Part EmpatTiga

20.7K 2.2K 229
                                    

Sorry for typo. Hehe





____

Seperti biasa, Lia selalu menunggu Rendi pulang sekolah. Hari ini adalah pertama kali nya ia menjemput sang anak, karna biasa nya Daniel lah yang menjemput. Tapi kali ini, ia ditemani Dyan dan Eva-- ibu mertua nya. Senang, apa lagi saat melihat anak nya keluar gerbang bersama teman-teman nya.

Wanita cantik itu langsung keluar, menghampiri sang anak yang belum menyadari kehadiran nya. Sekolah yang tengah ramai itu menjadi semakin riuh karna kehadiran menantu keluarga Lacosta. Seperti nya kabar bahwa Rendi anggota keluarga Lacosta itu memang benar ada nya.

"Mom, ngapain disini?" Tanya Rendi saat Lia datang langsung memeluk nya.

"Jemput anak Mommy lah, apa lagi memang nya?" Ujar Lia santai.

Wanita itu memperhatikan teman-teman nya Rendi. Kemudian tersenyum manis, ia sudah mendengar sebagian cerita dari Daniel tentang teman Rendi yang bernama Dito dan Danish.

"Kalian temannya Rendi ya?" Tanya nya lembut. Dito dan Danish tersenyum malu-malu kemudian mengangguk.

Bugh

Rendi baru saja menendang kedua bokong sahabat nya itu. Jijik saat melihat wajah kedua nya membuat ia geli. Danish dan Dito memang gitu, sering berubah seperti bunglon.

"Sayang nggak boleh gitu.." ingat Lia lembut.

Rendi mendengus kemudian berjalan kearah sang Oma yang melambaikan tangan nya dalam mobil. Meninggalkan Lia yang menghela nafas sabar, wanita itu mana kuat jika Rendi sudah ngambek.

Dengan segera Lia menyusul sang anak setelah meminta maaf pada Dito dan Danish atas sikap Rendi. Seperti nya hal seperti itu sudah biasa dalam persahabatan mereka, buktinya Dito maupun Danish sama sekali tidak terlihat sakit hati atau tersinggung sedikit pun.

"Sayang...." Rendi tidak memperdulikan Lia yang mengguncang pundak nya. Pemuda itu justru semakin memasukan tubuh nya dalam dekapan sang nenek.

"Kenapa lagi, Lia?" Tanya Dyan yang duduk di kursi depan.

Lia menggeleng, masih mencoba mendekati sang anak,"baby boy..." Ujar nya menampilkan wajah memelas.

Rendi mendengus mendengar panggilan yang menggelikan itu. Ada saat nya ia merasa lucu dan ada saat nya terasa menggelikan. Panggilan Daniel di malam itu, teras lucu di telinga nya.

"Jangan ngambek, sayang. Mom sedih, pengen nangis ajalah...hiks " ujar Lia, sembari menghapus air mata nya.

Rendi menghembuskan nafas, kemudian berbalik menghadap sang ibu. Pemuda itu mengambil kedua tangan sang Mommy, kemudian mengecup nya lama. Bibir nya tertarik membentuk sebuah lengkungan.

"Nggak marah lagi?" Tanya Lia, Rendi menggeleng, ia selalu tidak tega melihat air mata Lia.

Dua orang wanita yang berada di mobil yang sama itu tersenyum tipis, melihat keakraban ibu dan anak itu. Rendi adalah kelemahan Lia, dan mungkin saja air mata Lia adalah kelemahan Rendi.

_____

"Kapten Rendi memang tampan dan hebat. Tidak diragukan ke mampuannya dalam bidang menembak. Mueheheh"

Rendi berbicara sendiri di balik sofa ruang kerja Daniel. Pemuda itu memasang posisi siaga, di tangan nya sudah melekat tembakan air yang di berikan Daniel waktu itu. Tabung air nya sudah terisi penuh, tinggal siap di tembakan saja.

Sebenarnya, Rendi melakukan kegiatan aneh ini karna ia diserang kegabutan tingkat akut. Ingin bermain game di ponsel, WiFi Mansion dimatikan oleh Daniel, sedangkan Rendi tidak pernah mengisi paket Internet.

Lia sedang pergi bersama Dyan dan Eva. Claine dan Cloe sedang berkunjung ke UI, sedangkan Calvin masih tidur di kamar nya. Alhasil pemuda itu sedari tadi mencoba mengganggu Daniel yang tengah berkutat pada kertas-kertas di atas meja.

Alis menukik tajam itu terarah pada kaki Daniel yang memakai sandal rumahan. Sofa yang terletak tepat di samping meja kerja membuat Rendi menghadap kesamping. Anak itu mulai membidik kaki sang Daddy.

"Tarik napas, buang, tarik napas, buang. Please jangan kentut dulu, gua mau ngeker kaki burik si Daniel..."racau nya.

Senjata mulai di todongkan, pemuda itu tengkurap di lantai dengan sofa sebagai tempat persembunyian.

"Kapten Rendi siap, senjata sudah diarahkan ke tempat yang benar. Pasukan berjaga, kapten Rendi segera memberi perintah"

Tatapan nya semakin tajam,"one" senjata kembali ditahan,"two" menahan nafas agar lebih fokus "three, Shoot!!" Ucap nya.

Curr

Tepat sasaran, Rendi segera bersembunyi di balik sofa agar tidak ketahuan. Pemuda itu tidak sadar bahwa sang Daddy tengah menahan tawa.

Daniel sedari tadi tidak bisa fokus, ia hanya berpura-pura membaca berkas. Walaupun pelan, telinganya masih mampu mendengar kalimat-kalimat aneh yang keluar dari mulut sang putra. Terlebih, putra nya itu bersembunyi di balik single sofa yang menampilkan separuh tubuh nya.

"Apa Mansion ini kebocoran? Ah Merli memang tidak bisa diandalkan!" Gerutu Daniel seraya melirik sofa.

Cklek

Daniel langsung menempelkan jari telunjuk nya di depan bibir saat melihat ayah dan juga kakak nya memasuki ruangan. Sebelum mereka berbicara Daniel sudah memotongnya. Awal nya David dan Tuan Lacosta terlihat kebingungan, namun saat Daniel menunjuk sofa yang memperlihatkan rambut seseorang dibalik nya seperti nya mereka mengerti.

"Ah, Ayah bagaimana? Apa Carlos dan Hans setuju memberi imunisasi kepada Rendi? Jaman sekarang penyakit mulai merajalela, jadi aku ingin mereka memberikan suntikan penguat imun tubuh" ujar Daniel membuka pembicaraan.

Tuan Lacosta tampak menghembuskan nafas panjang, netra nya sedikit melirik ke arah sofa.

"Mereka bersedia. Tapi pasti nya ada Kendala. Mereka kehabisan suntikan biasa pada umum nya, stok di pabrik nya juga sudah habis tak tersisa. Tapi mereka menyarankan menggunakan suntikan gajah" ujar nya.

Ketiga nya melirik kearah sofa, rambut yang terlihat sedikit disana mulai bergerak-gerak tidak karuan. David menyeringai.

"Tapi aku dengar resiko nya juga besar. Kemarin, anak teman ku langsung kehilangan akal sehabis di suntik. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, mereka mengatakan anak itu trauma karna rasa sakit di suntik menggunakan suntikan gajah" tambah David.

"Ah, pasti sakit sekali ya. Tapi tidak apa, yang penting Rendi sehat" balas Daniel. Ketiga nya menahan tawa saat rambut itu semakin bergerak gelisah.

"Kalau begitu kapan? Bukan kah lebih cepat lebih baik?" Tanya David.

"Sekarang saja. Lagian anak nya sudah pulang sekolah kan?" Tambah tuan Lacosta.

"Baiklah sekarang saja, bantu aku cari putraku" ujar Daniel.

"NGGAK MAU!!!" teriakan melengking itu berasal dari balik sofa.

Tidak lama kemudian keluarlah sang tersangka utama. Pemuda itu mengacungkan senjata jendral nya kemudian menembak ketiga pria yang berniat menyiksa nya dengan suntikan gajah.

"MAMPUS NGGAK LO!!"

Air dimana-mana, baju ketiga pria itu tampak basah dengan lantai yang bergelimang air. Melihat kesempatan pemuda itu langsung berlari keluar ruangan bermaksud mencari tempat yang aman.




_____

Huhuuu Papa Dirga Dateng di part sebelah ya.

Vote dan komen nya dulu dong.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang