Part EmpatSatu

20.5K 2.3K 222
                                    

Mau double up? Voment nya dulu dong 😁



Bagaskara mulai tenggelam, menghasilkan semburat orange yang menghias langit. Pemandangan indah itu tidak luput dari perhatian Rendi. Merebahkan diri di atas rumput Australi setelah selesai bermain bola membuat kepala nya menghadap atas.

Rendi tidak sendiri, ada Daniel, David dan Calvin yang juga berada di samping nya. Nafas ke empat lelaki tersebut masih terengah, pertandingan bola hari ini lumayan melelahkan. Daniel dan Rendi sebagai pemenang, sedangkan David dan Calvin kalah telak di buat nya, mereka melakukan pertandingan ayah anak agar melatih kekompakan atas saran Dyan.

Dengan Dom sebagai wasit. Rendi juga menyewa anak buah Daddy nya sebagai penonton, agar lebih ramai saat ia mencetak angka. Setelah pertandingan itu lah, rasa canggung Rendi menghilang, semua nya terasa lebih akrab. Keluarga kecil David juga sudah melihat sifat asli Rendi.

"Minum dulu semuanya!" Teriak Dyan seraya meletakkan nampan berisi jus buah di antara pria yang terkapar itu.

Wanita cantik itu mengambil segelas susu yang sudah ia siapkan, kemudian menyodorkan nya kepada sang keponakan nakal nya.

"Sayang, bangun dulu gih, pasti kamu capek kan? Minum dulu habis itu mandi, nanti habis mandi Mami pijitin" ujar Dyan seraya membantu keponakan nya duduk.

"Papi nya nggak di pijitin Mi? Papi juga capek loh?" Sela David.

Dyan melempar tatapan tajam nya pada David, "memang nya kamu siapa?" Ujar nya pedas membuat David mengerucutkan bibir nya kesal.

"Ingat umur, bodoh!" Sahut Daniel kemudian mengambil segelas jus apel.

"Anak durhaka ini memang tidak tahu diri!" Ujar David. Daniel hanya memutar bola mata nya malas.

Dalam diam, David tersenyum. Dulu adik nya itu selalu murung saat Lia di nyatakan tidak bisa hamil. Tidak pernah membalas perkataan kasar nya, dari pendiam menjadi lebih dingin. Daniel seperti hidup di perbudak waktu, setiap jam dia habiskan untuk bekerja.

Namun, David sama sekali tidak menyangka. Saat adik nya datang untuk berunding masalah pekerjaan, di pembicaraan itu juga Daniel memberitahu nya tentang Rendi dengan antusias. Daniel terlihat senang saat menceritakan kenakalan Rendi.

Awal nya David tidak percaya dengan perubahan yang terjadi pada Daniel, namun saat ia datang kemari, David langsung percaya. Daniel berbicara lembut kepada Rendi, bahkan Daniel yang tidak suka olahraga menjadi bersemangat saat bermain bola dengan sang anak.

David sadar, perubahan Daniel semata-mata karena kehadiran pemuda yang bernama Rendi. David tidak keberatan, justru ia senang. Adik nya kembali terlihat hidup, semua nya karna Rendi-- anak yang saat ini menjadi kesayangan istri nya.

"Di habiskan sayang.." ujar Dyan lembut seraya mengusap rambut Rendi.

______

Makan malam kali ini terdengar ramai karna perdebatan anak semata wayang Daniel dan anak tertua David. Semua nya terjadi karena menu makan mereka di bedakan. Calvin memakan spaghetti yang di tabur saus jalapeno sedangkan Rendi diberi makan salad sayur oleh Dyan.

Tentu saja Rendi tidak terima, hanya ia sendiri yang di bedakan. Dyan sama seperti Lia yang selalu mengatur makanan nya.

"Udah lah dek, makan aja ya? Itu sehat loh buat tubuh kamu. Liat badan kamu yang cungkring itu, kekurangan makan sayur itu dek" sela Cloe di tengah perdebatan.

Rendi mendelik," aku nggak cungkring! Kakak nggak liat ABS aku? Dan satu lagi aku punya nama, jadi jangan panggil aku pagi panggilan aneh itu" ujar Rendi.

Rendi memang tidak suka di panggil dengan sebutan 'adek' karna selama ini Rendi merasa sudah besar. Ia juga sudah menjadi Abang, walau hanya Abang tiri. Ia lebih nyaman di panggil Abang dari pada Adek. Ia juga punya adik angkat bernama Syam. Alrasyam Galendra, bocah menggemaskan yang memiliki sifat manja.

"Tapi fakta nya kamu kan adek kakak. Dedek" goda Claine.

Rendi mendengus tapi memilih abai, pemuda itu memakan salad sayur di depan nya dengan tidak ihklas. Pemandangan itu tidak luput membuat Daniel tersenyum tipis, dan senyuman Daniel tak luput dari tatapan David.

"Kak Dirga, udah tau Niel?" Tanya David di sela makan malam.

Daniel mengangguk malas,"udah, ayah maksa buat ngasih tau Dirga" ujar nya.

"Terus?"

"Kata nya juga Dirga akan kemari, tapi tidak tahu kapan, aku harap dia memiliki banyak pekerjaan" ujar Daniel.

David terbahak mendengar nya, ia tahu betul apa penyebab Daniel tidak bersemangat saat tahu Dirga akan kemari. Tentu saja karna, perkataan Daniel tidak akan berguna melawan ucapan seorang Dirga.

"Seperti nya aku harus membawa putra ku mengungsi saat dia kemari" celetuk Daniel.

Rendi menoleh dengan cepat, "ke Korea ya Dad, aku mau ketemu kembaran aku, Jimin!" Ujar nya antusias.

Daniel mengusap wajah nya kasar, sedangkan Dyan dan David sudah terbahak sedari tadi. Claine dan Cloe mengerti apa yang para orang tua bicarakan sedangkan Calvin masih sibuk meredakan api di tenggorokan nya.

"Papi, ketawa nya jangan terlalu lebar, daging nya lompat dari mulut Papi tuh" ingat Rendi seraya menunjuk potongan steak yang baru saja mendarat.

Sekarang gantian mereka yang terbahak kecuali David, termasuk Daniel. Melihat raut polos Rendi saat mengatakan kalimat itu benar-benar membuat nya terhibur.

"Wah, wah lihat keluarga bahagia ini, apa tidak ada yang merindukan ku, Hem?"

Rendi mengenali suara itu. Dengan segera kepala nya menoleh kearah pintu masuk ruang makan. Ternyata disana sudah ada wanita yang selama ini mengisi hati nya dan memberikan nya kasih sayang seorang ibu.

"Mommy? Kok udah pulang? Cepet banget?" Tanya Rendi.

Lia mendekat kemudian memeluk putra semata wayang nya. Sungguh, Lia sangat merindukan anak nakal ini. Wanita itu menghujami wajah Rendi dengan kecupan.

"Anak Mommy, kesayangan Mommy Hem.." racau Lia yang masih setia memeluk anak nya.

Dua sosok yang kira-kira berumur setengah abad itu hanya diam memperhatikan dari ambang pintu. Tidak ingin mengganggu ibu dan anak yang saling melepas rindu itu.

"Ibu, ayah!" Panggil David pada sosok yang datang bersama Lia.

Tuan Lacosta yang melihat Lia dan cucu baru nya sedikit terganggu karna teriakan anak kedua nya itu hanya bisa menggeram. Anak kedua nya itu memang tidak pernah bisa melihat situasi seperti ini.

Lia melepaskan pelukan nya dari sang anak. Meneliti apa kah keadaan putra nya masih sama seperti sebelum nya ia tinggalkan. Wanita itu teringat sesuatu kemudian berbalik.

"Sayang, mereka Oma dan Opa mu, orang tua dari Daddy" ujar Lia memberi tahu.

Rendi langsung menatap ke pasangan berumur itu. Meneguk Saliva nya dengan susah saat melihat seringaian Tuan Lacosta, dan senyum lebar Nyonya Lacosta. Seperti nya, hidup Rendi akan di kelilingi masalah mulai sekarang.




____

Babang Rendi sehat-sehat dulu. Jan maen ama darah Mulu.

Kasian Mommy Lia and Daddy Daniel.

Jangan lupa voment and follow.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang