Part DuaDelapan

21.5K 2.2K 147
                                    

Masih masuk double up ya ini!





"Saya nggak pernah ikut campur terlalu dalam di kehidupan orang sebelumnya, tapi kali ini, saya harus menjelajah lebih dalam, saya cuman mau mastiin sahabat saya nggak salah langkah karna udah naruh kepercayaan nya ke Om. Bukan maksud saya mojokin Om, tapi saya cuman mastiin kebahagiaan sahabat saya aja"

Daniel tersenyum tipis, netranya memperhatikan pemuda di depan nya yang tampak serius berujar. Dito, sahabat putra nya itu meminta waktu nya sebentar tadi saat di rooftop, hingga saat ini mereka tengah berada di halaman belakang sekolah, sedangkan putra nya tengah di paksa menghabiskan makan siang nya oleh para anak buah nya ditemani Danish.

Jujur, Daniel kagum akan erat nya tali persahabatan putra nya. Dito menariknya hanya ingin memastikan kebahagiaan Rendi. Seberani itu Dito demi sahabat nya, Daniel jadi sedikit lega untuk keamanan Rendi di sekolah, tapi tetap saja ia tidak boleh lengah.

"Saya mengerti apa maksud kamu. Satu hal yang harus kamu tahu, kamu tidak perlu khawatir akan kebahagiaan Rendi nak. Saya sendiri yang akan menjamin kebahagiaan nya, Rendi putra saya, sudah tugas saya untuk membahagiakan nya" balas Daniel mantap.

Dito bukan nya tidak percaya, ia hanya takut Rendi kembali mendapat harapan palsu. Tidak mudah menarik Rendi keluar dari jurang keputus asaan, dulu ia dan Danish bekerja keras untuk itu, memastikan Rendi tidak lagi melakukan hal yang mampu membahayakan nyawa nya.

"Saya cuman nggak mau Rendi terpuruk lagi Om, cukup sekali saya ngelihat dia sekarat di depan mata saya. Sakit saat ngelihat Rendi kehilangan jiwa nya, saya nggak mau itu terjadi lagi, mangkanya saya mewanti itu dari sekarang supaya nggak terulang" Dito berujar, namun tidak menatap sang lawan bicara, pemuda itu tampak kembali kemasan lalu.

Daniel langsung membawa seluruh atensi nya pada Dito saat mendengar cerita kelam sang anak," bisa kamu ceritakan kejadian saat itu, nak?" Ujar Daniel.

"Dulu waktu kelas satu SMA, saya, Rendi sama Danish memang sudah sahabatan dari kecil. Malem itu saya nginep di rumah Danish tanpa Rendi. Rendi bilang Om Radi bakal dateng, mau ngenalin keluarga baru katanya, jadi Rendi nggak ikut nginep" Dito mulai bercerita sedangkan Daniel tampak mendengarkan dengan teliti.

"Dulu persahabatan kami punya aturan, dimana diantara kita harus kirim kabar dua jam sekali. Saya sama Danish nggak perlu tuker kabar karna kita masih main PS bareng. Tapi saya sama Danish masih nunggu kabar dari Rendi yang entah kenapa malem itu ngasih kabar nya ngaret banget nggak kaya biasanya. Awal nya saya berpikir mungkin Rendi masih sibuk nyambut keluarga baru ayah nya. Tapi malem itu saya nggak bisa tenang karena nggak dapet kabar dari Rendi semaleman" Dito menghembuskan nafas saat putaran memori itu melintas.

"Saya lega saat ada pesan masuk dari Rendi, tapi pas baca itu pesan saya yakin kalo Rendi nggak baik-baik aja. Al---"

"Pesan apa?" Daniel bertanya dengan nada tidak sabar nya.

"Rendi ngirim pesan, dia minta maaf, semua kata-kata janggal yang menuju perpisahan" Daniel menelan Saliva nya, ia tidak bisa membayangkan jika berada di posisi Dito, mungkin ia sudah melompat kerumah Rendi.

"Dari situ saya langsung merasa ada hal yang janggal. Saya sama Danish langsung kerumah Rendi, tapi disana nggak ada orang sama sekali. Nggak ada pak Joko yang biasanya jaga gerbang. Saya udah teriak-teriak tapi nggak ada yang nyaut, dan aneh nya pintu depan kebuka. Saya nggak tau kenapa malah lari sama Danish kekamar Rendi, disana---" Dito menghentikan perkataan nya saat sesak itu meremat dada nya.

"---R-rendi, udah tiduran dilantai dengan mulut berbusa. Saya sama Danish langsung bawa Rendi ke rumah sakit, dokter bilang Rendi overdosis obat penenang. Sampe sekarang saya nggak tau kenapa Rendi sampe ngelakuin itu, Rendi belum mau cerita masalah malem itu ke saya sampe sekarang" ujar Dito menghela nafas.

Daniek tampak terdiam setelah Dito menghentikan kalimat panjangin nya, pikiran nya masih menelisik setiap kata yang Dito ucapkan. Sekarang ia tahu mengapa Dito begitu protective terhadap kebahagiaan Rendi. Karna kalau Daniel yang ada di posisi itu mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama, atau mungkin lebih.

"Sejauh ini saya tahu mengapa kamu bertanya seperti itu ke saya. Saya tidak merasa tersinggung atau terpojok dengan pertanyaan kamu tadi. Justru saya merasa senang, setidak nya sebelum bertemu dengan saya, Rendi sudah memiliki pegangan. Terimakasih atas semua yang kamu lakukan untuk membantu anak saya" ujar Daniel.

"Rendi sahabat saya, bahkan kami sudah sepeti saudara. Jadi kewajiban kami saling melindungi, dan sekarang saya berikan kepercayaan untuk membahagiakan Rendi sama Om, saya yakin Om bener-bener tulus menyayangi Rendi layak nya anak sendiri"

"Terima kasih untuk kepercayaan kamu, saya nggak akan nyia-nyiain itu" ujar Daniel, pria itu kembali menatap ke depan.

"Rendi putra saya, dan selama nya akan jadi putra saya. Melindungi dan membahagiakan nya adalah kewajiban saya. Kamu nggak akan tahu sebesar apa pengaruh Rendi di hidup saya dan istri saya. Tapi yang perlu kamu tau, Rendi itu berlian. Berlian nya Daniel dan Lia, detak jantung nya keluarga Lacosta" ujar Daniel.

"Mungkin kehadiran nya Rendi masih di bilang baru, atau bahkan bisa di hitung dengan hari. Tapi anak nakal itu sudah membawa pengaruh yang cukup besar di kehidupan saya. Sehari aja tidak melihat tingkah nya membuat saya kekurangan. Bahkan istri saya selalu rutin mengecek anak itu jika sedang tidur, takut kalau Rendi bangun tidak melihat nya"

"Kamu juga tahu tentang pekerjaan saya?" Tanya Daniel dan Dito menjawab nya dengan anggukan.

"Kamu tidak mempersalahkan itu? Sahabat mu tinggal dengan orang yang buruk seperti saya?" Lanjut Daniel.

Dito menggeleng,"saya percaya manusia memiliki sisi buruk. Bahkan saya percaya Om bisa merubah diri menjadi lebih baik. Selagi Om bisa melindungi sahabat saya, saya nggak keberatan"

Daniel mengangguk," tentu saja, nyawa saya sebagai taruhan nya. Bahkan saya masih berfikir mengurangi pekerjaan kotor itu, saya tidak ingin Rendi mengikuti jejak yang buruk seperti saya"

"Tapi mungkin Rendi suka pekerjaan yang begitu om, dia juga sering membunuh" ujar Dito membuat Daniel menatapnya.

"Bakar markas semut pake bensin, manah sangkar burung diatas pohon pake panahan plastik atau mungkin bunuh setan sama mantra sarenggan nya" uht Dito terkekeh kecil.

"Kamu sedang melawak?" Tanya Daniel tersenyum lebar mendengar tingkah putranya.

Dito menggeleng cepat," dulu saya pernah mergokin Rendi di depan toilet lagi baca mantra sarenggan, pas saya tangan apa yang dia lakuin, dia bilang lagi ngusir mbak Kunti sambil nunjuk lobang atas pintu kamar mandi, pas saya lihat memang ada putih-putih Om, tapi Om tau itu apa?"

Daniel menggeleng, menatap Dito penasaran.

"Pakaian dalem siswi yang lagi ganti baju!" Ujar Dito lantang membuat tawa Daniel pecah saat membayangkan kelakuan putranya.






_____

Insya Allah aku bakal usahain update cepet. Jadi sebelum lebaran moga-moga bisa end, habis lebaran bisa aku hapus lagi.

Tapi nggak papa, setidak nya aku udah ngelaksanain kewajiban aku untuk nggak buat kalian penasaran.

Aku juga nggak perlu ngeluarin versi pdf 20 rebu. Kalo seandainya nya aku bisa nge-end nih Rendika di wattpad kalian harus baca cepet Karna habis lebaran nggak bisa di publikasi lagi

Mangkanya aku butuh semangat kalian buat nulis ini, biar bisa buat Rendi end. Selain nulis juga aku punya kehidupan lain.



Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang