_ _ _ _ _
Tidak berlebihan untuk berkata Yehyeon merupakan poros dari kehidupan Wonjin, dia mendapati laki-laki yang lebih tua dari dia mengajak bermain di usia muda, memayungi dia saat orangtuanya meninggal pada usia dia masih remaja, dan menemani dia hingga saat ini.
Wonjin memperlihatkan sisi rapuhnya pada Yehyeon yang tidak pernah memasalahkan, seperti dia menunjukkan senyuman lebar dan mengeraskan tawa bersama Yehyeon yang tidak ragu untuk mendengar kelakar darinya. Yehyeon adalah segala emosi yang dimiliki Wonjin.
Bukan situasi yang biasa ditemui, namun sebisa mungkin Wonjin membuat Yehyeon merasa nyaman dalam pelukannya.
"Ada apa?" Wonjin memiliki duga mengenai apa yang terjadi, namun dia memberi tanya pada Yehyeon saat peluk mulai dilepaskan
"Hanya bersikap kekanakan" Enggan memberi jawaban dengan benar, Yehyeon hanya menertawakan dirinya sendiri
"Hyung, menangis karena disakiti bukan sikap yang kekanakan" Tangan Wonjin meraih jari Yehyeon untuk menggenggam dengan rapat
"Kelihatan seperti aku menunjukkan sikap yang kentara" Yehyeon masih memiliki senyum paksa pada bibirnya, bukan hal paling menyenangkan untuk dilihat
"Aku melihat kekasihmu" Kata Wonjin seraya melihat tangan dalam genggamnya, dapat merasakan sikap tegang dari Yehyeon selama sekian detik
"Maka kau sudah bertemu dengan kekasih barunya lebih dahulu dari aku" Suara Yehyeon tidak menunjukkan dia merasa tegang, hanya memiliki ringan
"Iya" Tidak mengabaikan sikap tegang yang diperlihatkan oleh Yehyeon, Wonjin masih merendah pandangan dan menggenggam tangan Yehyeon dengan rapat
"Kau tidak memberitahu karena tidak ingin aku terluka saat mengetahuinya" Bukan bertanya, Yehyeon memahami alasan dari tindakan yang dilakukan Wonjin
"Benar. Kau terluka parah saat kau tahu mengenai ini" Wonjin melirik pada wajah Yehyeon dimana bekas airmata dibiarkan dan masih bisa dilihat
"Eh, ini hanya luka kecil, Wonjin. Aku hanya," Karena dia lebih dewasa dari Wonjin, Yehyeon selalu ingin menunjukkan kesan tenang lagi memiliki kepala dingin
"Kau dapat merasakan emosi dan terluka, Hyung. Manusiawi untuk merasakan luka" Enggan membiarkan Yehyeon untuk bersikap bahwa dia merasa baik saja, Wonjin menyela
"Maaf" Wonjin tidak ingin Yehyeon bersikap dirinya baik saja, tapi bukan dia mengharap Yehyeon meminta maaf mengenai sikapnya
"Kenapa kau meminta maaf saat kekasihmu yang melakukan kejahatan dan membuat seseorang merasa buruk?" Keluh Wonjin
"Tidak tahu" Yehyeon menghela nafas seperti dia sendiri tidak dapat memahami alasan dia bersikap seperti apa yang diperlihatkannya saat ini
"Berhenti meminta maaf, kalau begitu. Kau tidak melakukan kesalahan, pun tidak dengan menangis dan membasahi pakaianku" Wonjin berkata
"Ah," Mata Yehyeon melihat pada pakaian warna cerah dikenakan oleh Wonjin dan memiliki titik menggelap pada satu bagian
"Yehyeon-Hyung, ini bukan masalah" Terburu menenangkan sebelum Yehyeon meminta maaf dan merasa bersalah, Wonjin bersuara
"Aku tidak henti menangis hanya karena seseorang yang meninggalkan aku untuk orang lain" Yehyeon membicarakan dia sendiri
"Apa yang dapat kau lakukan? Kau sungguh suka padanya" Wonjin menaruh tangan yang bebas pada surai kelam milik Yehyeon
"Kenapa aku harus menyukai seseorang seperti dia?" Bertanya seraya menyandar kepalanya pada sentuhan tangan Wonjin
"Mungkin dia hanya datang sebagai pelajaran" Membalas tanya dari Yehyeon dengan sikap yang tidak pasti, Wonjin mendengar decakan
"Aku merasa tidak suka pada pelajaran dengan mendengar perkataanmu" Yehyeon memperlihatkan keinginan menggerutu
"Tidak mungkin kau merasa tidak suka pada pelajaran" Balas Wonjin, masih memberikan usap pada surai kelam milik Yehyeon
"Mungkin saja untuk mengubah rasa suka menjadi tidak suka dalam waktu singkat" Wonjin menemukan ekspresi yang sulit dibaca pada wajah Yehyeon
"Entah bagaimana, aku tahu kau tidak lagi membicarakan dirimu dan pelajaran" Kata Wonjin seraya menjauhkan tangan dari surai Yehyeon
"Kau dekat denganku dan memahami kata, bahkan saat aku hanya menggunakan kiasan" Yehyeon menjawab dengan memperlihatkan senyum tipis
"Aku memperhatikanmu, dalam kata mudah" Perkataan Wonjin mendapat diam dari Yehyeon sebelum dia mengerjap dan angguk setuju.
Wonjin tidak menemukan Yehyeon menolak dia memberi genggaman pada tangannya, maka dia berlama untuk menggenggam tangan Yehyeon dan memperhatikan wajah Yehyeon walau si Kim mengatakan dia tidak perlu dikhawatirkan.
Hanya, Wonjin senang memperhatikan Yehyeon pada setiap situasi, apakah dia senang sehingga Wonjin dapat menemani dia tersenyum, apakah dia sedih sehingga Wonjin harus memeluknya, atau apa hal yang dapat dilakukan Wonjin untuknya.
. _ _ _ .
Catatannya bakalan panjang. Mau curhat bahwa aku kaget ngedenger Gidongdae batal debut, eum aku belum menemukan bahasa jelasnya atau konfirmasi dari agensi, tapi member update sosmed bahwa mereka akan memulai kegiatan baru atau bersolo. Sedih dan bingung, pastinya, masih ngga tahu mau bilang apa.
Karena udah sayang Yehyeon, sayang Taedong, sayang Haolin, sayang Kiwon, sayang Wonjin, jadi aku pasti menunggu kegiatan mereka yang berikutnya. Berharap bahwa mereka bisa menemukan jalan, bisa mencapai impian mereka.
Hehe, bisa ditebak bahwa aku bakalan butuh waktu untuk kembali menulis Bottom Yehyeon. Terima kasih ya, karena memberi vote untuk bagian Yehyeon selama ini. Mari lanjut mendukung mereka 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Abibliophobia
FanfictionAbibliophobia : istilah untuk orang yang akan frustasi saat tidak memiliki bahan bacaan. <3 <3 <3 <3 <3 Kumpulan cerita yang berantakan, sesuai ide dan mood, dengan Bottom Mingi, Bottom BIC, Bottom Yehyeon.