⛵ Tuan Puteri Perlu Pelukan

28 4 0
                                    

_ _ _ _ _

Mingi tidak memiliki masalah mengenai temannya melakukan kencan dan dia mendiamkan diri dengan tumpukan tugas di penghujung pekan, memaksa mata untuk menatap monitor sehingga dia dapat selesaikan tugas dan mendapat istirahat yang dirinya perlukan. Tapi Mingi tidak menjatuhkan diri dalam lelap sekalipun tugas telah selesai, dan dia tak tahu dimana masalah.

Mata Mingi menunjukkan kemerahan saat dia menggabungkan diri dengan penghuni kos yang lain di pagi hari, merupakan hari akhir dari penghujung pekan. Biasa menemukan ruang televisi yang sepi daripada hari lain, pun Mingi tidak yakin apa yang berusaha ditemukannya pada ruangan ini dan menghempaskan tubuh pada bangku dengan tatapan kosong ke arah televisi.

Yeosang ada di sisi lain dari bangku, menghabiskan sarapan dengan tenang sebelum Mingi memasuki ruang dan menempati bangku.

"Kau menyelesaikan tugasmu?" Biasa Yeosang bukanlah pihak yang memulai pembicaraan

"Um" Biasa Mingi bukan pihak yang mengeluarkan kata seadanya, selalu merupakan sosok dengan cerita dan pikir yang luas

"Kau telah melakukan istirahat?" Sejujurnya Yeosang pikir dia dapat melihat jawaban dari tanya yang dia lemparkan

"Belum" Mingi memberi jawaban yang dapat dilihat siapapun dengan jelas, meluruhkan tubuh pada bangku

"Ada apa?" Yeosang menempatkan mangkuk miliknya pada meja rendah di ruang televisi

"Aku berharap aku dapat memberikan jawab" Dapat mendengar frustasi Mingi dalam bicara

"Kau memerlukan," Yeosang menghentikan dirinya sebelum dia hendak menyebutkan obat tidur.

Dia mungkin bukan sosok yang paling dekat dengan Mingi, tapi dia tahu Mingi memiliki kenangan buruk dengan obat tidur sehingga laki-laki ini merasa tak nyaman mengenai obat tidur.

Laki-laki Kang mempertimbangkan sejenak sebelum dia memilih kata lain, "pelukan?"

Mingi tidak memburu diri untuk memberikan jawab dan Yeosang tidak mengejar jawaban sekalipun dia menemukan dirinya merasa gugup saat hening menjadi panjang.

"Iya" Mingi memberi jawaban seraya memindahkan posisi, menjadi dekat dengan Yeosang

"Oh, baik," Yeosang mengulurkan tangan untuk memberi pelukan pada laki-laki yang lebih tinggi darinya

"Berat?" Mingi menggumam, menyadari dia menyandarkan tubuh pada Yeosang di saat ini

"Um" Yeosang memberi jawaban dengan jujur, tidak melonggarkan peluk meski dia berkata

"Haruskah aku pindah?" Dapat mendengar kecemasan pada suara Mingi.

Tangan Yeosang enggan memberikan jarak sekalipun dia menyetujui bahwa lainnya berat, masih memberi dekapan yang rapat.

"Tidak. Kau dapat tidur, Tuan Puteri" Yeosang merasakan tubuh Mingi menjadi tenang dengan perkataan ini

"Tuan Puteri?" Kecil, tapi Yeosang tidak melewatkan tawa kecil yang menandakan Mingi merasa terhibur

"Benar. Tuan Puteri" Pun Yeosang merupakan sudut bibirnya meninggi saat dia mendengar tawa Mingi

"Yeo, sang, terima kasih" Kantuk membuat bicara menjadi hal yang tak mudah bagi Mingi, Yeosang mengerti

"Bukan masalah, Tuan Puteri" Tidak ada balas dan Yeosang mendengar dengkuran halus setelah beberapa saat.

Yeosang memperhatikan tayangan tidak menarik di televisi sebelum dia merasakan dengkuran halus dari Mingi mengundang rasa kantuk, jatuh pada lelap tanpa melepas dekapannya. Biarkan sang Tuan Puteri lelap dengan perasaan aman diantara lengannya.

Kalau Yunho, San, atau Wooyoung menemukan mereka dan mengambil beberapa foto, ini merupakan masalah di masa mendatang, saat Mingi tidak lagi memiliki merah pada matanya dan Yeosang tak lagi memiliki tuan puteri yang memerlukan pelukannya.

. _ _ _ .

Ide ceritanya muncul karena aku lagi pengen dikasih panggilan manis dan butuh pelukan, efek dari kurang tidur tuh beragam banget sampe aku kepikiran ide cerita ini.

Pengen update pas ulang tahun Yeosang, tapi moodnya baru ngumpul.

AbibliophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang