Part EmpatEmpat

20.4K 2.2K 363
                                    

Double up nih.




______

Awal nya Rendi hanya berfikir untuk bersembunyi di dalam Mansion. Namun mengingat ketiga pria yang berniat menyuntik nya dengan suntikan gajah itu sudah hapal dengan baik seluk beluk Mansion ini, alhasil Rendi memilih mencari tempat persembunyian di luar Mansion.

Ketiga pria itu masih mengejar nya, sumpah demi apa Rendi ketakutan saat ini. Ia tidak bisa membayangkan suntikan gajah menembus kulit mulus nya, suntikan biasa saja ia sudah sangat takut. Mengingat kejadian waktu itu Lia dan Daniel pernah membawanya kerumah sakit untuk chek-up, tubuh nya terasa remuk hanya dengan suntikan biasa.

Rendi tidak habis fikir dengan ketiga pria yang kata nya memiliki IQ tinggi itu, di mana otak mereka saat membuat janji dengan dokter gila itu untuk menyiksanya. Tidak kah mereka bertanya lebih dulu apakah ia mau atau tidak.

"Rendi berhenti!"

Rendi tidak mendengarkan, pemuda tampan itu tetap melanjutkan aktivitas berlari nya. Saat ini ia sudah berhasil keluar pintu utama dan berlari di halaman. Tentu saja dengan bantuan revolver andalan nya untuk menyingkirkan anak buah Daniel.

"BERENTI NGGAK, GUA TEMBAK DARI SINI KOID LO!" Rendi berteriak, berusaha menghentikan laju langkah yang cepat kearah nya.

Curr

Curr

Tidak berhasil. Tembakan air itu hanya menembak sejauh tiga meter, sedangkan jarak Rendi dengan ketiga pria itu lumayan jauh. Rendi lumayan hebat dalam berlari, bakat berlari nya terlatih karena sering kabur tawuran saat mendengar sirine polisi.

Atensi pemuda itu sepenuhnya mengarah ke belakang. Tidak memperhatikan jalan di depan nya, yang Rendi tahu, depan nya lahan luas, jauh dari tembok pembatas Mansion dengan lingkungan luar.

Bugh

Bruk

"Akhhh!!!" Pekik Rendi saat bokong nya mendarat dengan sempurna diatas keras nya tanah. Walaupun ditanami rumput, namun tetap saja terasa sakit.

Rendi mendongak, menatap pria tampan di depan nya. Tubuh tegap dengan alis menukik tajam mirip milik Daniel, dada bidang yang terasa keras saat kepala Rendi membentur nya. Di belakang pria itu terdapat dua pria lain nya yang berekspresi dingin.

"Rendi!!" Pekikan itu menyadarkan Rendi dari lamunan nya.

Tanpa pikir panjang, Rendi segera bangkit kemudian bersembunyi di belakang pria itu, tangan nya meremat jam hitam tanpa sadar. Bayang-bayang suntikan gajah menusuk kulitnya membuat ia ketakutan.

"P-pak, bantuin saya kabur yok, nanti bapak saya bayar deh. Gocap lumayan pak buat beli ketoprak. Kalo bapak nggak mau juga saya traktir ayam geprek mang Udin yang rasanya anjimm bangett" cerocos Rendi di balik tubuh pria itu.

Merasa tak ada jawaban, Rendi menyembulkan kepalanya menatap pria itu yang kini juga menatap nya. Rendi memasang wajah memelas nya, bak PKL yang dagangan nya disita satpol PP.

"S-saya korban penculikan di Mansion ini pak. Hari ini juga organ saya mau di ambil terus di jual. Bapak masa tega ngeliat anak tampan bin unik kaya saya hilang di muka bumi. Saya mohon pak bantuin saya keluar dari tempat ini, saya terima deh jadi babu bapak satu bulan" cecar Rendi.

Pria itu berbalik, menatap Rendi yang menatap nya dengan penuh permohonan,"kamu.... Rendika Lacosta?" Tanya nya, suara itu amat berat dan penuh penegasan.

Rendi menggeleng ribut,"nama saya Subroto, ayah saya Sutrisno, ibu saya Suroso" ujar nya.

Pria itu terkekeh seraya menggeleng, tangan nya terangkat untuk mengusak rambut anak itu. Anak yang memiliki sifat unik untuk pertama kali ia lihat.

"Saya Dirga Lacosta, saya rasa kamu mengenal saya.... Rendika?"

Mata Rendi membola detik itu juga, Rendi rasa ia meminta bantuan kepada orang yang salah. Tentu Rendi tahu, Dirga kakak dari Daniel. Dan tentu saja Dirga akan membela Daniel.

Mencari kesempatan, Rendi kembali mencoba berlari, namun tangan nya lebih dahulu ditahan seseorang. Pria itu terlihat muda, namun wajah dingin nya mampu membuat Rendi menelan Saliva nya, Rendi rasa pria itu anak dari Dirga.

"Jangan lari, anak nakal" ujar Andreas, anak kedua Dirga.

Tanpa aba-aba, Andreas langsung mengangkat anak nakal yang baru saja ia temui itu ala kalung beras. Mengembalikan nya Kepada sang paman yang mungkin sedang kalang kabut mencari anak nya. Bak ayam kehilangan anak nya.

Rendi memberontak, mencoba melepaskan diri dari lelaki datar yang menangkap nya, kepala nya terasa pusing saat berada dibawah. Apalagi saat melihat seringaian yang tercetak jelas di wajah Dirga dan anak nya yang satu nya.

Namun mengingat suntikan gajah, ia kembali memberontak, seakan mendapatkan energi baru kabur. Bukan nya kebebasan, justru tamparan di bokong nya lah yang ia dapatkan, tentu saja Andreas sebagai pelaku utaman nya.

"Pak saya mohon, saya beneran korban penculikan. Bantu saya keluar ya pak, nanti Bapak bakalan dapet penghargaan karna udah ngelindungin manusia tampan nan langka seperti saya" mohon Rendi.

Bukan nya bantuan, justru yang Rendi dapatkan adalah tawa anak pertama Dirga, Dean. Rendi bersumpah, ia membenci tawa pria yang sayang nya tampan itu.

"Kakak?!"pekik David saat melihat kakak nya sudah berdiri di depan mata.

Dirga memberikan tatapan tajam kepada adik pertama nya itu. Suara David benar-benar mengganggu nya. Netra tajam Dirga mengarah kepada Daniel yang tengah mengacak rambut nya frustrasi diruangan samping. Dirga bisa melihat jelas betapa acak-acakan nya sang adik walau terhalang tembok kaca.

"Daniel, anakmu disini!" ujar Dirga rendah, namun mampu masuk ke rungu Daniel.

Daniel yang berada di seberang sana menoleh, kemudian Menghela nafas lega saat melihat anak nya yang tengah duduk bersila di lantai dengan kerah baju yang di pegangi seseorang. Kepala nya terangkat, melihat siapa yang menahan pergerakan anak nya. Betapa terkejutnya Daniel saat melihat presensi kakak pertama nya disini.

Dengan segera Daniel berjalan menuju mereka semua, alarm bahaya sudah di depan mata.






_______

Mon maap nih ye.
Rendi udah proses, mungkin satu atau dua hari lagi jadi. Yang berarti nggak bisa lanjut di WP.

Kecuali kalo aku bisa nge-end -nin Rendi dalam waktu sesingkat itu

Ya tapi you know lah, manusia ada batasnya. Nulis dua part aja udah pusing minta ampun, apa lagi sehari belasan part. Nggak jamin bisa buka mata besok nya, bukan karna mati lho ya, tapi isdet.




Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang