Biasanya, manusia gabut itu suka ngelakuin hal absurd sampai anti mainstream. Sama seperti seorang pemuda yang bermain ponsel dengan posisi lumayan mainstream. Kepala di bawah dan kaki menggantung diatas sofa.
Rendi, pemuda itu tidak memperdulikan tatapan anggota inti Redmoon yang sedang membicarakan sesuatu. Saat ini ia sudah berada di ruangan diskusi, menunggu Daddy nya yang memimpin pembicaraan.
Ruangan diskusi ini lumayan besar, dengan beberapa fasilitas yang sangat memadai. Ruangan yang di dominasi paduan warna hitam dan biru tua ini terasa sangat ramai. Dipenuhi dengan suara-suara yang saling menyampaikan pendapat hingga baradu argumen.
Namun sama sekali tidak menggangu Rendi yang tengah Mabar bersama Danish dan Dito. Pemuda itu terlihat beberapa kali mengganti posisi nya. Hingga kemudian berganti posisi setelah menekan tombol power di sisi ponsel nya.
Setelah mendudukan diri nya dengan benar, netra nya mengedar hingga berhenti saat manik nya bertemu dengan manik cokelat sang Daddy. Namun Rendi memutuskan nya duluan, pemuda itu memilih menikmati makanan yang sudah di sediakan oleh Tessi di depan nya.
Atensi nya jatuh tepat di jus mangga kemasan. Rendi memang pecinta mangga, bisa di bilang maniak mangga. Hingga tidak bisa mengendalikan diri nya jika melihat pohon mangga berbuah banyak, menggantung di dahan nya hingga menjulang ke bawah.
Seperti nya Tessi tahu itu, bukti nya makanan yang tersaji di depan nya mayoritas terbuat dari olahan mangga. Manisan, asinan hingga susu rasa mangga. Rendi mengistirahatkan punggung nya di senderan sofa. Mata nya memperhatikan Daddy nya yang mendengar kan masukan para bawahan nya.
Kadang Rendi suka insecure saat melihat Daddy nya. Memiliki wajah tampan, kekayaan yang melimpah, Kekuasaan tinggi, bahkan masalah wibawa pun Daddy nya sangat penuh kharisma. Kadang Rendi merasa terlalu jauh saat identitas Daddy nya tertera di nama terakhir nya.
Tapi Rendi tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Mata nya kembali memandang depan, melihat wajah lelah sang Daddy membuat nya bangkit, mendekati kursi kebesaran Daniel. Semua mata orang yang ada disana memandang laptop dengan serius, begitu juga dengan Daniel.
Rendi berdiri tepat di belakang kursi sang Daddy, dari posisi ini ia dapat melihat layar laptop tersebut yang menampilkan wajah nya. Tak ada pergerakan dari jari Daniel, mata tajam itu sibuk memandang wajah Sang anak yang berbatas layar kaca.
Foto itu, diambil diam-diam saat Rendi dan Lia di hadang hendak menuju bandara.
Daniel masih belum menyadari kehadiran anak nya, pria itu memijit pelipisnya pelan. Kemudian mata nya kembali menghadap depan, memantau kegiatan anak nya di depan sana, namun tubuh nya langsung tegak saat tidak mendapati presensi sang anak disana. Padahal tadi ia melihat anak nya tengah meminum jus mangga.
"Dom, dimana Rendi?" Tanya Daniel pelan pada Dom yang duduk di sampingnya. Namun karena ruangan itu hening, jadi suara Daniel terdengar oleh yang lain.
"Di belakang anda, Tuan" ujar Dom, kemudian kembali pada aktivitas nya.
Daniel langsung membalik tubuh nya, menghela nafas lega saat melihat kehadiran sang anak di belakang nya. Putra nya itu tersenyum lebar membuat Daniel ikut tersenyum melihat nya, rasa nya lelah Daniel langsung menguap begitu saja saat melihat senyum sang anak.
Rendi menaruh kedua tangan nya tepat di bahu sang Daddy, mulai memijat nya pelan. Padahal Daniel sudah menyuruh Rendi berhenti namun anak itu sangat keras kepala.
"Daddy ngapa liatin manusia tampan itu? Ngefans kan?" Tanya Rendi.
Daniel tersenyum, padahal ia tengah menyebarkan wajah sang anak kepada bawahan nya, agar para anggota Redmoon tahu siapa yang harus di lindungi. Namun, Daniel tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Rendi.
"Bukan, Daddy sedang membuat banner anak hilang" ujar Daniel.
Rendi mendelik seraya memukul bahu sang Daddy,"enak aja, ucapan adalah doa, kalo aku ilang beneran gimana?!" Pekik nya membuat anggota inti Redmoon menatap Rendi.
Daniel terdiam,"aku nggak mau ya, jadi gembel di jalanan. Bisa turun harga diri aku!" Lanjut Rendi.
Daniel berdehem singkat kemudian menarik lengan sang anak,"diam dan kembali lah ke sofa, ini sudah jam makan siang" titah Daniel.
"Daddy nggak makan?" Tanya Rendi namun hanya mendapat gelengan dari Daniel.
"Nanti, kamu makan lah jangan sampai telat"balas Daniel.
Rendi menghela nafas,"kerja boleh, tapi jangan sampe lupa waktu. Situ kan manusia bukan robot, mau kena busung lapar? Terus jadi berita viral, ' seorang pengusaha kaya terkena busung lapar yang berakhir masuk bumi' mau? Aku belum siap ya kalo jadi artis dadakan karna di cari wartawan!" Ujar nya panjang lebar.
Daniel tersenyum tipis, Rendi sangat mirip dengan nya. Cara ia dan Rendi menyembunyikan sikap kepedulian adalah dengan lontaran kata-kata pedas. Namun Daniel tidak bisa tidak menunjukan keperdulian nya pada Rendi.
Mata pria itu menatap para anak buah nya yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan nya di laptop,"hentikan itu, dan kalian makanlah dulu'' ujar Daniel membuat anggota Redmoon menatap nya bingung.
Karna biasanya, Daniel yang selalu mengajarkan dan mendisiplinkan mereka dengan berkerja dulu baru beristirahat. Namun kali ini pria itu mengubah kata-kata nya.
"Tidak tuan, kami akan melan--"
"Makan dulu Om, manusia butuh makan buat ngehasilin energi. Kalo kita nggak makan terus dapet energi dari mana? Yang ada malah kerjaan berantakan, selese kagak masuk rumah sakit yang ada. Tenang aja, kalian aku traktir, tapi Daddy yang bayarin, huahah" Rendi tertawa renyah di belakang kalimat nya.
Tawa itu langsung berhenti saat merasa di perhatikan, Rendi mengedar dan langsung menyadari bahwa tidak ada yang tertawa, mereka menjadikan nya pusat perhatian. Tapi ingat, urat malu Rendi sudah putus.
"Apa liat-liat?! Ngepens ya!" Tanya Rendi ngotot.
Merek semua menggeleng begitu juga dengan Daniel, kemudian bangkit mengikuti langkah tuan muda nya keluar. Menyangkal bahwa mereka ikut tersenyum melihat Rendi tertawa.
Rendi berjalan sesuai insting, pemuda itu tidak tahu letak jalan keluar Mansion ini. Alhasil ia berjalan saja tanpa memperdulikan anggota Redmoon yang mengikuti langkah nya.
Langkah Rendi terhenti saat melihat kearah pintu ruang makan. Mata nya memperhatikan banyak nya manusia yang tengah makan bersama disana, bahkan Rendi tidak sadar jika mulut nya terbuka dari tadi. Pemuda itu berlari masuk ke ruang makan.
"Ya ampun ini ada acara pembagian makan ya?! Apa bagi sembako?! Kok gua nggak di ajak!!" Teriak nya menggelegar, membuat anggota Redmoon yang sedang makan itu langsung menghentikan aktivitas nya dan menatap pemuda yang berteriak tadi.
"Ini acara apa?! Santunan anak yatim ya?!" Teriak nya lagi.
"Rendi, diam lah, kamu menggangu acara makan mereka" tegur Daniel kemudian menggeret anak nya itu ke dalam rerumunan.
"Ya Allah, kaya pasukan semut"
____
Sabar ya, sekitar satu atau dua part lagi Papi David muncul beserta antek-antek. Papa Dirga muncul nya belakangan, abistu baru dua tua Bangka.
Aku nggak bisa update kemarin, maaf ya, lebaran ke empat udah harus kesekolah ngurus babang Rendi yang bakalan jadi pajangan perpustakaan sekolah.
Jadi siap-siap ucap Babay sama babang.
Tenang, percetakan baru di buka, jadi masih ngerjain punya orang, tapi bentar lagi giliran babang.
Papay❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...