Part TigaEmpat

19.9K 2K 49
                                    

Malam ini keadaan Mansion terasa tentram, ini semua di karena kan kedua tuan mereka tengah akur. Tuan besar mereka akhirnya mengetahui alasan mengapa tuan muda nya menganggu orang lain, tentu saja orang itu akan mendapat balasan dari sang tuan.

Dan juga tuan muda mereka yang tidak akan memaafkan tanpa syarat. Syarat yang membuat tuan mereka berdebar di setiap langkah; perpanjangan kontrak selama seminggu tuan mereka harus menuruti kemauan sang tuan muda. Mau tidak mau, tuan mereka menerima nya.

Saat ini, keharmonisan ayah dan anak itu terjadi di ruang keluarga. Dimana Rendi, memerintah Daniel Mabar Mobile Legend, kedua manusia itu tampak tidak mau mengalah satu sama lain.

Hingga pertandingan di menangkan oleh sang Ayah. Rendi kira Daniel kaya kolot, orang kaya tapi masih hidup seperti di jaman batu, namun ternyata salah, skill Daniel dalam bermain ML memang tidak di ragukan, setara dengan pro Players.

"Jadi sekarang, apa yang Daddy minta dari aku. Jangan aneh-aneh!" Ujar Rendi kesal, memang sebelum pertandingan di mulai mereka sudah menyiapkan peraturan, dimana yang kalah harus menuruti satu permintaan dari si pemenang. Awal nya Rendi kira bisa mengalahkan Daniel, namun nyata nya tidak.

"Cukup mudah, tidur lah sekarang karna ini sudah malem" perkataan Daniel mampu membuat Rendi mendelik kesal. Pasal nya tadi Rendi bilang ingin begadang, tentu saja Daniel tidak bisa menolak karna perjanjian itu. Namun sekarang ada saja yang membuat Rendi selalu kalah dari Daniel.

"Kan, ak-----"

"Ini pertandingan, sesuai kesepakatan kamu harus menepati nya, son" sela Daniel cepat.

Rendi mendengus kemudian bangkit,"oke, aku tidur! Liat aja besok!" Ujar nya kesal, kemudian berlalu menuju kamar nya.

Daniel menggeleng sambil tersenyum setelah punggung Rendi menghilang. Orang tua akan memanfaatkan kesempatan untuk kebaikan anak nya, dan seorang anak selalu mencari keuntungan di sela kesempitan orang tua nya.

Pria tampan itu kembali mengambil tablet nya, melanjutkan pekerjaan yang tertunda untuk menghabiskan waktu bersama sang anak. Hari ini istri nya hanya menelpon sekali, itupun untuk memberi tahu dirinya kabar pendaratan, setelah nya istrinya itu belum menghubungi lagi, mungkin sibuk dengan masalah disana.

Bukan hanya Daniel yang merindukan Lia, namun anak nya itu juga sama merindukan ibu nya. Sedari tadi Rendi tidak berhenti bertanya kapan Mommy nya pulang, padahal baru sehari mereka menjalani hari tanpa Lia.

"Tuan.."

Daniel menoleh saat mendengar seseorang memanggil nya, ternyata Dom dan Paul. Setelah menyuruh keduanya duduk, Daniel menunggu perkataan Dom selanjutnya, yang pasti nya tentang ke penyerangan siang tadi, sungguh ia tidak bisa membayangkan jika tidak ada Niko di sana.

"Orang itu berasal dari Spanish, saya menemukan tatto ditangan kanan nya, anggota Snake Devils menurut gambar yang tertera. Di tambah, kami menemukan bukti ke anggota-an Snake Devils melekat pada nya" terang Dom.

Daniel mengerutkan dahi nya, "apa kita pernah menebar api dengan Snake Devils?" Tanya Daniel.

"Snake Devils di pimpin Morgan Scotlifer. Dan Redmoon yang membunuh Maggi Scotlifer, anak kandung Morgan" jawab Paul.

Daniel mengangguk-anggukan kepala nya, sekarang ia mengerti mengapa Morgan mengutus anak buah nya untuk menyerang Rendi, seperti nya ini ajang balas dendam bagi Morgan, setelah berita mengenai Rendi tersebar di dunia bawah.

"Aku ingin, kalian perketat keamanan untuk Rendi"

____

Sedari tadi Rendi tidak henti-hentinya melakukan hal aneh, mulai dari berguling-guling di karpet ruang keluarga, hingga tidur di sofa dengan posisi terbalik. Semua ia lakukan untuk mengurangi rasa bosan.

Hari ini ia tidak sekolah, di karenakan pihak sekolah telah memberinya skors hingga tiga hari, bukan ia saja, tapi juga Fadil karna anak itu di nyatakan bersalah juga. Semua berkat Daddy nya yang memaksa Fadil menceritakan hal yang sebenarnya, Rendi tahu hal itu dari Dito.

Rendi menghela nafas sekali lagi, ia bingung harus melakukan hal apa di Mansion sebesar ini. Dengan langkah besar pemuda itu bangkit menuju dapur utama yang terletak di lantai satu. Membuka kulkas untuk mencari cemilan yang cocok untuk menemani ke gabutan nya.

Mata sayu itu langsung berbinar, saat melihat sebatang coklat yang terdampar di dalam kulkas. Pemuda itu mengambil nya tanpa memikirkan siapa pemilik nya.

"Tuan muda!" Rendi berjengit kaget saat mendengar suara seseorang tepat di belakang nya.

"Apa! Lo ngagetin tau nggak!'' pekik nya.

"Saya hanya ingin memberi tahu, ini waktu nya anda meminum susu" ujar Tessi mengingat kan.

Rendi menghembuskan nafas, perut nya sudah terasa kembung karna menghabiskan dua gelas jus mangga hasil kegabutan. Sekarang rasanya ia sudah tidak mampu menampung cairan kedalam lambung nya.

"Nanti aja deh ya, udah kenyang banget gua, beneran" nego Rendi.

Tessi menggeleng,"ini perintah nyonya, dan anda harus meminum nya" ujar Tessi.

Rendi menggeleng,"nanti aja beneran lah, kembung banget perut gua rasa nya Tes" ujar nya.

Memang dasar nya Tessi yang terlalu setia kepada majikan nya hingga tidak mendengarkan permohonan Rendi. Pria itu terus memaksa Rendi dengan berbagai macam ancaman.

Rendi menghela nafas,"susu nya mana?" Tanya nya membuat Tessi menyodorkan segelas susu yang di bawanya sedari tadi.

Rendi menggeleng,"susu yang belum di sedu" ujar nya.

Tessi berjalan ke lemari tempat menyimpan bahan makanan, kemudian mengambil sekotak susu bubuk yang sudah di buka dan menunjukan nya kepada Rendi.

Rendi mengambil nya,"gua makan ini aja ya, kan sama-sama susu" ujar nya kemudian berlalu menuju ruang keluarga.

Meninggalkan Tessi yang masih belum sadar dengan apa yang di lakukan tuan muda nya. Hingga suara orang terjatuh dari ruang keluarga membuat nya berlari, memeriksa apakah tuan muda nya yang terjatuh.

"Ya ampun Om nggak papa? Ati-ati kalo jalan Om, pake mata sama hati nurani biar tau mana jalan yang lurus mana jalan yang bengkok"

Tessi menghela nafas lega, ternyata bukan Rendi yang jatuh melainkan rekan nya. Mata nya menatap Rendi yang tengah membantu Aldo berdiri dari lantai.

"Tadi nya saya mau ngetawain loh Om, tapi nggak jadi, saya kan anak baik-baik" ujar Rendi.

"Terima kasih sudah membantu saya, Tuan muda" ujar Aldo tulus.

Rendi mengangguk singkat, kemudian mata nya membola saat melihat luka di tangan kanan Aldo yang memakai kaos hitam pendek. Luka nya terlihat parah, dan Rendi yakin itu bukan luka karena terjatuh tadi.

"Astaghfirullah, Om dapet luka dari mana? Di gebukin warga ya? Apa tawuran sama anak sekolah?!" Pekik Rendi membuat Aldo langsung menyembunyikan luka nya.

"Tidak masalah tuan, kami sudah terbiasa dengan luka ini" ujar Aldo gugup.

Rendi mendelik," kami? Berarti bukan Om aja yang luka?" Ujar nya menghembuskan nafas.

"Tunggu sini, Jan kemana-mana kalo nggak mau gua sleding" ujar nya kemudian pergi meninggalkan Aldo yang menatap Tessi minta bantuan.

"Miris...."lirih Aldo pada dirinya sendiri.














____

Selamat hari raya Idhul Fitri.

Rendi be laik : "saya selaku perwakilan keluarga besar Lacosta meminta maaf yang sebesar-besarnya. Terlebih sikap saya selama ini kurang berakhlak. Kadang khilap ngga tau tempat, mangap ya"

Papay.








Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang