⛵ Teman Seumur Hidup

26 6 0
                                    

_ _ _ _ _

Berat, Mingi tidak memikirkan dirinya ingin melakukan pernikahan saat dia telah menetapkan tipe ideal yang begitu tinggi untuk mendampingi dirinya. Mingi mungkin menerima tawaran kencan yang dilemparkan padanya, hanya melakukan jalan atau makan bersama, hingga beberapa orang mengatakan dirinya sungguh ketinggalan jaman, tapi Mingi tidak ingin peduli.

Mingi belum memikirkan hubungan yang serius atau ingin melakukan pernikahan, tapi Ibu membawa pembahasan ini diantara cakap sepulang Mingi dari satu kencan. Tidak biasa untuk sang Ibu membicarakan ini hingga Mingi mencemaskan ada hal yang mengganggu wanita dewasa, tidak menemukan jawab selain simpul senyuman saat dia melemparkan pertanyaan.

Dan Mingi tidak henti memikirkan pertanyaan sang Ibu pada saat ini, tak menyadari dirinya telah melamun dalam waktu yang panjang.

"Bumi pada Mingi?" Mingi menyadari San menyentuh tangannya yang memegang kursor, tak melakukan apapun hingga layar ada di mode siap

"Bumi pada Mingi?" Kembali menemukan San menyentuh punggung tangan seraya mengulang perkataan ini

"Aku mendengarmu" Mingi memberi balasan dengan suara kecil, seakan dia memiliki beban yang berat di bahu

"Kau mendapat masalah?" Berhenti dengan jenaka, San memiliki nada bicara dipenuhi cemas untuk saat ini

"Tidak" Mingi enggan memalingkan wajahnya, tahu dia akan mendapati sorot khawatir dari teman masa kecil

"Balasanmu tidak meyakinkan, Song" San melepaskan punggung tangan dari Mingi.

Tapi Mingi masih merasakan tatap mata yang mengarah padanya, tidak ragu untuk mengatakan ini merupakan laku San.

"Choi," Pelan, Mingi tahu San tidak akan melewatkan panggilan yang dia berikan

"Aku mendengarmu" San sungguh merupakan sosok perhatian lagi hangat

"Kau ingat dengan perkataanku di masa kecil?" Mingi memulai bicara dengan lamban

"Sejujurnya, kau merupakan anak dengan banyak kata" San meringankan suasana, dan Mingi menghargainya dengan tawa kecil

"Perkataan yang sering diulangi oleh Ibumu" Mingi melanjutkan bicara, setelahnya

"Kau ingin menjadi teman hidupku untuk selamanya?" Paham dengan kata yang dimaksud

"Iya. Apa yang kau pikirkan?" Mingi memalingkan pandangannya pada saat ini

"Kita dapat menjadi teman baik untuk seumur hidup" San menjawab tanpa kesulitan.

Tapi Mingi tidak memikirkan lainnya memahami apa yang dia maksud dengan benar, menarik napas sebelum dia melempar tanya,

"Bagaimana kalau teman hidup yang kumaksud adalah pasangan hidup?"

San mengerjap sebelum dia bertanya, "Kau pikir, aku sesuai dengan tipe ideal yang kau tetapkan?"

"Um" Ambigu, Mingi tidak tahu apa jawaban yang harus dia berikan pada lainnya

"Aku akan senang kalau kau sungguh memikirkan ini" San memiliki garis senyum

"Benarkah?" Sorot mata mengarahkan tidak percaya dari Mingi

"Iya. Aku sering menipumu?" Balas San mendapatkan angguk dari laki-laki Song

"Iya, aku pikir" Jawaban Mingi mengundang dengus tidak serius dari laki-laki Choi

"Pun denganmu" San membalikkan kata, dan Mingi tidak dapat memberi bantah

"Bagaimana dengan perkataanmu saat ini?" Enggan memikirkan situasi lalu

"Aku bersungguh. Kau bersungguh?" Ekspresi wajah menunjukkan San sungguh serius

"Iya" Maka Mingi pun menunjukkan ekspresi wajah paling serius yang dia miliki

"Kalau begitu, aku akan menemui orangtuamu" Tutup San sebelum dia kembali pada kerja.

Mingi merasakan dirinya mengalami malfungsi untuk beberapa saat sebelum dia pun melanjutkan pekerjaan, tidak berusaha memberatkan diri dengan pemikiran lain di hari ini. Tapi Mingi tidak menyingkirkan pikiran ini secara penuh, menyadari San mengambil langkah di sisinya pada waktu pulang.

Mingi tidak memiliki ide mengenai bagaimana San menyampaikan ini pada orangtua atau reaksi yang diberikan oleh orangtua, tapi San yang ada di sisinya dan memegang tangannya membuat dia merasakan ringan. Belum mengetahui apa yang mungkin terjadi di masa depan, tapi Mingi ingin percaya.

Sebagaimana Mingi telah percaya pada San selama bertahun ini, dia ingin percaya bahwa dirinya dan San dapat mempercayakan hidup pada satu sama lain untuk waktu yang panjang.

. _ _ _ .

Ku lagi sering ngeliat berita pernikahan yang gagal atau ngga dianggap serius, dan aku lagi mikir soal pentingnya ngobrol sama calon pasangan. Tapi malah bikin cerita dimana mereka kayak 'oh, mau nikah? hayuk'. Diri memang sulit untuk dipahami.

AbibliophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang