Daniello, pria itu menatap foto pemuda yang Ia jadikan wallpaper ponselnya, pemuda itu tengah tersenyum lebar menampakkan sebuah lesung dipipi kanannya.
Foto yang ia dapatkan dari istrinya itupun menjadi petunjuk untuknya supaya mengenali pemuda yang sebentar lagi akan menjadi anaknya. Putranya, anak seorang Daniello dan Arellia, ia pastikan itu.
Tadi nya ia merasa tak tertarik dengan perkataan yang dilontarkan sang istri mengenai seorang pemuda, namun setelah istrinya itu memberikan selembar foto yang ternyata gambar pemuda tersebut, Daniel langsung semangat empat lima berniat menjadikan pemuda tersebut sebagai anaknya.
Pertemuan tak terduga yang ia alami dengan pemuda itu, beruntung ia tak jadi menarik pelatuk pistolnya saat pemuda itu menunjukan wajahnya, dan ia mengenalinya.
Daniel bisa saja langsung membawa pemuda itu pergi, namun ia tak bisa melakukannya. Kata yang dilontarkan pemuda itu sangat menusuk ditelinganya, dan ia ingin mengetahui seberapa jauh kenakalan pemuda itu.
Banyak sikap pemuda itu yang harus Daniel ketahui, bagaimana pergaulannya, sikap nya pada keluarga, caranya bersosialisasi, dan kebiasaan buruknya.
Daniel harus tahu itu, dengan begitu ia bisa mengoreksi nya nanti bersama sang istri, yang saat ini sedang menghancurkan Mansion karna Daniel belum juga membawa anaknya.
Daniel tidak bisa membayangkan bagaimana nanti saat istrinya tau bahwa anaknya itu lompat dari mobil mewahnya dalam keadaan terluka. Mungkin mobilnya langsung di bom oleh sang istri.
Drttt drttt
Daniel menghela nafas saat ponsel nya bergetar menampilkan nama sang istri. Dengan segenap jiwa Daniel mengangkatnya.
"JANGAN PULANG TANPA PUTRAKU, BRENGSEKK!!"
____________
"Vodka?" Bartender itu menggeleng.
"Wine?" lagi-lagi Bartender itu menggeleng.
Rendi menghela nafas "yaudah yang ada aja bang, tapi yang harganya bersahabat ama kantong gua" Rendi mulai jengah.
Bartender itu menggeleng "sorry bro, kehabisan stok" ucapnya.
Rendi mengernyit "bukannya baru dateng kemaren ya kata bang Tomi?" tanya nya.
"Eh, a-anu.... enggak dari kemaren emang stok nya dikit, sampe sekarang belum dateng" ujar Bartender itu gugup.
Rendi mendengus kesal "bar kok gak ada minuman, aneh" cibirnya lalu pergi menyusul teman-temannya yang sudah duduk santai.
Rendi kan bingung, kemaren kata bang Tomi pemilik bar, stok minuman udah full lagi, malah ada minuman baru yang gak ada di bar ini, tapi kok Rendi mau mesen katanya abis, dalam semalam?. Woo, sungguh banyak manusia maksiat dimuka bumi ternyata.
Rendi menghela nafas sembari mendudukan bokongnya di sofa, kedua sahabatnya mengerutkan dahi saat Rendi datang tanpa minuman, pasalnya tadi Rendi bilang ingin membeli minuman pada mereka.
"Lah, gak minum?" tanya Dito.
"Udah tobat lo?" sahut Danish.
"Abis" ujar Rendi malas, entah kenapa mood nya benar-benar turun, niat hati kemari ingin bersenang-senang namun malah mood nya yang langsung down.
"Mosok, tadi gua beli masih banyak nih" ujar Danish. Rendi mengedikkan bahunya acuh.
"Nih, minum punya gua aja" Dito menyodorkan segelas wine pada Rendi, di cuman gak tega aja melihat wajah lesu sahabat nya, soalnya tadi Rendi yang paling bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...