💎 Tired Mood

19 2 0
                                    

_ _ _ _ _

Seungmin tidak ingin menghentikan dirinya, tapi dia merasakan sesak di kepalanya saat dia hanya menemukan salah dari apapun yang dirinya tulis. Mata dijauhkannya dari layar yang memperlihatkan putih seakan dia tidak melakukan apapun selama satu jam, hanya mendudukkan diri tanpa usaha.

Matanya menemukan indah dari langit senja dimana matahari ingin melakukan sembunyi, memikirkan ini sebagai situasi indah dalam cerita romansa, tapi dia tidak mendapatkan dialog yang layak diberikan pada karakternya. Kembali menghela napas dan berusaha memejamkan mata yang lelah.

Telinganya mungkin mendengar suara seseorang menekan kode aman dari unit apartemen, atau pikirannya hanya menghasilkan imaji kosong.

"Sore. Ini dengan Nam Seungmin?" Oh, seseorang sungguh menekan kode aman miliknya

"Tidak ada siapapun. Kembalilah lain waktu" Seungmin tak harus melihat Minjae di pintu kamar

"Kau tidak menginginkan Ayam Goreng?" Minjae meninggikan kotak ayam dengan senyum besar

"Aku tidak meninggalkan bangku untuk membersihkan tangan" Kukuh Seungmin dengan keras

"Kau hanya perlu membuka mulut untuk makan" Langkah Minjae dekat dengan posisi duduknya

"Ini hanya menemukan buntu" Keluh Seungmin saat Minjae telah ada di sisi, dapat melihat layar komputer

"Mungkin, kau harus mengambil istirahat dan beranjak dari dudukmu" Minjae mudah untuk mengatakan ini

"Aku merasa payah saat aku beranjak dan tidak menyelesaikan ini" Berat dirasakan oleh Seungmin.

Kepalanya melakukan sandar pada bangku yang digunakannya, kembali menghela napas pada bilangan yang tidak berusaha dihitung olehnya.

"Perasaanmu, tapi aku tidak merasa kau payah" Minjae memiliki yakin dalam nada bicaranya

"Song Minjae," Seungmin mengambil napas dan membuangnya dengan perlahan, memberi toleh

"Kau tidak mengerti" Minjae mengatakan ini di saat yang sama dengan dia mengatakannya

"Aku serius. Kau tidak mengerti betapa aku memikirkanmu baik saja" Minjae melanjutkan dengan serius

"Tidak. Aku berusaha menghabiskan waktu untuk menulis sesuatu dan hanya kembali pada awal" Pun Seungmin serius

"Kau berusaha melakukan sesuatu" Minjae mengatakan ini seperti dia mendapatkan petunjuk

"Iya, tapi," Berusaha tidak seharusnya merupakan kata yang cukup dalam pandangan Seungmin

"Kau tidak diam dan melakukan sesuatu. Kau mengagumkan" Kata Minjae mendiamkan dirinya

"Sialan" Keluh Seungmin saat dia tidak menemukan balas yang dapat diberikannya pada Minjae

"Mulutmu tidak seharusnya digunakan untuk hal kotor seperti itu" Minjae tersenyum miring

"Diam" Seungmin merasakan wajah menjadi hangat hanya dengan melihat senyumnya

"Wajahmu memerah" Kentara bahwa Minjae tak berusaha mengabaikan situasi Seungmin

"Mungkin, aku mengalami demam" Balas Seungmin, bodoh dan begitu sembarang

"Aku tahu kau tidak mengalami demam" Minjae masih mempertahankan senyum miring

"Diam, Song Minjae" Tangan Seungmin berusaha melayangkan tinju pada lengan Minjae

"Kau harus melakukan sesuatu andai kau ingin aku diam" Mudah dihindari oleh si pemuda Song

"Makanlah. Aku akan makan denganmu" Kata Seungmin yang mendapat angguk Minjae

"Bukan kata kunci yang buruk" Minjae masih melakukan angguk, menerima kata Seungmin

"Kapan aku memiliki perkataan buruk?" Seungmin tidak mengatakan ini dengan sikap serius

"Kau mengatakan bahwa kau payah sebelum ini" Tapi Minjae membalas dia dengan serius

"Aku hanya mengatakan," Kata Seungmin tidak menemukan akhir saat Minjae melakukan gerak

"Buka mulutmu, dan makan" Minjae menempatkan potong ayam goreng depan mulut Seungmin.

Seungmin masih tidak menemukan apa yang harus ditulisnya saat dia menyelesaikan makan, tapi dia hanya menempatkan kecemasan pada bagian belakang dari kepalanya. Kantuk membuat dia menyamankan diri diantara lengan Minjae.

Minjae hanya meraih ponsel untuk mengubah daftar lagu yang dia putar, memilih daftar lagu dengan senandung pengantar tidur. Dua lengannya mengurung Seungmin seperti berusaha memberikan ruang aman bagi sang penulis yang lelah.

. _ _ _ .

Keinginan hati nulis cerita yang fokus Minjae buat ulang tahun, malah curhat di cerita ini. Biasa nulis jadi pelarian pas penat, tapi belakangan ini sering kesel sendiri karena rasanya tulisan ngga rapih, kayak berantakan.

AbibliophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang