah topik yang sangat penting mengingat Evan tak pernah serius dalam banyak hal terkadang membuat Arrav malas mendengarkan, tapi untuk kali ini tidak.
"Apaa?" Bisik Arrav ia jadi mengikuti Evan yang berbicara pelan padanya seakan tak ada orang yang boleh mendengarkan bahkan Ori sekalipun.
"Gue saranin lo jangan terlalu percaya sama Ori dia itu licik" Arrav menautkan alisnya bingung sedangkan Ori yang jelas-jelas mendengar memutar bola mata malas.
"Jan ngadi-ngadi lo bangke" Umpatnya, mungkin bagi orang lain ini adalah candaan namun Arrav menangkap maksud lain ia baru sadar bahwa dari seminggu lalu sikap Evan terhadap Ori sangat kaku begitupun sebaliknya.
"Lo pada kenapa dah?" Arrav bertanya santai berbeda dengan Evan yang sudah mulai tak nyaman, akan tetapi keberuntungan memihak pada Evan saat melihat gadis dengan rambut cepol datang ke arah mereka
"Lo manggil gue tadi untuk apa?" Ketus Aghata mencoba tak peduli pada Arrav walaupun jantungnya berdebar akibat rasa malu semalam yang masih melekat di ingatannya membuat ia ingin sekali lenyap dari muka bumi.
"Nih, sorry waktu itu gue buat punya lo rusak" Tangan Aghata menerima paper bag dari Arrav membukanya lalu mata gadis itu membulat sempurna saat melihat ponsel keluaran terbaru ia berpikir jika di jual ibunya tak perlu susah mencuci baju tetangga lagi.
"Eh serius nih?! Gila jadi holkay enak banget" Pekik Aghata mengabaikan tatapan aneh dari orang sekitar senyumnya mengembang dan tanpa sadar Arrav juga ikut tersenyum.
"Ngapain lo senyum, lo salah udah nabrak gue! Oh iya makasih ya" Galak begini Aghata masih punya tata krama.
"Tck! Iya gue salah" Pasrah Arrav sambil menyeruput teh manis milik Ori.
"Aseeek Arrav udah gede lo Or liat udah pinter main cewek" Goda Evan membuat wajah Aghata yang tadi berseri mendadak dingin menatap tajam Evan membuat seakan jantung yang di tatap tertusuk leser dari manik Aghata.
"Ih serem kek nenek lampir" Komentar Evan yang di iyakan Ori Aghata yang tersulut emosinya langsung maju berniat memberi pelajaran pada Evan namun di tahan Arrav, sekarang ia mengerti Aghata memiliki sifat yang mudah emosi entah apa yang membuatnya seperti ini.
"Kuy balik, pan pulang nanti gue nggak langsung pulang ada latihan" Mencoba melerai mereka, Arrav beranjak membuat Evan dan Ori juga ikut pergi namun satu panggilan membuat mereka berhenti.
"Lo Arrav? Terimakasih dan seharusnya gue yang minta maaf sama lo" Arrav tersenyum, pada dasarnya lingkungan dan didikanlah yang akan membentuk pribadi setiap manusia jika lingkungannya baik maka ia juga baik namun bisa juga sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For our Brother✔
Teen FictionDi Larang Plagiat❗. Melody itu?...... Ah.... gue jadi rindu sama tu bocah. Dia.. yang selalu tersenyum sehangat mentari Tetap tegar di ganasnya takdir yang ia lalui Walau begitu, dia tetap ceria sehingga tak tahu Bahwa kemungkinan terburuk sedan...