Part Sembilanbelas

24.7K 2.3K 190
                                    

Sore ini terlihat sangat cerah. Tapi tidak dengan raut wajah Rendi yang tampak masam. Pemuda itu tersenyum kecut saat kembali mengingat Daddy nya itu akan pulang sore ini.

Terlampau, sudah dua hari Daddy nya itu pergi ke Spanyol, entah apa alasan nya. Namun Rendi sangat bahagia dua hari itu, ia bisa berbuat semaunya tanpa ada yang melarang. Terlebih menyiksa anak buah Daddy nya itu tanpa sepengetahuan Lia yang sibuk membuatkan cemilan untuk nya di dapur.

Bukan hanya kepulangan Daddy nya saja yang membuat ia kesal, namun Daddy nya itu juga memaksa nya menunggu di bandara. Rendi jelas menolak nya, namun ancaman Daddy nya itu tidak main-main.

"Dad bakar motor kesayangan mu itu!"

Jelas saja Rendi tidak terima. Pasal nya ia membeli si Jala--- nama motor kesayangan nya itu dengan kerja keras. Menabung sedikit demi sedikit dari uang bulanan yang di berikan Radi. Termasuk kerja keras, karna ia berusaha sekeras mungkin menahan pesona jajan pinggir jalan.

"Ayok sayang, kita berangkat sekarang, nanti takut nya Daddy kamu nunggu lama" Lia menarik lengan sang putra yang terduduk bersila di lantai.

"Biarin, nggak akan kesasar aja, paling dikira orang ilang" gerutu Rendi membuat Lia terkekeh.

Sepanjang perjalanan Rendi tak berhenti nya menggerutu, membuat wanita di samping nya gemas bukan main. Putra nya itu tidak berhenti mengatakan hal yang sama.

Tubuh Rendi terhuyung ke depan, beruntung ia memakai seatbelt yang menahan tubuh nya. Rendi langsung melihat kedepan, mencari tahu apa yang terjadi hingga mobil berhenti mendadak.

Mobil yang mereka kendarai tengah di kepung, beberapa orang turun dari mobil yang menghentikan mobil mereka. Lumayan banyak, mampu membuat Rendi menelan Saliva nya.

Sean dan Lean yang duduk di belakang langsung turun, Paul dengan cepat langsung menekan tombol samping kemudi.

Sistem keamanan diaktifkan

Rendi tersentak kaget saat mendengar suara itu menggelegar di dalam mobil. Karna sedari tadi ia memperhatikan Lean dan Sean yang mulai bertarung.

Rendi membuka mulut nya kagum. Sean, Lean dan orang-orang itu bergerak sangat lincah. Ia tidak tahu ilmu beladiri apa yang mereka pakai, yang pasti, ia tidak pernah melihat nya.

"Jangan takut, Mom disini"

Lia menangkup kedua pipi Rendi yang tengah fokus melihat perkelahian itu. Ia mengarahkan kepala sang anak ke arah nya, Lia tidak mau anak nya itu melihat kekerasan di usianya yang bahkan masih di bawah umur.

Ketukan brutal itu membuat Rendi mengalihkan atensi nya kerah samping jendela dekat Lia. Disana beberapa orang ngetuk kaca dengan tidak santai nya.

"Woi, santai dong. Kaca mobil mahal!" Ujar Rendi kesal, pemuda itu akan bangkit namun Lia menahan nya.

"Jangan, mereka berbahaya" kata Lia membuat Rendi mendengus.

"Anda tetap disini nyonya, saya akan keluar. Pastikan anda mengunci kembali setelah saya keluar" ujar Paul yang di angguki Lia.

Paul memencet tombol samping kemudi. Suara itu kembali menggema membuat Rendi menatap setiap inchi mobil itu takjub.

Sistem keamanan di nonaktifkan

Pintu terbuka, beberapa orang itu mencoba masuk namun Paul dengan cepat menahan dan mendorong nya. Lia yang melihat itu tidak tinggal diam, wanita itu bergerak cepat menekan tombol tadi.

Seketika pintu tertutup, membuat Paul lega. Pria itu kembali menghajar mereka membabi buta. Walaupun ia sendiri, namun sudah beberapa pria yang tumbang karena nya.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang