Part Tujuhbelas

26.8K 2.5K 401
                                    

Daniel merangkul pinggang sang istri, menuntunnya keluar dari rumah Radi. Bangga, Daniel selalu merasa bangga atas setiap tindakan Lia tadi. Istri nya itu selalu berbeda dengan wanita lainnya, sebab itu lah Daniel sangat mencintai istrinya. Jujur, Daniel merasa bersalah karena telah mengacuhkan Lia pada saat itu, hanya karna kesedihannya tidak bisa memiliki anak.

Namun Tuhan selalu menunjukan jalan kebahagian kepada makhluknya. Tidak peduli seberapa banyak dosa dan seberapa buruk hamba nya. Karna tuhan memiliki jalan tersendiri, manusia hanya disuruh berjalan diatasnya, tanpa perlu menciptakan jalan dan menyusun skenario takdir nya sendiri.

Daniel sadar itu, selama ini ia terlalu terpuruk akan kesedihan hingga melupakan sang istri yang jauh lebih terluka dari pada ia. Lia wanita, menjadi seorang ibu adalah impian semua wanita, dan Daniel baru tahu itu. Melihat Lia bahagia akan kehadiran Rendi membuat ia sadar betapa terpuruk nya Lia selama ini.

Meninggalkan acara reuni dengan para sahabat yang selama ini berada dibelakang Lia hanya demi sang putra. Dari situ Daniel sangat yakin bahwa Rendi telah memasuki kehidupan Lia sangat dalam. Bahkan istrinya itu langsung turun tangan menutup mulut Radi karna telah menyakiti putranya. Daniel heran, tentu, biasanya sang istri selalu acuh terhadap sekitar.

"Kamu keren Honey" Daniel berbisik ditelinga Lia.

"Aku tau, itu tidak seberapa, lihat saja bajingan itu jika sampai melukai putraku lagi, bukan hanya tendangan yang akan Radi dapatkan, akan ku jadi kan koleksi aset utama nya itu, agar Radi tidak bisa lagi menjadi seorang bajingan" ujar Lia. Daniel tersenyum senang mendengar nya.

Kedua pasangan itu berjalan kearah mobil mewah yang telah dimasuki sang putra. Membuka pintunya dengan perlahan. Tanpa perlu diperintah kedua anggota Redmoon yang bertugas menemani Rendi langsung pindah ke kursi belakang, membiarkan Daniel dan Lia duduk disisi sang putra.

Rendi membuka matanya saat merasakan tangan seseorang menyentuh lehernya, ternyata itu Lia. Ia baru sadar jika posisi nya saat ini berada di antara Lia dan Daniel.

"Suhu tubuh mu meningkat sayang? Perlu kerumah sakit? Ah tidak-tidak, Honey, panggil Hans saja, suruh dia kerumah" Lia berujar seraya beberapa kali menempelkan punggung tangannya dikening sang anak.

Daniel mengangguk, bersiap untuk menghubungi dokter tersebut. Namun suara sang putra menghentikan kegiatannya.

"Nggak usah Mom, aku baik-baik aja kok" ujarnya.

"Gimana bisa baik sih, udah nurut ya sama Mom"

"Nggak usah Mom, aku beneran nggak papa"

Lia menghembuskan nafas nya kasar, jika putranya sudah kekeuh pada pendiriannya, lantas ia bisa apa?

"Baiklah, kita pulang sekarang heum?"

Rendi menghela nafas panjang, sebelum mengangguk lesu. Pikirannya tengah kacau untuk saat ini. Entah mengapa perkataan ayah nya terus berputar di kepalanya.

Tanpa aba-aba, Lia memeluk nya, mengecup keningnya singkat, bibir indah Mommy nya itu berbisik di telinganya.

"Everything will be fine, look ahead dear. Try starting again from scratch, remember you are not alone, mom and dad are always with you"

Rendi mendongak, menatap netra teduh sang Mommy.

"Thanks mom. I'll try, starting from scratch. Starting early as a child of Arellia and Daniello"

Lia tersenyum senang, tanpa sadar air mata nya ikut merasakan kebahagiaan yang diberikan Rendi. Entah mengapa, namun ia merasa putra nya itu berbicara dengan sungguh-sungguh.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang