Suasana ruang kepala sekolah nampak mencengkam. Semua atensi mengarah kepada Daniel yang tengah memeriksa keadaan sang anak. Kepala sekolah menghela nafas, ingin menjelaskan namun segan untuk membuka pembicaraan.
"Ada yang bisa menjelaskan, mengapa putra saya bisa terluka?" Tanya nya dingin.
Rendi pun tidak berniat angkat suara. Pemuda itu terlihat sangat santai menyesap susu kotak nya dengan posisi bersandar di bahu sang Daddy. Sesekali melirik kedua teman nya yang tertunduk dalam.
"Begini Tuan, putra anda terlibat perkelahian dengan siswa kami yang bernama Fadil. Kami belum tahu yang sebenarnya, maksud kami mendatangkan wali dari kedua siswa yang terlibat masalah bertujuan agar wali sekalian dapat memantau perkembangan siswa disekolah dan dapat membantu pihak sekolah menyelesaikan masalah ini" ujar Kelvin sang kepala sekolah.
"M-maaf pak sebelum nya, saya minta maaf atas kesalahan anak saya. Lebih baik masalah ini tidak di perpanjang dan berhenti sampai disini saja" sela Ibu Fadil, seperti nya wanita itu mengetahui berhadapan dengan siapa.
"Enggak Ma, aku nggak salah. Rendi yang salah, aku diem aja. Dia duluan yang mukul kepala aku" bela Fadil cepat, tidak memperdulikan tatapan tajam sang ibu.
"Fadil! Kamu kenapa sih? Lebi---"
"Biarkan dia menyampaikan pernyataan nya. Jadi Fadil, bisa kamu ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Daniel tenang, membuat Rendi langsung memberikan jarak tempat duduk nya dan sang Daddy.
"Pas bel istirahat saya kekantin Om, cuman duduk sama temen-temen dipojokan. Tapi tiba-tiba Rendi datang langsung pukul kepala saya, awal nya saya biarkan Om. Tapi Rendi nya nambah jadi, dia numpahin jus jambu ke seragam saya, nih'' ujar Fadil seraya menunjukan seragam nya.
Daniel langsung menatap sang anak, namun yang di tatap justru langsung menempel pada Dom. Seperti nya Daniel sudah mendapatkan pintu terang untuk masalah ini.
"Lalu, kamu membalas memukul anak saya? Hingga terluka seperti ini?" Ujar Daniel datar.
Fadil menggeleng dengan cepat, "enggak Om, saya nggak bisa beladiri, mukul orang juga nggak bisa" ujar nya.
Daniel menaikan salah satu alis nya, semua atensi masih mengarah kepada nya,"lalu mengapa Rendi bisa terluka?'' ujar nya.
Fadil menggeleng tidak tahu. Daniel menatap Rendi namun anak nya itu tidak mau melihat nya, pemuda itu justru malah asyik menyedot susu kotak seraya bersandar di bahu Dom.
"A-anu Om" sela Dito. Membuat seluruh atensi mengarah pada nya.
"Dito, jelaskan!" Titah Daniel.
Dito menelan Saliva nya gugup, kemudian menatap mata setajam elang yang menyorot nya tajam itu. Sumpah demi apa, Rendi memang sesat!
"T-tadi jam pelajaran kedua. Aku, Danish sama Rendi bolos. Kita maling mangga halaman belakang sekolah, tapi Rendi nya jatuh karena nggak bisa turun" jelas Dito sambil menunduk.
Daniel sempat menganga, sebelum menghela nafas panjang kemudian menghembuskan nya. Ternyata perkelahian ini tidak ada sangkut pautnya dengan luka Rendi. Luka Rendi memang murni kenakalan anak itu sendiri.
"Rendi, minta maaf!" Tegas Daniel.
"Lah, ane salah ape?" Rendi menegakan tubuh nya sebelum menatap sang Daddy polos.
Daniel menatap anak nya tajam, "Rendi, Daddy bilang minta maaf, kamu bersalah disini!" ujar nya.
Rendi ganti membalas tatapan tajam Daniel,"aku nggak akan ganggu dia kalo dia nggak ganggu aku duluan!"
Rendi bangkit, kemudian membanting susu kotak di tangan nya kelantai, pemuda itu menatap sang lawan tajam, "urusan kita belum selesai, tunggu pembalasan gua!" Ujarnya kemudian berlalu keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...