Part Delapan

28.1K 2.7K 129
                                    

Suasana tampak sunyi, angin berhembus kencang menerpa wajah tampan seorang pemuda yang tengah berdiri di balkon sebuah kamar.

Gurat ragu terpampang jelas diwajah pemuda tersebut, sesekali netranya menatap keadaan sekitar.

Rendi, pemuda itu tengah merancanakan kepergiannya dari Mansion pasangan yang menculiknya.

Lukanya juga sudah tak terasa sakit lagi setelah wanita yang menculik nya itu mengoleskan salep pemberian seorang dokter yang memeriksanya.

Rendi bingung pada keadaan nya saat ini, pria itu datang dan membawanya pergi, memisahkan dirinya dengan teman-temannya, dan menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'Daddy'.

Tadi juga, pria tersebut memaksa nya untuk tinggal di Mansion ini dan menerima pasangan tersebut sebagai orang tuanya.

Tentu saja Rendi menolak dengan tegas, dirinya tak kenal dengan pria tersebut, mereka hanya sekedar kenal karna ketidak sengajaan, begitu pula dengan istrinya.

Bahkan jika presiden sendiri yang bicara seperti itu, Rendi tidak akan mau. Karna bagi Rendi orang tuanya hanya Nina Wati dan Radi Wijaya.

Meskipun kedua orang tuanya itu tak menganggap kehadirannya, namun bagaimana pun juga mereka lah penyebab Rendi bisa menghirup oksigen, dan merasakan indah nya dunia.

Walaupun dunia Rendi tak seindah itu.

Pria gila itu tidak mengizinkan Rendi pergi dari rumah nya ini, bahkan pria gila terebut memperlakukan Rendi seperti sudah saling mengenal, tak ada kecanggungan.

Namun Rendi merasa tak nyaman, apalagi saat pria tersebut memaksanya tidur dikamar yang katanya mulai sekarang akan menjadi kamarnya.

Rendi berjalan sesuai keinginan nya.

Tak ada yang bisa memaksanya, siapapun itu, kecuali keluarga nya terutama kedua orang tua nya.

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, pria tersebut baru keluar dari kamar ini pada jam sepuluh, sejam nya Rendi habiskan untuk berfikir.

Dirinya tidak bisa keluar melalui pintu kamar, pria gila terebut telah menaruh dua orang penjaga didepan pintu kamarnya.

Entah mengapa pria atersebut bertekad keras untuk mengurung Rendi didalam rumahnya,

Namun yang membuat Rendi lebih terkejut adalah pria tersebut bukan lah orang yang baik, pria tersebut berbahaya. Rendi tak tahu pasti apa pekerjaanya.

Rendi tidak sengaja menguping pembicaraan pria tersebut dengan tangan kanannya yang bernama Dom. Saat dirinya pura-pura tidur karna paksaan.

Pria gila terebut memerintahkan tangan kanan nya untuk membunuh seseorang. Dari situ Rendi yakin pria tersebut bukanlah orang baik.

Terkait dengan profesinya yang hanya dengan sekali perintah satu nyawa melayang, pasti pria tersebut benar-benar kejam.

Ditambah banyak nya penjaga didalam Mansion ini, hanya sekedar berlalu lalang tidak jelas. Ah Rendi jadi ingat saat pria tersebut menodongkan pistol kearahnya. Mengerikan.

Dan sekarang Rendi harus benar-benar memikirkan cara keluar dari rumah besar itu.

Beruntung Rendi bisa parkour, walaupun dia hanya baru menguasai gerakan dasarnya, namun tak apa, yang penting Rendi anak parkour.

Dulu sekali Rendi memang sering olahraga parkour, namun terhenti ditengah jalan, dia fikir tak ada gunanya, tapi sekarang dia salah, dan sangat membutuhkan itu.

Rendi mulai melakukan pemanasan dasar agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya.

Kamar ini terletak dilantai dua, memiliki ketinggian yang lumayan bisa membuat orang patah kaki jika terjun bebas, bahkan kematian kalau yang mendarat kepala nya duluan

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang