Part Duabelas

26.7K 2.8K 235
                                    

Pandangannya kosong, setelah membaca tinta hitam yang tertulis pada berkas ditangannya. Dunianya, suram. Seperti tak ada lagi tujuan nya untuk bertahan didunia.

Pemuda itu tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan setelahnya, semuanya kosong, bahkan telinganya seolah tak mendengar isakan wanita cantik disampingnya.

Rendi merasa tak berarti, seperti barang yang tak terpakai lagi. Benda yang hanya pajangan kemudian ditukar dengan uang.

Sekali lagi dirinya terjatuh, namun tak ada air mata sebagai luapan emosi. Hanya terdiam tak bergerak ditempat yang sama, mengabaikan tatapan iba mereka yang menurutnya tak berarti.

Pemuda itu masih tak menyangka, ayah nya sendiri, ayah kandung yang selama ini diam-diam menjadi panutan nya tega menukar anak nya dengan sebuah perusahaan.

Apa ayah nya itu tidak tahu bagaimana rasanya seorang anak yang terlahir tanpa kasih sayang orang tua, mendapat kekerasan dari usia dini, dan sekarang menukar anak nya sendiri demi uang?.

Tidak kah ayah nya itu merasa bahwa luka yang selama ini Rendi dapatkan lebih dari cukup? Dan sekarang ayah nya itu menambah luka yang bahkan belum kering.

Pernahkan ayah nya itu memikirkan perasaan nya sebelum menggoreskan tinta hitam yang akan menghancurkan putranya sendiri.

Masih pantaskah disebut seorang ayah?.

Masih. Rendi tak tahu mengapa, dirinya tak bisa membenci sang ayah yang telah melepaskannya. Radi adalah panutannya sejak kecil, walaupun perbuatannya tak pantas untuk menjadi seorang panutan.

Namun tetap, Rendi sangat-sangat kecewa pada ayah nya. Ayahnya itu berhasil membuat nya beku, entah bagaimana cara dirinya keluar dari lingkaran itu.

Mungkin kalau dirinya pergi jauh, ayah nya akan bahagia.

Hatinya sakit, namun Rendi bangga karna dirinya tidak menangis, netra merah nya menatap pria yang melakukan barter dengan ayah nya.

Pandangan pemuda itu kosong, seperti tak ada harapan untuk hidup, atau bangkit dari keterpurukannya.

Tiba-tiba saja pemuda itu menunduk, berdiri dengan kedua lututnya dihadapan pria yang lebih tua darinya.

"Sekarang, apa yang bisa saya lakukan untuk anda .... Tuan?" Tanya Rendi.

Lia, wanita yang sedari tadi tak berhenti menangis langsung terduduk lemas dilantai, dirinya hanya merasa sakit saat melihat anaknya seperti itu.

Sedangkan Daniel, pria itu hanya diam menatap pemuda yang sekarang sedang berlutut didepannya, tatapan pemuda itu tak terbaca, hanya terlihat kaca yang berserakan dimatanya.

"Saya akan berusaha melakukan tugas saya dengan baik, sebagai pelayan anda" ujar Rendi degan pandangan kosong kedepan.

Beberapa anggota Redmoon dan maid yang melihat kejadian itu semua hanya diam, ada yang tak tega melihat pemuda itu berlutut didepan tuan mereka.

"Bangun, apa yang kau lakukan?" Tanya Daniel datar, namun tidak dengan hatinya yang meronta kesakitan.

Rendi tetap tak bergerak dari posisinya, tubuhnya kaku seperti robot, pandangannya bahkan tak beralih sama sekali, sangat kosong.

"Saya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, tempat saya memang disini, sebagai seorang pelayan" ujarnya lantang, tanpa ada getaran di setiap kata yang terucap.

Tangis Lia pecah seketika, dirinya tidak sanggup melihat pemuda itu seperti itu. Tanpa aba-aba wanita itu mendekat dan langsung memeluk tubuh rapuh pemuda tersebut.

Lia bersyukur pemuda tersebut tak memberontak, walaupun tanpa balasan, karna Lia tahu pemuda itu sedang membutuhkan pelukan yang menenangkan.

Wanita itu berusaha keras menahan tangisnya, dirinya harus bisa menguatkan pemuda didekapannya.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang