Part Limabelas

25.2K 2.5K 235
                                    

Helaan nafas kasar terdengar dari seorang pria yang duduk angkuh didalam mobil mewahnya. Netra pria itu memperhatikan seorang pemuda yang tengah merengut karna dikecupi oleh istri nya.

Sudut bibir itu tertarik saat melihat pemuda itu melarikan diri dari rengkuhan istri nya. Anak nya itu memang luar biasa, terus berlari walaupun sudah diingatkan oleh bodyguard pribadi nya.

Pria itu kembali menetralkan mimik wajah nya saat pemuda itu sudah duduk disampingnya dengan nafas yang tersengal karna habis berlari. Tangannya terulur untuk menghapus peluh dikening sang anak.

"Masih hangat" gumamnya.

Ia menjadi tidak yakin membawa anak nya itu menuju tempat yang bisa saja menyakiti putranya. Putranya itu sangat keras kepala, padahal tubuh nya belum fit namun memaksa kan bertemu dengan orang yang selama ini menyakitinya.

"Kamu yakin, ingin bertemu dengan ayah mu sekarang boy?" Tanya Daniel. Rendi mengangguk, kemudian menoleh menatap sang Daddy.

"Aku yakin, tolong jangan nanya hal kaya gitu lagi Dad"

Daniel menghembuskan nafas pasrah. Ia akan membiarkan putranya mengambil jalan nya sendiri, dan ia akan selalu bersama sang putra, berjalan dibelakangnya serta melindungi putranya itu.

Mobil berjalan meninggalkan Mansion megah milik ketua mafia Redmoon itu. Lia tidak ikut, wanita itu akan mengadakan reuni dengan teman-teman SMA nya dulu.

"Masih pusing?" Rendi mengangguk.

Daniel langsung menuntun kepala putranya itu untuk bersandar dibahu nya, tangan pria itu setia memijat kening sang anak. Ia tidak tega melihat anak nya seperti ini, memaksakan diri bertemu dengan ayah nya yang bahkan tidak mengharapkan kehadirannya.

Andai, Rendi adalah putra kandungnya, pasti ia akan sangat bersyukur karena hanya ada satu tempat seorang ayah dihati pemuda itu, dan Daniel yang mengisinya. Namun sayang, keadaan tidak memihaknya, Rendi memposisikan dirinya dibawah Radi.

Tapi tidak apa, ia bersyukur Rendi mau menerimanya, tidak mempermasalahkan pekerjaannya, dan bersedia menjadi putranya saja Daniel sudah sangat bersyukur untuk itu.

Andai saja ia bisa bertemu Rendi lebih cepat, pasti putranya itu tidak akan merasakan luka yang terlalu banyak. Rendi adalah anak nya, dan selamanya akan menjadi anaknya. Daniel berjanji untuk selalu menjaganya.

"Udah sampai Dad"

Rendi menarik kepalanya dari bahu sang Daddy. Netra pemuda itu menatap rumah yang menjadi tempat nya berlindung sejak kecil itu dengan sendu.

Beberapa mobil berjejer di garasi rumah nya, dan salah satu nya adalah milik ayah nya. Ia yakin ayah nya itu ada dirumah saat ini. Lalu alasan apa yang harus ia berikan karna tidak pulang kerumahnya selama beberapa hari.

"Dad tanya sekali lagi, apa kamu yakin boy?" Daniel menepuk pundak sang anak.

Rendi mengangguk, berbalik menatap netra sang Daddy "aku masuk sendiri, Daddy nggak usah ikut", ujarnya.

Mendengar ucapan Rendi, Daniel memasang raut tak suka. Pria itu hanya tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Walaupun ia mengenal Radi beberapa waktu lalu, namun ia hafal watak pria seperti Radi. Ia sudah biasa bertemu dengan pria seperti itu.

"Nggak, Daddy nggak ngizinin kamu turun sendirian, kita nggak tau apa yang akan terjadi nanti didalam sana"

"Dad, mereka itu keluarga aku, bukan markas gengster. Jadi Daddy nggak perlu khawatir, sejahat-jahat nya mereka nggak akan sampai bunuh aku"

"Nggak akan bunuh kata kamu? Kamu lupa terakhir kali Radi memperlakukan kamu seperti apa?"

Rendi terdiam, perkataan Daniel berhasil menampar nya telak. Ayah nya itu sering menjemput malaikat maut untuknya, namun selalu saja dihentikan orang lain.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang