"Nih duitnya, sesuai perundingan, enam ribukan?" Rendi memberikan uang dengan nominal enam ribu pada pria disampingnya.
Pria itu hanya diam tak menanggapi perkataan Rendi, mata pria itu masih mengarah pada tablet ditangannya.
"Eh, tar dulu pak, ngomong-ngomong gua cuman numpang duduk, jadi gak perlu bayar dong" Rendi mengambil uangnya kembali, lalu memasukan kedalam sakunya. Lumayan buat beli minuman cup.
Rendi itu pecinta minuman cup, entah itu kopi, atau minuman bergambar banteng, Rendi suka banget, dia biasanya selalu nyetok biar gak kehabisan. Soalnya pagi siang sore malem Rendi selalu minum itu.
Memang benar mobil itu sama sekali tidak jalan, masih tetap diposisinya. Jadi Rendi cuman numpang duduk doang, udah sejam-an dia duduk disitu, sambil merhatiin keadaan sekitar yang masih terus dipantau sama tiga preman yang mengejarnya.
Dan sekarang Rendi sudah tidak melihat eksistensi tuh preman, aman. Dari tadi dia cuman diem mainin hp nya, sama kayak pria disampingnya yang juga mainin tabletnya, gak ada perbincangan sama sekali diantaranya.
Rendi juga gak tau apa yang dilakuin sama pria disampingnya, tapi Rendi yakin pria disampingnya berbahaya, secara pria itu punya pistol yang pastinya ilegal. Pria itu juga terlihat begitu misterius yang kaya difilm-film, pakaiannya formal, tapi Rendi gak takut dong.
Gak tau kenapa tuh orang gak ngusir Rendi lagi, padahalkan tadi dia ngebet banget nyuruh Rendi turun. Dan kalo dilihat-lihat, nih orang bukan warga lokal, soalnya ada kesan bule-bule nya, wajah nya tampan tapi tampanan babang Rendi dong.
Rendi gak ngomong apa-apa lagi, dia langung berniat keluar dari itu mobil, tapi entah kenapa pintu mobil gak bisa dibuka. Semiskin-miskin nya Rendi, dia juga tau kali cara buka mobil.
Rendi mencobanya berulang kali, namun tetap hasilnya nihil. Atau mungkin pintunya rusak?. Mobil mewah tapi bodol, cih.
"Pintu itu tidak akan terbuka" Rendi langsung menolehkan kepalanya kearah sang pemilik suara.
"Sebelum kamu mengobati lukamu" ujarnya dengan mata yang tidak lepas daru tablet.
Rendi bingung sendiri mendengarnya, memang nya dia siapa berani menyuruhnya, dan luka nya sama sekali tidak ada hubungannya dengan pria itu.
"Gak usah sok kenal lo!, buka pintunya"
Pria itu memberikan kotak P3k pada Rendi "turuti jika ingin keluar" ujarnya lalu kembali fokus pada tabletnya.
"Heh anjing!, ngajak gelud lo ya" Rendi sudah memasang kuda-kuda, lengan bajunya Rendi lipat dengan masang mukak sook cool.
Rendi ini memang tidak tahu cara berterima kasih, sudah ditumpangi tanpa perlu mengekuarkan dana, dan sekarang yang punya mobil mau diajak gelud.
Rendi bisa melihat pria tersebut menghembuskan nafas, lalu menaruh tablet itu disampingnya. Mungkin pria itu terganggu dengan sikap nya Rendi.
"Saya ulangi sekali lagi, obati sendiri atau perlu saya bantu?" ujarnya dingin.
Rendi bergidik sendiri mendengarnya, seperti nya dia telah mencari lawan. Mau ngobatin sendiri tapi Rendi gengsi, tapi dia juga merinding sama pria disampingnya.
"Enggak, buka pintunya!" Rendi tetap menuruti ego nya.
"Baiklah" Pria tersebut dengan sigap menarik tangan Rendi lalu dengan borgol yang entah dari mana, langsung dia borgol tangan Rendi kebelakang tubuh pemuda itu.
"Woi bangsat, apaan dah, lo mau culik gua ya!" Rendi sendiri udah berontak minta dilepaskan, namun itu malah membuat tangannya terluka karna bergesekan dengan borgol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...