⛵ Let Me

85 9 3
                                    

_ _ _ _ _

Ini bukan situasi dimana Mingi merasakan dirinya memiliki suasana hati yang begitu buruk, hanya merupakan situasi yang biasa terjadi saat Mingi memendam banyak hal seorang diri dan memperlihatkan sikap bahwa dirinya merasa bahagia tanpa memiliki masalah apapun.

Mingi merasakan ambang, seperti dia belum melepaskan diri dari dunia mimpi dan bukan dia sedang menjalani hari dengan kesadaran yang penuh. Sejujurnya Mingi tidak yakin bagaimana dia menjelaskan situasi, merasa dia tidak melakukan apapun dan tidak merasa apapun.

Dan Mingi memikirkan alasan yang membuat dia mendudukkan diri di sisi jalanan, menangis dengan menyembunyikan wajahnya pada lutut yang terlipat.

"Apa yang harus aku lakukan?" Yeosang, yang sedang berjalan dengan dia, menggumam dengan bingung saat Mingi menangis dan kelihatan tak mudah dihentikan

"Bisa," Mingi mengangkat wajah walau dia pikir dia kelihatan buruk, pun dia meninggikan tangan untuk meraih tangan Yeosang yang diam di sisi badan

"Bisa?" Dapat mendengar kata Mingi namun dia merendahkan posisi yang sebelumnya masih berdiri dengan lurus, menunjukkan sikap dia memperhatikan

"Bisakah kau biarkan?" Satu sisi Mingi merasa dia seperti anak kecil yang terlalu perasa, namun sisi lainnya dia merasa dia memerlukan tangisan ini

"Kau ingin aku membiarkanmu menangis?" Biasa mendengar orang lain mengatakan dia aneh dan tak mudah diduga, jadi Mingi harusnya biasa dengan bingung Yeosang

"Bisakah?" Memutuskan kontak mata yang dia lakukan dengan Yeosang, Mingi memberikan tanya seraya melekatkan pandangan pada jalanan

"Um. Menangis lah" Indera pendengaran Mingi masih mendengar bingung pada nada bicara rekan kelompoknya, menemukan sikap tidak tahu harus melakukan apa

"Hanya biarkan. Tidak perlu melakukan apapun" Kasihan dengan memikirkan Yeosang yang harus menghadapi dia di saat ini, Mingi berusaha berkata

"Iya. Aku sudah mendengarkanmu" Mingi dapat merasakan Yeosang yang berdiam, membiarkan tangannya menyentuh tangan si pemuda Kang walau kepalanya merendah.

Mingi menyembunyikan wajah diantara lutut, tidak berusaha melihat sisinya walau dia dapat merasakan Yeosang yang mendudukkan diri pada satu sisinya.

"Merasa baik?" Mingi mendengar tanya dari sisinya saat dia tidak lagi menyembunyikan wajahnya diantara lutut, walau pandangannya masih memandang rendah

"Iya. Sekarang, aku merasa baik" Memindahkan pandangan dari jalanan, Mingi membentuk senyuman tipis seraya memberi jawaban pada Yeosang

"Aku pikir, ini merupakan senyum paling baik yang kau perlihatkan di pekan ini" Yeosang masih membiarkan Mingi memegang satu tangan, sementara tangan lainnya menyentuh sisi wajah Mingi

"Kelihatan buruk selama pekan ini?" Seperti Yeosang membiarkan tangannya dalam raih Mingi, Mingi membiarkan Yeosang menyentuh sisi wajahnya yang masih memiliki jejak airmata

"Ingatkan aku mengenai kapan aku mengatakan kau kelihatan buruk" Meninggikan alis selagi dia membalas tatapan Mingi, melihat Mingi yang membentuk kerucut dengan bibirnya

"Hanya, kau bilang," Bicara Mingi tidak jelas dan payah untuk menemukan kata, dan Yeosang tidak ingin mencandai bicara Mingi untuk waktu ini

"Karena saat ini kau merasa baik, bukan bersikap bahwa kau baik, maka ini adalah senyuman di pekan ini" Yeosang memperhatikan Mingi membuka mulut seperti memahami

"Apakah aku memperlihatkan sikap yang begitu kentara?" Tanya Mingi, saat ini dia merendahkan pandangannya pada tangan Yeosang yang masih ada dalam raih tangannya

"Kau merasa buruk karena seseorang mengetahui kau tidak baik sepanjang pekan ini?" Bertanya seraya merendahkan pandangannya untuk melihat Mingi memainkan jarinya

"Iya" Bisik Mingi pada angin malam, memberi jawaban yang akan terbawa tanpa didengarkan oleh si pemberi tanya seandainya ada suara lain menginterupsi Mingi

"Mingi-ya," Tidak berpikir Mingi nyaman seandainya ada yang mendengar dan tidak ingin meninggalkan pembahasan ini begitu saja, Yeosang merendahkan suaranya

"perasaan tidak pernah menjadi sesuatu yang bisa dikendalikan. Tidak apa untuk merasa ini bukan harimu" Menaruh tangannya yang bebas pada tangan Mingi yang lain

"Um" Kepala Mingi memberikan angguk dan Yeosang tidak berpikir dia memerlukan balasan yang besar pada saat ini, balasan Mingi sudah cukup untuk saat ini

"Karena kau sudah merasa baik, ingin pindah tempat?" Yeosang melihat Mingi menganggukkan kepalanya, dapat melihat senyum tipis yang dibentuk si pemuda Song

"Iya. Aku pikir aku memerlukan sesuatu untuk menyamarkan mata sembab" Mingi memperlihatkan cengiran miliknya, Yeosang melepas tangan Mingi untuk merapikan rambutnya.

Yeosang dapat melihat mata sembab milik Mingi dengan jelas, namun dia tidak melewatkan perasaan lega Mingi setelah dia menggunakan waktu untuk menangis, menangis seperti dia merasa sakit dan tidak memiliki cara lain untuk meredakan sakitnya.

Yeosang tidak meyakini apa yang memicu tangisan Mingi, atau apa yang melukai Mingi dengan begitu dalam, tapi dia memastikan hadir di sisi Mingi untuk mengingatkan ada seseorang yang memperhatikan dan peduli mengenai apa yang dia rasakan.

. _ _ _ .

Hehe, muncul dengan pairing baru. Mau nulis Yeosang x Mingi waktu liat Yeosang manggil Mingi setelah Hongjoong bilang 'annyeong' ke Mingi, tapi bingung sama idenya.

Berhubung beberapa pekan lalu, aku ngerasain gamang, ambang, kayak apa yang dirasain Mingi dalam cerita ini, aku nulis cerita ini. Biasanya malu buat nangis, tapi di hari kayak gitu pengen buat nangis, buat punya perasaan yang bisa dikeluarin.

AbibliophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang