Part Sepuluh

27.7K 2.8K 284
                                    

Budayakan vote sebelum baca.











________

Pelangi muncul sehabis hujan. Menjadi kalimat yang memiliki makna sama dengan awan terang sehabis badai. Kelompok kata yang bersifat menyemangati disaat kita berada didasar terdalam, gelap dan menyesak kan.

Tergantung, tergantung kita menikmati nya atau lebih memilih masuk dan terpuruk. Manusia memiliki pemikiran berbeda, disaat keraguan menanti, disitulah rasa percaya diri dibutuhkan.

Mencari saran atau pendapat pada orang lain yang lebih berpengalaman, menetapkan hati lalu mengambil keputusan.

Namun bagaimana jika orang itu sendirian. Berjalan tak tentu arah, melangkah tanpa kepastian, diatas kerikil tajam yang dapat menembus kulitnya sewaktu-waktu.

Berada ditengah keramaian namun sepi yang dirasakan tak kunjung pergi. Mengambil keputusan tanpa kendali, menjerumuskan nya dalam jurang kecanggungan.

Sama seperti pemuda tampan yang saat ini tengah berada dalam lingkaran canggung. Dua orang didepannya menjadi penyebab rasa canggung itu muncul.

Bahkan untuk menyendok makanan didepannya pun rasanya sangat berat untuk dilakukan.

"Dimakan sayang..." Ujar Lia, saat melihat pemuda yang kini resmi menjadi putranya itu belum menyentuh makanan yang telah tersaji didepannya.

Dengan terbata-bata pemuda itu mengangguk, lalu mulai memasukan sereal itu kedalam mulutnya. Rasanya aneh, saat kau terbelenggu dalam kehangatan yang selalu dimimpikan.

"Aku berangkat dulu" Daniel bangkit dari tempat duduk nya, mencium kening sang istri singkat lalu berjalan memutari meja makan.

Rendi mendongak, menatap pria yang saat ini berdiri disampingnya.

Daniel mengusak rambut Rendi "cobalah lebih keras untuk beradaptasi, Daddy menunggu nya" pria itu mengecup pipi Rendi singkat lalu berlalu meninggalkan Rendi yang masih terdiam kaget.

"Hati-hati Honey!" Teriak Lia yang dibalas jempol oleh sang pujaan.

"Kenapa hem?" Tanya Lia saat melihat sang putra masih terdiam. Rendi menggeleng.

Lia tersenyum hangat "nanti kamu akan terbiasa, Daddy mu memang manis" ujar nya, Rendi hanya tersenyum canggung membalasnya.

________

Rendi termenung, mengabaikan televisi yang menyala dihadapannya.

Mengingat kembali perlakuan Daniel padanya saat dimeja makan. Pria itu benar-benar memperlakukan Rendi seperti seorang putra, tak ada kecanggungan sama sekali.

Dan jujur, ada hangat yang menjalar dihatinya. Rendi jadi berharap bahwa Radi akan memperlakukan dirinya seperti itu kelak.

Rendi memang pernah putus harapan, namun harapan yang baru selalu muncul setelahnya, menyapa hati yang sudah berkali-kali hancur.

"Sayang, taraaaaaaa.........udah jadi"

Lamunan Rendi buyar, saat wanita yang bertemu ditaman waktu itu membawa beberapa cemilan didalam toples.

"Nih, dimakan gih, Mom udah buatin khusus kesayangan Mom" ujar Lia sambil mengelus rambut sang putra.

Rendi tersenyum "makasih" ujarnya tulus. Rendi jadi teringat, dulu bunda nya juga pernah membuat cookies seperti ini, dan itu adalah pertama dan terakhir kalinya Rendi memakan makanan buatan bunda nya.

"Hey, kenapa, dimakan gih" Lia menepuk pundak pemuda itu pelan.

Rendi menggeleng, lalu tersenyum "enak" ujar nya saat cookies tersebut masuk menyentuh lidahnya.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang