⛵ Bodoh

35 5 0
                                    

_ _ _ _ _

Seharusnya ini bukan ruangan yang besar dan memberikan rasa sepi seandainya Mingi ada di sisinya, mengisi ruangan ini dengan senyumnya yang tidak pernah membosankan untuk dilihat dan lontaran lelucon, kadang menghasilkan ledak tawa dan kadang tak dipahami.

Tapi San tidak menemukan masalah dari dia dan Mingi memiliki perbedaan pikir maupun selera humor, hanya menyenangi hadir dari laki-laki yang lebih tinggi dan merasakan ruang menyimpan energi baik saat Mingi ada di sisinya. Mingi merupakan wujud dari kata baik.

Mata San meninggalkan buku yang hanya dibiarkan membuka, melambungkan pikir pada momen kebersamaan dia dan Mingi.

"Mingi?" San tidak menduga dia akan menemukan Mingi saat dia mendengar seorang menekan bel, membuat dia membuka pintu

"Tidak masalah seandainya aku ingin meneduh?" Tanya Mingi seakan keduanya bukanlah orang yang memiliki hubungan dekat

"Tidak masalah" Tangan San melebarkan pintu, memperhatikan Mingi memasuki ruang dan mendiamkan dirinya untuk sejenak

"Bukan masalah seandainya aku mengenakan sandal ini?" Mingi mengarahkan tunjuk pada sandal rumah yang telah dibiarkannya

"Iya, sandal ini merupakan milikmu" San merasa perih selagi dia memberi jawab pada tanya Mingi, mendengar dengusan Mingi

"Mungkin, seorang yang lain memilikinya pada saat ini" Katanya mudah, seperti tidak ada beban atau perasaan sulit saat berkata

"Sandai ini hanya merupakan milikmu" Kata San, Mingi mendiamkan diri dan memaku pandangannya pada sandal rumah

"Tidakkah kau menemui orang lain?" Saat ini San mendengarkan lirih Mingi, tidak menyembunyikan rasa terluka mengenai situasi

"Benar. Aku melakukan kencan dengan orang lain" San tidak ingin memindah tatap dari Mingi, sekalipun malu memberatkan kepala

"Kau tidak memberikan sandal rumah untuknya?" Mingi melempar tanya, kembali meringankan nada bicara dan sembunyikan luka

"Tempat ini hanya memiliki momen aku dan kau" Balas San yang membuat Mingi mempertemukan tatap dengan sang pemilik unit

"Bahkan tidak memiliki momen kau dan kekasihmu?" Pilihan kata Mingi mengganggunya, seakan ada orang lain yang berharga

"Kami hanya melakukan dua kencan" Tidak menganggap dia dan teman kencan sebagai pasangan kekasih, sebagai hal istimewa

"Ada yang salah?" San tidak memahami bagaimana Mingi dapat menunjukkan tenang, menyembunyikan luka yang dia miliki

"Mingi, aku tahu aku melakukan salah" Sosok Mingi di pandang San mengabur dengan airmata dari perasaan bersalah

"Kau tidak melakukan salah, San" Kata Mingi seakan dia ingin memberi kesan tenang, seperti apa yang dilihatkannya pada San

"Kita dapat menghentikan jeda?" Menyadari jeda begitu panjang, saat ini San menginginkan dia dan Mingi ada di lengan satu sama lain

"Bukan aku yang dapat memberi jawaban" Mingi-nya yang begitu berharga, satu orang yang dirinya anggap sebagai kekasih

"Aku menginginkan kita kembali, Mingi" Pandangan San membaik saat airmata mulai menuruni sisi wajah, melihat getar bibir Mingi

"Kau selesai mengambil jeda?" Mata Mingi memperlihatkan rindu, San meyakini tatapnya pun menampilkan kerinduan yang sama

"Iya. Aku tidak memerlukan selain dirimu" Menemukan simpul ini setelah putusan bodohnya untuk melalukan jeda dengan Mingi

"Baik" Kedengaran tenang, tapi San melihat airmata di sisi wajah Mingi dan senyuman yang lepas pada bibir si laki-laki tinggi

"Kau terlalu mudah dalam menerima kataku" Tangan San meraih tubuh yang lebih tinggi, memberi pelukan dan menerima balas

"Aku bahagia denganmu, maka aku ingin melakukan apapun untuk bahagiamu" Mendengar Mingi membuat San merutuki diri sendiri

"Mingi, aku tidak akan melepasmu" San tahu dia bodoh, dan dia tidak akan lagi menjadi seorang bodoh yang melepaskan Mingi.

Tidak lagi ada keheningan dalam unit apartemen milik San, telah memiliki hadir lain dan tawa yang menghidupkan suasana. Mingi menggelungkan diri di sisi San saat San terbangun pada tengah malam.

San tak menyadari dia menghabiskan waktu untuk melihat Mingi yang tengah lelap, hingga Mingi terbangun untuk menggunakan kamar mandi. Kembali menggelung diri di sisi San saat dia telah selesai.

Bibir San membentuk senyuman, perlahan memejamkan mata dengan mendengar napas Mingi yang teratur di sisinya.

. _ _ _ .

Lagi seneng sama album Manusia, dan aku kepikiran lirik lagu Ingkar saat nulis cerita ini. Biasa nulis cerita SanGi yang manis dan baik aja, tapi rasanya pas juga ngasih lagu ini jadi cerita mereka.

AbibliophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang