Pagi ini, Mansion bungsu Lacosta di buat heboh. Dikarenakan sang tuan rumah terpleset di pinggir kolam, sedangkan sang nyonya bermandikan tepung. Dengan tubuh yang berbalur tepung, Lia membantu sang suami keluar dari kolam. Namun seperti nya kekuatan tak sebanding itu mempengaruhi, Lia justru malah ikut tercemplung ke kolam.
Bergeser sedikit ke pojok halaman belakang. Rendi, si penyebab kekacauan menulikan pendengaran nya, saat Sean, Lean dan beberapa anak buah Daniel yang lain mencoba memperingati nya.
Pemuda itu bergeming, tetap menggerogoti buah mangga yang di petik langsung dari pohon nya. Tanpa perlu di cuci, Rendi membuka kulit mangga menggunakan gigi nya, sedangkan salah satu tangan nya ia gunakan untuk menyangga tubuh agar tidak terjatuh dari pohon mangga yang lumayan tinggi.
"Tuan muda turunlah, anda bisa terjatuh!"
"Anda belum sarapan tuan muda, mangga dengan perut kosong bisa membuat perut anda sakit!"
"Tuan muda menurut lah, atau kami akan menurunkan anda paksa dengan tangga!"
Rendi memetik buah mangga mentah di samping nya, lalu melemparkan kebawah. Pohon ini memiliki buah yang berlimpah membuat Rendi senang melihatnya.
"Noh makan! Bilang aja Lo mau kan? Tinggal minta aja apa susah nya sih, bacot banget heran gua!" Rendi melanjutkan menggerogoti mangga nya.
"Rendi! Yaampun sayang kamu ngapain disitu? Turunnnnn kamu bisa jatuh, anak ini. Masih pagi sayang, makan nasi dulu baru makan mangga. Ayo sayang.."
Rendi menunduk, menatap Lia dan Daniel yang basah kuyup, membuat kening pemuda itu mengernyit bingung. Cuaca pagi ini cerah, tidak hujan.
"Rendika! Turun!" Ujar Daniel datar.
"Ogah!" Rendi menjawab dengan malas, Daddy nya itu terlihat seperti gembel, berbeda dengan Mommy nya yang tetap cantik.
"Dom, ambilkan tangga!" Dom yang di beri perintah pun langsung melaksanakan nya dengan cepat.
"Eh, enggak usah. Iya aku turun!" Rendi berujar lesu. Sebenarnya ia masih ingin melihat pemandangan yang membagongkan ini, namun ia juga tahu apa yang akan terjadi jika Daniel sudah mengambil tangga.
Rendi menoleh ke dahan yang tadi ia injak saat akan naik, pemuda itu menaruh satu kaki nya di dahan itu. Tubuh nya sudah turun dari dahan besar yang tadi diduduki nya. Tangan Rendi memegang erat dahan diatas nya. Kepala nya kembali menatap kebawah.
Dan saat itu juga Rendi ingat, bahwa ia tidak akan pernah bisa turun saat sudah naik.
Panik, ia terjebak di dahan itu dengan bergelantungan layak nya nyomet. Rendi ingat, dia tidak pernah bisa turun jika sudah manjat, sama seperti saat membolos sekolah yang harus melompati tembok belakang.
Dito kelimpungan saat melihat ia tidak bisa turun saat itu. Akhirnya Dito turun tangan membantunya, namun mereka terlambat saat guru BK sudah berdiri memperhatikan aksi mereka. Dan Rendi tau kelemahan nya itu, namun sekarang ia lupa, mungkin karna melihat mangga ia jadi hilaf.
"Huaaa, Mom nggak bisa turun!!" Rendi menjerit nyaring, saat tangan nya sudah terasa keram terlalu lama menahan beban tubuh nya sendiri yang penuh dosa.
"Mom, tolongin!!"
Lia kelimpungan sendiri mendengar teriakan putranya, begitu juga dengan Daniel. Posisi Rendi bergelantungan di dahan yang amat tinggi. Mereka tidak bisa membayangkan jika Rendi terjatuh.
"Dom, ambil tangga!!" Daniel setengah berteriak. Pria itu berlari tepat di bawah Rendi, berjaga-jaga jika pegangan sang anak terlepas.
Sean, Lean dan anak buah lainnya yang melihat itu tidak tinggal diam. Mereka juga ikut berlari ke bawah Rendi, membantu Daniel jika nanti Rendi benar-benar terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...