Bagaskara sudah keluar dari persembunyian nya, bahkan kicauan burung sudah mulai terdengar menyambut pagi yang cerah. Begitu juga dengan Daniel yang masih sibuk merapihkan pakaian nya. Hari ini ia tidak akan melakukan kesalahan lagi dengan meninggalkan putra nya di Mansion tanpa pengawasan nya ataupun Lia.
Rendi, sangat liar jika di biarkan bebas. Anak itu akan melakukan hal semau nya, tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi kedepan nya. Seperti kemarin yang bermain hujan dan lupa beristirahat hingga membuat tubuh nya kelelahan.
Daniel tidak akan membiarkan kejadian seperti itu terulang lagi, sebab itu ia membawa Rendi menemani nya bekerja. Daniel bisa memantau anak nya dengan mudah jika Rendi berada di dekat nya, dan bisa memastikan anak nya itu makan dan istirahat dengan benar.
Sebenarnya ia tidak tega membawa anak nya itu ikut, pekerjaan nya lumayan padat hari ini. Namun mau bagaimana lagi, ini adalah jalan terbaik dari pada membiarkan anak nya itu seperti monyet baru lepas dari kandang.
Pagi ini ia sudah bersiap, pakaian nya sudah rapih dan terpasang dengan benar. Daniel sengaja bangun pagi-pagi sekali agar tidak telat. Sekarang ia harus membangun kan anak nya itu untuk bersiap.
Semua nya berjalan dengan lancar, Rendi hari ini tidak susah untuk di bangunkan, mungkin karena tidur nya yang cukup malam tadi. Anak itu sudah siap dengan pakaian nya yang entah kenapa berwarna hitam semua, dan sekarang sedang makan dengan tenang di meja makan.
"Dad, masih inget nggak perjanjian kita kemaren?" Tanya Rendi yang langsung diangguki Daniel.
"Hari ini biarin aku ngelakuin apapun yang aku mau, jangan ngelarang!"ujar Rendi mutlak.
Daniel meletakkan sandwich nya yang tinggal setengah, "tergantung, kalau kamu melakukan hal yang merugikan diri kamu sendiri dan orang lain, Daddy akan menghentikan nya" balas Daniel.
Rendi mengangguk,"oke, aku nggak akan rugiin orang lain kok. Dad bilang aku harus ikut Daddy kemanapun kan. Oke aku ikut, tapi bukan sebagai Rendi, hari ini aku mau ngecosplay jadi anak buah Daddy, ya?" Ujar nya antusias.
Daniel tersedak mendengar nya, Rendi adalah putra nya bukan anak buah nya. Daniel tidak setuju itu, ia tidak pernah suka jika Rendi mengambil posisi lain.
"Tidak, kamu putra Daddy. Berlaku lah sepeti biasa!" Balas Daniel mutlak.
Rendi mendengus,"banyak ke untungan nya loh aku ngecosplay begitu. Satu, kata Daddy banyak musuh, kalo aku jadi anak buah Daddy kan aman. Dua, Daddy dapet anak buah gratis tanpa bayar padahal" ujar Rendi.
Daniel menghembuskan nafas, ini masih pagi dan anak nya sudah mengajak berdebat. Jadi lebih baik ia iyakan saja, selagi yang dilakukan Rendi tidak merugikan dan masih berada dalam pantauan nya.
"Ah, terima kasih, Tuan Daniel yang terhormat!"
_____
Jejeran mobil kelas dunia itu tampak baru memasuki gerbang mewah yang menjulang tinggi. Setelah parkir di halaman depan sebuah Mansion mewah, beberapa orang turun, jalan di belakang seorang pria yang mengangkat dagu angkuh.
Daniel, pria kejam itu baru saja memasuki Mansion utama. Tempat dimana seluruh anggota Redmoon berkumpul dan beristirahat, sekaligus merunding kan masalah.
Mansion itu terlihat megah, walaupun suasana nya cukup suram. Besar Mansion itu bahkan melebihi besar Mansion yang di tempati Daniel. Karna memang penghuni di sini mencapai ribuan orang. Terpencil di tengah hutan.
Pada anggota Redmoon yang melihat kedatangan sang ketua pun menunduk kan kepala nya. Namun atensi mereka terarah kepada seorang pemuda yang sedang melambaikan tangan nya bak seorang artis yang sedang berjumpa dengan para fans nya.
Dari penampilan nya seperti nya pemuda itu anggota yang baru diangkat menjadi bagian Redmoon. Jeans hitam, baju hitam yang di tutupi jaket Levis berwarna hitam juga, dan jangan lupakan kaca mata hitam yang bertengger di hidung bangir nya.
Yang membedakan hanya senjata nya. Jika anggota Redmoon yang lain membawa revolver, namun anggota baru itu membawa tembakan warna-warni dengan stiker bertuliskan 'revolver' yang melekat di sisi sebelah kanan nya.
"Silahkan, Tuan!" Damian--si kepala Mansion utama mempersilahkan sang tuan menuju ruangan perundingan.
Ruangan dengan banyak kursi, yang terdiri dari dua lantai itu terlihat luas, bahkan Rendi yang sedang mengosplay menjadi anggota Redmoon pun tidak bisa menutup rahangnya saat melihat ruangan itu.
Bak seorang selebriti, Daniel membelah puluhan anak buah nya menuju podium yang sudah di sediakan, melihat itu, Rendi tak tinggal diam. Pemuda itu dengan gesit membuka jalan seperti seorang bodyguard artis yang melindungi majikan nya.
Saat netra nya bertemu tatap dengan sang Daddy, Rendi hanya bisa menunjukan cengiran nya. Memang, banyak anggota Redmoon yang belum mengetahui wajah anak seorang Daniello. Hanya beberapa, itupun yang Daniel tugaskan untuk memantau keadaan sekitar Rendi.
"Minggir-minggir, tuan Daniel ingin lewat!" Teriak Rendi.
Beberapa anggota Redmoon yang melihat mungkin merasa bingung dengan presensi Rendi yang terlihat seperti mencari muka, atau bahkan terlihat tidak sopan. Namun mengapa ketua mereka diam saja, seakan tidak terganggu dengan apa yang di lakukan Anggota baru itu.
Daniel sudah berdiri dengan gagah nya di balik podium, beberapa anggota inti Redmoon berdiri di belakang nya, begitu juga Rendi.
Pidato dimulai, membicarakan masalah yang terkait dengan transaksi-transaksi mereka, hingga pasokan barang ilegal yang sudah di susun di gudang utama, beberapa cadangan narkoba dan yang terakhir Daniel juga membahas tentang keamanan sang anak.
Sedangkan Rendi? Sedari tadi pemuda itu menguap menahan kantuk, di tambah kaki nya sudah terasa sangat pegal. Apa Daddy nya itu tidak lelah? Mengapa anggota inti juga tidak disediakan kursi seperti Anggota Redmoon lainnya? Sungguh pilih kasih.
"Sebaik nya anda beristirahat di kamar tuan Daniel, mari saya antar" ujar Dom yang berada tepat disamping Rendi.
Dengan cepat Rendi menggeleng, "nggak mau, nanti gua di kira maling. Gua kan sama kaya Lo, anggota Redmoon!" Ujar nya.
Dom menghela nafas, kemudian meminta kursi dan memberikan nya kepada Rendi,"duduk lah disini tuan muda"
Rendi menurut, kemudian duduk di kursi yang sudah Dom ambil kan. Tak terasa mata nya mulai terpejam di balik kaca mata hitam, tubuh nya hampir limbung ke samping, jika saja Dom tidak menahan nya.
"Lebih baik anda menurut, beristirahat lah di kamar Tuan!" Ujar Dom. Rendi tetap kekeuh menggeleng, ia masih ingin melihat Daddy nya bekerja dengan penuh wibawa.
Dom ingin mengatakan sesuatu, namun ia ragu,"t-tuan, bagaimana jika saya menggendong anda? Dengan begitu anda tidak akan jatuh jika mengantuk. Anda juga masih bisa mendengar tuan Daniel berpidato?" Saran Dom.
Rendi terlihat berpikir sebentar. Dari lama memang urat malu nya sudah putus, lagian yang di bilang Dom ada benarnya, ia sudah tidak sanggup menahan kantuk, tapi ia masih ingin mendengarkan Daddy nya. Ingin mengiyakan saran Dom, namun satu kendala nya.
"Emang Lo kuat Dom, gua berat dosa btw" ujar Rendi seraya memperhatikan badan besar Dom.
Dom tersenyum tipis,"saya sudah terbiasa, seperti nya anda juga tidak seberat itu hingga saya tidak bisa menahan berat tubuh anda" ujar nya.
Rendi menganggukkan kepala nya,"yaudah gendong" ujar nya seraya membalik tubuh Dom hingga memperlihatkan punggung tegak nya.
Namun Dom membalik tubuh nya kembali menatap Rendi "tidak si belakang tuan, anda bisa terjungkal jika benar-benar tertidur" ujar nya.
Rendi mendelik,"heh, Lo ngajakin gua maen pedang-pedangan?!" Ujar nya membuat beberapa anggota inti menoleh kepada dua orang itu.
Wajah Dom berubah menjadi datar,"jauhkan pikiran kotor anda, tuan muda" ujarnya.
Dom langsung saja mengangkat tubuh sang tuan muda yang tidak ada apa-apa nya dibanding tubuh nya. Tuan muda nya bahkan terasa sangat ringan seperti tidak pernah di beri makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...