Perasaan seorang ibu itu selalu berlebihan, apa lagi jika menyangkut anak nya. Begitu juga dengan Lia, walaupun Hans sudah selesai memeriksa putranya berulangkali dan mengatakan bahwa Rendi baik-baik saja, namun Lia tetap merasa khawatir, terlebih sampai sekarang putranya itu belum membuka mata.
Takut itu hadir tiba-tiba, Lia tidak pernah suka jika anak nya sakit atau menutup mata. Bahkan saat Rendi tertidur ditengah malam pun, Lia selalu bolak-balik tiga jam sekali, memeriksa apa kah anak nya itu baik-baik saja. Katakan lah bahwa Lia terlalu berlebihan, namun Lia tidak peduli.
Hans bilang, obat bius yang di gunakan mereka memiliki dosis tinggi, hingga membuat Rendi mampu di lumpuhkan hanya sekali hirup. Lia bersyukur, setidak nya mereka tidak sampai membuat Rendi menutup mata selama nya karna overdosis.
"Gimana? Kamu udah ngambil keputusan? Aku mohon Daniel, tolong lindungi putraku" ujar Lia kepada sang suami yang tengah berbaring di samping sang anak.
Daniel tampak menghembuskan nafas, "jangan lupa, Rendi juga putraku, aku pasti akan terus melindunginya. Untuk saat ini, jalan terbaiknya adalah menghapus identitas Rendi di dunia bawah"
"Aku tahu, ini mungkin sudah terlambat, tapi kita harus melakukan nya agar penyebaran tidak terlalu luas" lanjut Daniel.
Lia mengangguk, ia tidak terlalu mengerti. Lia percaya kepada suaminya, karna Lia tahu Daniel juga menginginkan yang terbaik untuk keselamatan putranya. Saat ini, semua nya kacau, dan Lia tahu Daniel tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan keluarga besar Lacosta.
Netra kedua orang dewasa itu beralih kepada Rendi yang menggeliat tidak nyaman, perlahan mata yang menutup itu mulai terbuka, membuat Lia senang karna penantian nya dari tadi telah berakhir.
"Ya Allah, hamba sudah di surgamu?"
Gumam-an Rendi mampu membuat Lia menyentil bibir nya kesal. Pemuda itu masih tidak menyadari kehadiran Lia dan Daniel. Terlebih, kata-kata anak itu sedikit sensitif di telinga Lia.
"Sembarangan, jangan ngomong kaya gitu, Mom nggak suka" Lia menatap Rendi dengan mata yang berkaca-kaca.
Rendi yang masih berbaring itu tersentak kaget, saat menyadari kehadiran orang lain di surga nya, "ya Allah, ternyata ada bidadari juga" ujarnya.
Kemudian beralih menatap Daniel,"ini surga, tapi kenapa ada raja iblis bisa nyasar kesini?" Lanjutnya.
Racauan anak itu terhenti saat Lia memeluk tubuh nya, wanita itu tampak terisak hingga membuat Rendi merasa tidak enak. Entah mengapa, namun hati nya juga terasa sakit saat melihat Lia menangis.
"Sayang nya Mommy, jangan jauh-jauh dari Mom lagi, apalagi berniat ninggalin Mommy" ujar nya ditengah isakan.
Daniel yang melihat itu tersenyum tipis, bahagia nya adalah saat melihat istri dan anak nya menampilkan kasih sayang. Karna, Daniel merasa tertular untuk itu. Pria itu ikut mengusap kepala sang anak.
"Lepasin dulu Mom, aku laper mau makan seblak Jontor yang rasanya anjimm bangett"
______
Suara musik DJ itu mengalun dengan keras. Berdampak dengan seorang pemuda yang tengah meliak-liukan tubuhnya tak beraturan. Terlebih, mengabaikan suara sang ibu yang tengah menyuruh nya berhenti.
Rendi, pemuda itu tengah membuat video tiktod di ponsel baru nya. Bukan hanya Rendi saja, pemuda itu sempat menarik lengan Dom untuk ikut berjoged ria dengan nya. Sedangkan pengawal pribadinya Sean dan Lean telah di beri tugas oleh sang tuan muda untuk menjadi penyangga ponsel.
"Dom, gerakan pinggulnya kek gini loh" Rendi mencontohkan, berusaha membuat Dom yang berdiri kaku itu ikut berjoged.
Rendi berhenti, dengan tangan yang bersidekap dada pemuda itu memperhatikan Dom dari atas kebawah abis itu keatas lagi. Jika dilihat-lihat, Dom mirip seperti host hitam putih yang kaku nya naujubilah.
"Dom, lo kurang berpengalaman, besok gue daftarin ke sanggar nya Tante jamet ya? Gua jamin, lo langsung jadi seleb tiktod"
Dom diam, namun tatapan mata tak percaya itu terpancar dari sana. Sedangkan Lean dan Sean berusaha kuat untuk tidak tersenyum. Tuan muda nya itu memang sangat berbeda, ada saja tingkah nya yang kadang membuat mereka kewalahan, namun ada daya tarik sendiri yang membuat mereka menyukai anak itu.
"Kalo perlu sama Lean, Sean juga, biar jadi boygroup, gimana? Setuju dong? Tenang aja masalah biaya nya mah gampang, nanti gua minta diskonan lah" ujarnya santai.
"Rendi? Sudah bermain nya? Kamu tidak dengar teriakan Mommy mu?" Daniel datang sebagai pahlawan bagi ketiga anak buah nya.
"Emang nya Mommy kenapa? Mau lahiran?"
Daniel menghembuskan nafas lelah, pria itu baru saja pulang dari kantor nya. Dan pemandangan yang di lihat saat baru memasuki mansion adalah sosok putranya yang tengah menggerakkan pinggulnya, ditambah musik aneh itu di setel dengan volume kencang.
"Ini sudah siang, waktu nya kamu makan"
Baru saja Rendi ingin menjawab, Lia sudah datang dari arah dapur, menarik nya dengan tiba-tiba lalu menyuruh nya duduk di sofa ruang keluarga. Wanita itu membawa nampan berisi makan siang sang anak ditangan nya.
"Kamu ini susah bener di omongin ya, ini sudah waktu nya makan sayang, jangan sampai telat" Lia terus mengomel, namun tak ayal wanita itu menyuapi sang anak yang cemberut.
"Mom, nanti aku keluar bentar ya?" Ujar Rendi, mata anak itu mengarah kepada Daniel yang baru keluar dari lift dengan pakaian santai nya.
"Kemana? Nggak usah ya nak, pergi sama Mommy aja" ujar Lia cepat, berusaha menahan Sang anak agar tidak keluar rumah.
"Ishh, nggak mau, aku mau ke rumah---"
"Nggak! Jangan kemana-mana, tetap disini!" Sela Daniel kemudian mendudukan bokong nya disamping sang anak.
"Bentar aja elah, ribet amat sih" Rendi mendengus sebal, mengapa hidupnya mulai membosankan, hanya keluar saja tidak di perbolehkan, bukannya sangat berlebihan?.
"Emang nya kamu mau kemana hem? Nanti kamu kelelahan, dua hari lagi sudah mulai masuk sekolah kan?" Ujar Lia lembut, sebenarnya sekolah hanya lah alasan Lia.
"Aku cuman mau ke sanggar nya Tante Jamet, mau daftarin Dom, Sean ama Lean biar lemes kalo joged" ujar Rendi polos.
Lia menganga mendengar nya, sedangkan tangan Daniel yang tadinya mau mengelus rambut sang anak langsung berhenti diudara. Kepala pria itu langsung menoleh cepat ke arah tiga bawahan nya yang di sebut Rendi. Miris, ketiga bawahan nya itu hanya mampu mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
"Ekhem, kalian kembalilah bekerja" ujar Daniel kepada Dom Lean dan Sean.
Ketiga pria itu langsung berlalu dengan cepat meninggalkan tempat itu, Daniel memang selalu menyelamatkan mereka, kalau biasanya menyelamatkan dari peluru kali ini menyelamatkan mereka dari topeng monyet.
__________
Udah dulu lah konflik nya. Kasian babang Rendi dapet cobaan Mulu.
Jeda dulu deh, kasian, sekarang biarin babang Rendi uwwu-uwwuan dulu ama Daddy ya?
Eh, siapa yang waktu itu ngasih saran, Rendi suruh kepleset abis itu mati ditempat?
Bisa tuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...