Part DuaSembilan

21.3K 2.4K 294
                                    

Langkah tegas itu menapaki lantai mewah di bawah nya. Netra setajam elang menyorot kedepan memperhatikan jalan, sesekali melirik kearah ponsel nya yang menyala menampilkan wajah seseorang.

Arah nya berbelok ke kanan, kemudian langkah nya berhenti di depan pintu berwarna gold dengan ukiran khas Spanyol. Gantungan berwarna silver itu mencetak jelas nama sang pemilik kamar, 'Rendika Lacosta'.

Dengan gerakan pelan, Daniel membuka kamar sang anak. Pemandangan di depan nya membuat kedua ujung bibirnya tertarik. Hati nya merasa sejuk saat melihat istrinya tengah mengusap rambut sang anak hingga tertidur.

"Honey, masuk kenapa diem aja?"

Suara lembut itu mampu menyadarkan Daniel. Langkah pria itu mendekat sebelum mengecup bibir istrinya singkat, kemudian beralih mengecup kening sang anak yang terlihat damai dalam balutan selimut berwarna abu-abu itu.

"Sudah dari tadi?" Tanya Daniel sembari naik ke sisi tempat tidur yang lain.

"Hem, dia menceritakan semua yang terjadi di sekolah. Kamu sudah menuntaskan nya?" Daniel mengangguk sebagai jawaban.

"Kita harus siap dengan kemungkinan yang terjadi kedepan nya. Berita ini mungkin akan menyebar dengan cepat" ujar Daniel, pria itu mengubah posisi nya menjadi bersandar di headbed sang anak.

"Daniello!"

Daniel dan Lia tersentak mendengar suara berat itu, hingga Daniel sadar bahwa ia sedang melakukan panggilan video di ponsel nya.

"Maaf Ayah.." ujar nya.

"Ayah?" Tanya Lia yang diangguki Daniel.

Lia mengangkat salah satu alis nya bermaksud untuk bertanya, "dia ingin melihat cucu bungsu nya, apa lagi memang?" Ujar Daniel malas.

"Berhenti lah bicara dan lakukan perintahku!"

Daniel memutar bola mata nya malas kemudian mengarahkan kamera ponsel nya ke wajah Rendi. Wajah tua di ponsel itu tampak memperhatikan layar ponsel dengan lamat.

"Jadi dia cucu bungsu ku? Tampan, wajah nya terlihat polos. Aku menyukai nya, bawa dia ke sini Daniel!''

"Aku tidak bisa. Kau tahu Ayah, situasi saat ini sedang tidak memungkinkan membawa nya berpergian jauh. Jadi kalau mau bertemu kau lah yang harus kemari" ujar Daniel.

"Ah, sayang sekali. Baiklah aku akan kesana, tunggu dan simpan baik-baik anakmu. Aku akan menyelesaikan masalah disini dulu!"

"Tapi aku sedang tidak menerima tamu" ujar Daniel yang langsung mendapat cubitan manjah dari sang istri di pinggang nya.

"Kalau begitu, aku akan menculik anak mu"

Daniel menggeram,"ya baiklah, kemari, aku sedang menerima tamu!"ketus nya.

"Posesif sekali anak ini. Bagaimana dengan kakak-kakak mu, kau sudah memberi tahu mereka?"

Daniel menghela nafas,"baru David, aku tidak punya niatan memberi tahu Dirga" ujarnya.

"Bodoh! Dirga kakak mu juga Daniel! Dan bagaimana tanggapan David, apa dia setuju kau mengangkat seorang anak?"

Daniel mendengus,"bagaimana kalau Dirga memonopoli anak ku? David setuju, dia akan kemari saat akhir pekan tiba" ujar Daniel tidak ikhlas.

"Aku akan mendukung Dirga jika dia memonopoli anak mu. Aku juga akan datang akhir pekan ini, ku usahakan"

"Hem, tidak datang juga tidak apa-apa, aku malah tenang" gumam Daniel yang masih bisa di dengar seberang sana.

"Anak ini, sudah lah arahkan lagi kameranya ke wajah cucu ku. Bosan aku melihat wajah mu!"

Daniel memutar bola matanya malas namun tetap mengarah kan kamera ponsel nya ke wajah sang anak yang tertidur. Anak nya terlihat damai dan pulas. Sangat berbeda jika sudah bangun.

"Cucu ku yang satu ini sangat polos"

"Kemari dan saksikan sendiri kenakalan nya, aku yakin ayah langsung darah tinggal, kalau tidak terkena serangan jantung"

"Nakal hah? Menarik, selama ini semua cucuku sangat penurut"

Daniel mendesah, padahal ia mengatakan itu agar ayah nya itu tidak jadi kemari. Tapi nyatanya ayah nya itu suka yang Anti mainstream.

"Lia, kau bahagia nak?"

Lia yang sedari tadi diam pun tersenyum walupun tidak terlihat oleh sang mertua, "sangat ayah, aku sangat bahagia. Aku benar-benar merasakan posisi seorang ibu, aku tidak tau cara mengungkapkan kebahagian ini ayah" ujarnya.

"Kalau begitu berbahagialah kalian, jalani rumah tangga yang harmonis. Ayah tau ini tidak mudah, tapi beritahu ayah jika sesuatu terjadi. Ayah dan kakak-kakak mu pasti akan membantu, mengerti?"

"Tentu ayah, kami akan menghubungi mu jika membutuhkan bantuan. Terima kasih ayah, karna sudah mengerti Lia"

"Tentu saja ayah mengerti, ayah ini orang tua kamu nak"

"Bagaimana denganku?" Sela Daniel.

"Aku ingat kau ku temukan di bawah kolong jembatan. Diatas jamban berselimut plastik''

Daniel memasang wajah datar nya saat mendengar suara tawa di seberang sana. Ayah nya ini memang tidak ingat dosa dan umur.

"Jangan terlalu keras tertawa pak tua, gigi mu bisa rontok" ingat nya membuat tawa itu terhenti.

"Anak durhaka in--eh lihatlah seperti nya cucu ku akan bangun"

Daniel dan Lia langsung melihat Rendi yang menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya. Lia kembali mengusap rambutnya, namun seperti nya itu tidak berpengaruh saat mata itu mulai terbuka.

"Kenapa bangun, tidur lagi ya? Ini masih malem loh sayang" ujar Lia lembut.

Rendi mengerjapkan matanya, berusaha mengembalikan fokus penglihatan nya,"mau pipis.." ujarnya dengan suara serak.

Pemuda itu bangkit dengan sempoyongan, kemudian turun dari tempat tidur di bantu sang Mommy. Langkah terpaksa itu mulai mendekat ke toilet.

Bugh

"Huwaa.... Ini siapa yang naroh tembok disini! Ngajak gelud ya?!" Rendi menendang-nendang tembok nya dalam posisi tersungkur.

"Eh, pelan-pelan sayang. Kalo masih ngantuk bilang dong, masa tembok di tabrak" Lia mendekat diikuti Daniel, wanita itu berjongkok memeriksa kening sang anak yang terlihat memerah.

"Masih mau pipis?" Tanya Daniel yang di balas anggukan Rendi.

Daniel mengangkat tubuh sang anak ke dalam toilet, ia tidak ingin anak nya menabrak sesuatu lagi. Cukup sudah dinding toilet hingga membuat kening anak nya itu memerah.

"Sana keluar, ngapain disini!"

Seperti nya Rendi masih kesal hingga melampiaskan amarah nya kepada sang Daddy. Setelah mengingatkan Rendi tentang berbicara yang sopan, Daniel keluar menunggu sang anak.

"Daniel, bisakah Rendi tinggal bersama ayah?"

Daniel lupa, seperti nya ponsel nya masih menyala di dalam saku. Dan ayah nya itu mendengar semua nya. Pria tua itu sepertinya tertarik dengan bocah nakal seperti Rendi.

"Dalam mimpi mu, pak tua!"





______

Ada yang nggak sabar nunggu kedatangan Opa sama cecunguk Lacosta?

Babang Rendi yang aduhai somplak nya kalau ketemu sama anak-anak Dirga dan David gimana?

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang