Part Delapanbelas

25.9K 2.4K 318
                                    

Rendi langsung berdiri dengan cepat saat mendengar suara yang amat ia kenali, itu seperti suara salah satu pacar nya. Benar saja, Rere---kekasih nya itu berdiri di hadapan nya.

"Ayang aku kangen!" Ujar Rere antusias.

Tubuh Rendi terhuyung saat gadis itu menabrakan tubuh nya dengan kencang, beruntung tangan Daniel menahan punggung nya, jadi ia tidak merasakan sakit nya terjatuh.

"Lepaskan, Rendi masih sakit" ujar Lia bangkit dari duduk nya, kemudian melepaskan paksa tangan gadis itu di tubuh putra nya.

"Eh, iya ma---af, Tante" Rere menatap wanita di depan nya tidak percaya. Ia kenal, wanita di hadapan nya saat ini adalah menantu keluarga Lacosta.

"T-tante---"

"Saya Mommy nya Rendi, kamu siapa?"

Rere melongo mendengar nya. Selama ini memang ia tidak pernah mengetahui kehidupan Rendi lebih jauh, termasuk siapa orang tua Rendi. Tapi tidak pernah terpikir oleh nya bahwa Rendi adalah cucu dari keluarga Lacosta.

Keluarga terpandang dengan kekuasaan yang tinggi. Jangan lupakan kekayaan nya yang sangat berlimpah, bahkan ia yakin harta keluarga itu tidak akan pernah habis. Dan kenyataan ini, membuat ia bertambah mencintai sang kekasih.

Gadis itu mengulurkan tangan nya, kemudian menjabat tangan calon ibu mertua nya itu.

"A-aku Rere, pacar ke lima Rendi, Tante" ujar nya gugup, selama ini ia hanya bisa melihat wanita itu dari layar kaca.

"Kelima?" Beo Daniel yang sedari tadi diam duduk dikursi. Rere mengangguk antusias.

Daniel menatap putra nya yang tengah bersidekap seraya menarik turunkan alis nya, putra nya itu tersenyum manis kearah nya.

"Memang nya pacar Rendi ada berapa?" Sela Lia.

Rere mulai mengeluarkan jari nya, kemudian menghitung nya satu persatu. Mencoba mengingat siapa saja pacar sang kekasih selain dirinya.

"Ada delapan. Eh, waktu itu nambah satu ya yang? Jadi ada sembilan Tante"ujarnya.

Daniel dan Lia menggelengkan kepala nya, menatap sang anak yang tengah menyugar rambut nya kebelakang, jangan lupakan senyum pongah nya.

"Kamu tidak cemburu? Di sembilan kan?" Tanya Daniel heran. Bukan lagi di duakan, melainkan di sembilan kan. Sungguh hebat pesona Rendi.

"Enggak Om. Aku menyayangi Rendi apa ada nya, aku yakin Rendi lebih milih aku dari pada pacar nya yang lain" ujar nya.

Dalam hati Rendi mendecih, menyayangi apa ada nya? Bahkan Rendi pun tahu bahwa Rere hanya memanfaatkan ketenaran nya di sekolah. Karna Rendi memang setenar itu di sekolah.

"Iya ayang. Aku juga" Rendi merangkul leher Rere, kemudian menuntun---big no, menyeret nya duduk diatas rumput taman.

"Ayang, kamu kemana aja, aku rindu tau nggak!" Rere merengut kesal.

"Ya maap ayang, jadwal hari kita kan Selasa. Jadi hari yang lain nya aku sibuk sama pacar aku yang lain" ujar Rendi.

"Terus waktu itu gimana? Kamu ninggalin aku ditaman sendirian, aku takut tau!"

"Maap ya ayang, tapi nyawa aku lebih penting. Kalo aku mati yang jagain kamu siapa dong?"

"Terus kalo waktu itu aku di apa-apain sama pereman nya gimana? Kamu sibuk nyelametin nyawa kamu sendiri, nggak mikirin aku!"

"Ya itu takdir, Ayang. Hidup mati seseorang itu ditangan tuhan. Jadi kalo udah takdir nya mati ya udah mati, nggak bisa menghindar!"

"Ih ayang, terus kamu ngapain lari kalo emang takdir kamu mati saat itu!"

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang