_ _ _ _ _
Kebisingan mengganggu Mingi sekalipun mata merasakan lelah dan dia mengetahui hari telah berganti, memahami tubuh perlu melakukan istirahat sebelum dia kembali menjejalkan diri pada sibuk. Kepalanya tidak henti memunculkan skenario yang membuat dia merasakan berat lagi sesak, tak peduli apakah ini situasi konyol dari masa lalu atau kemungkinan buruk di masa depan, tapi Mingi menemukan kepalanya sungguh bising dan menahan dirinya dari lelap.
Mingi meninggalkan tempat tidur setelah dia melewati empat puluh menit dengan menatap langit ruang, tak kunjung mendapati kantuk dan hanya mendengarkan bising dari pikirannya. Matanya bertemu dengan Seonghwa yang melakukan jalan, selesai dengan urusannya di kamar mandi andai Mingi tidak salah dalam membuat simpul, dan Mingi tidak meyakini apa yang ditemukan oleh Seonghwa pada sorot matanya dengan situasi temaram pada ruangan.
Tapi laki-laki yang lebih dewasa menghentikan jalan dan menatap dia dalam diam, memberi imaji bahwa lainnya dapat membaca pikirannya dan mengurai benang kusut dalam kepala Mingi.
"Kamar mandi?" Seonghwa melemparkan tanya dengan sikap ringan
"Tidak" Mingi tak memerlukan kamar mandi sekalipun dia sendiri tak tahu apa yang dia perlukan.
Matanya tidak menangkap perubahan kecil pada wajah Seonghwa, sulit untuk melihat apapun dengan terbatasnya cahaya karena lampu telah padam.
"Kau menginginkan susu hangat?" Tapi lainnya melempar tanya dengan sikap hangat, setelahnya.
Dan Mingi merasa buruk untuk memberi jawaban, "Tidak,"
Ragu sejenak sebelum dia lanjutkan, "tapi aku dapat menerima pelukan."
Tahu ada otot wajah yang bergerak dari Seonghwa, bayangkan lain tengah tersenyum saat membalas, "Aku dapat memberikan peluk."
"Sekarang?" Mingi membuka lengannya, siap dalam menerima pelukan.
Tidak mendapati lainnya mengulur waktu atau menjadi ragu, tubuhnya merasakan hangat dari Seonghwa yang memberi peluk tanpa kendala seperti Mingi bukan laki-laki yang memiliki tinggi badan melebihi dia.
Mudah untuk menunjukkan laku ini karena Mingi pun menyesuaikan diri, ingin menyembunyikan diri dalam dekapan Seonghwa untuk malam ini, ingin bersikap seperti luas Dunia tidak melebihi ruangan ini dimana hanya ada Seonghwa dan dirinya.
"Kau dapat mengatakan apapun, dan aku akan berusaha memberinya, Mingi-ya" Seonghwa memiliki serius dalam kata
"Aku tahu" Dan Mingi percaya bahwa lainnya tidak membual dengan apa yang dikatakan
"Kau masih memiliki tawaran susu hangat dariku" Berkata tanpa melepaskan peluk dari si lebih muda
Biarkan Seonghwa merasakan getar kecil karena tawa yang dia lepas, "Aku tahu."
Mingi turut mendengar tawa kecil dari Seonghwa yang dia yakini lega dan merasa bangga untuk merasakan dia melepas tawa, sebelum dia kembali mendapati sunyi dalam ruangan.
Sejenak Mingi mencemaskan dia akan mendengar kebisingan kembali memenuhi kepalanya, tapi suara memasuki telinganya sebelum kepala dapat membentuk kata, "Kau merupakan sosok yang berharga bagiku."
Ini berbeda dengan simpul yang dirinya tarik di kepalanya, bukan apa yang dapat dipahaminya dengan ulangan dari situasi lalu atau bayang dia mengenai masa depan.
Tidak ada yang istimewa mengenai dirinya, mudah dalam mengganti dirinya dengan banyak orang yang memiliki kemampuan melebihi dia, memiliki pribadi hangat atau pribadi manis dibandingkan dirinya, pun dia tidak memikirkan dirinya memiliki daya tarik sebesar lainnya.
"Aku," tidak percaya, Mingi menahan kata pada lidahnya karena dia tahu Seonghwa bukan pembual atau tukang bohong.
Bibir menjadi rapat karena dia tidak mengetahui balasan yang dapat dia berikan, merasakan lainnya menarik napas dan mendekap dirinya dengan erat melebihi waktu sebelumnya.
"Bukan masalah" Seonghwa memiliki ketenangan, seperti air yang menghanyutkan dalam anggapan Mingi
"Hingga kau percaya, aku akan mengulang perkataan ini untukmu" Tapi ungkapan ini memiliki tekad yang kuat
"Um" Dan Mingi mengetahui kesungguhan Seonghwa saat lainnya telah menetapkan pikiran mengenai satu hal
"Lelah?" Pertanyaan ini membuat Mingi menyadari dia menyandarkan tubuh pada Seonghwa, mulai dihampiri kantuk
"uh," Mingi meninggalkan dekap hangat milik Seonghwa dengan enggan
"Biarkan aku di sisimu" Bukan bertanya, Seonghwa tahu Mingi memerlukan ini.
Mingi hanya memberikan angguk, tahu Seonghwa ada di belakangnya selagi dia mengembalikan langkah pada tempat tidurnya.
Kembali rasakan lengan panjang milik Seonghwa memeluk tubuh dan menghantarkan diam untuk pikiran buruk dalam kepalanya, munculkan ingat mengenai tujuh wajah yang akan ditemukannya di sisi ataupun belakang punggung selama beberapa tahun terakhir.
"hwa-hyung tetap di sisiku" Pinta ini melewati bibirnya selagi tangan meraih fabrik dari apa yang dikenakan oleh Seonghwa
"Tentu, aku akan menetap di sisimu" Seonghwa memberi jawab tanpa perasaan sulit, tempatkan kecupan ringan di dahinya.
Sunyi dalam ruangan dan tenang dalam kepalanya, Mingi mengetahui dia membentuk senyum seraya membiarkan lelap memberi rengkuhan. Dia bukan sosok paling pandai mengenai kata atau tunjukkan perasaan, hanya berharap bahwa Seonghwa akan mengerti dia adalah alasan Mingi dapat lelap dan membentuk senyuman dalam lelapnya.
Sunyi dalam ruangan dan damai di wajah Mingi, Seonghwa temukan perasaan hangat saat dia melihat pemandangan ini dan tidak berusaha mengambil jarak yang lebih jauh saat dia menyadari jemari Mingi begitu rapat. Biarkan matanya menutup setelah dia memastikan damai di wajah Mingi dan napas lainnya yang teratur, menetap di sisi.
. _ _ _ .
Udah malem tapi ngga bisa tidur, ngeliat update dan sadar kalo aku udah lama ngga nulis Igi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abibliophobia
FanfictionAbibliophobia : istilah untuk orang yang akan frustasi saat tidak memiliki bahan bacaan. <3 <3 <3 <3 <3 Kumpulan cerita yang berantakan, sesuai ide dan mood, dengan Bottom Mingi, Bottom BIC, Bottom Yehyeon.