Hallo aku kambek lagi.
Aku bawa berita yang mungkin nggak mengenakan buat kalian, maap keun.Jadi, aku bakalan hiatus nggak tau sampe kapan.
Tapi BOONG!!!
Mueheheh, moon maap, aku hobi buat orang ngamok.
Yang nggak terima bisa PC, tar aku serlok, gelud yuk.Senin pagi ini terlihat cerah, matahari sudah keluar memamerkan sinar nya. Bahkan beberapa burung berterbangan diudara, kicauan yang saling bersahutan itu semakin menambah kesan ceria.
Begitu juga dengan Rendi yang terlihat bersemangat melakukan aktifitas pagi sebelum berangkat sekolah. Bahkan saat Lia yang sibuk mengurusi kerapihan nya saja Rendi hanya diam. Biasanya anak itu akan marah jika ada seseorang yang ikut campur mengenai penampilan nya.
Rendi yakin para sahabat dan satu sekolah akan gempar melihat penampilan nya yang rapih saat ini. Baju putih bersih yang di masukan, dasi yang terpasang dengan benar, rambut disisir rapih, tali pinggang yang berada di tempatnya dan sepatu kinclong merk terkenal.
Penampilan Rendi saat ini sangat berbeda jauh dengan dulu, saat dimana ia belum bertemu dengan Daniel dan Lia. Saat dimana ia sendiri dan belum ada yang membantu nya bersiap sekolah.
Dulu, seragam yang ia gunakan tidak pernah terpasang dengan benar, baju yang di keluarkan, celana ketat setengah tiang, dasi melingkar di kepala dan tidak pernah menggunakan sabuk. Dan jangan lupakan rambut yang tidak pernah disisir.
Hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang Rendi di antar kedua orang tua nya, Daniel dan Lia. Awal nya Rendi menolak, namun karna perkataan Lia membuat hatinya tergerak tidak bisa menolak.
"Padahal, Mom pengennn betul ngerasain gimana rasanya ngantar anak kesekolah, tapi kalo Rendi nggak mau, yaudah lah, nanti malem Mom tidur di kolong jembatan aja"
Sungguh, Rendi tidak bisa menolak jika menyangkut perasaan seorang ibu. Walaupun Rendi sendiri tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu sebelumnya, namun karna hadirnya Lia, Rendi bisa merasakan nya.
Jadi Rendi membiarkan Lia mengurusnya, ia juga senang melihat antusias nya Lia, mulai dari membangunkan nya, menyiapkan keperluan sekolah dan sarapan nya, hingga mengantar nya kesekolah.
Bahkan saat ini Rendi membiarkan Lia membenarkan tata rambut nya sekali lagi. Binar ceria dimata Lia membuat Rendi tidak tega untuk mencegah nya. Alhasil Rendi hanya diam menerima semua perlakuan Mommy nya.
Rendi tidak heran saat dua mobil lainnya mengikuti mobil yang ditumpangi nya kedalam sekolah. Mengingat musuh Daddy nya itu sangatlah banyak, padahal Rendi sudah bilang ingin berangkat bersama teman nya.
Namun kedua manusia itu menolak nya dengan keras. Rendi sudah bernego untuk mengantar nya hingga gerbang saja, namun Daddy nya itu kembali menolak, dengan alasan musuh tentu saja.
Alhasil Rendi pasrah saat mendapat kecupan dari sang Mommy, bahkan sekarang wajah nya tertunduk malu saat beberapa murid yang melewatinya pada berbisik mengenai Rendi yang bisa bersama keluarga Lacosta.
"Jangan berulah ingat, istirahat nanti makan siang akan diantar Tessi, jangan jajan sembarangan apalagi sampai merokok. Jadi lah murid teladan dengan tidak membolos, dengar?" Lia memberikan wejangan singkat itu bersamaan dengan kecupan yang tidak berhenti.
Rendi menjauhkan wajah nya dari jangkauan Lia,"iya Mom, udah malu aku tuh" ujarnya.
"Loh, bukan nya urat malu kamu udah putus?" Goda Lia membuat Rendi menatap nya datar.
Lia terkekeh sedangkan Daniel hanya tersenyum kecil di balik masker hitam nya, melihat wajah kesal Rendi adalah hiburan tersendiri bagi nya. Hiburan yang menyenangkan, ah seperti nya Daniel akan sering menganggu anak itu.
"Pulang nanti, Pokok nya revolver sama SPP Dragonbal harus udah ada, aku mau ngetes ke Daddy ya?" Ujar Rendi membuat Daniel mengangguk pasrah.
"Udah lah, gelay. Aku masuk dulu, papay" Rendi baru ingin melangkah, namun Daddy nya itu menarik lengan nya kemudian mengecup kening nya singkat seraya mengusap rambut nya.
Tentu saja, Rendi menghapus bekas nya, wajah nya bertambah merah saat melihat ciwi-ciwi yang duduk di pojok parkiran melihat nya. Bahkan Rendi masih bisa melihat mereka saling berbisik, beberapa menatap nya sambil tertawa, dan beberapa menatap nya penuh binar.
Rendi segera bergegas menjauhi dua manusia itu, namun sebelum tubuh nya benar-benar hilang di telan tembok, Rendi sempat berbalik mengacungkan jari tengah nya kearah Daniel.
______
"Maksud Lo apa? Ini semua apa, gua bener-bener nggak ngerti, Lo harus jelasin semuanya!" Dito menatap Rendi tajam, menunjukan berita yang tengah menyebar di sekolah lewat ponsel nya.
Rendi menghela nafas, kekasih nya yang tidak berpendidikan itu telah menyebarkan bahwa Rendi adalah anak dari keluarga Lacosta. Selama ini memang tidak ada yang tahu tentang keluarga nya, kecuali beberapa guru dan dua sahabatnya.
Dan dengan tanpa izin dari Rendi, Rere berani menyebarkan identitas baru nya disekolah. Gadis itu telah memoto dirinya saat bersama Daniel dan Lia ditaman itu diam-diam. Lalu menyebarkan nya di akun sosmed sekolah.
Marah, tentu saja. Rendi akan memberikan pelajaran kepada gadis itu nanti, sekarang ia akan menjelaskan semuanya kepada Danish dan Dito. Karna memang, Rendi tidak pernah menutupi apapun dari keduanya. Danish dan Dito itu memiliki kepercayaan nya, sejak dulu, kedua manusia itu lah yang setia berdiri disampingnya. Bahkan mereka pernah menjadi perisai untuk Rendi dari ayah nya.
Dirofftop sekolah itu Rendi mulai menceritakan apa yang terjadi pada nya, bahkan Rendi sampai lupa amanat Lia untuk tidak membolos, namun Rendi tetaplah Rendi, si tong kosong nyaring bunyinya.
"Gua nggak bisa ngomong tentang masalah ini. Tapi gua bakal dukung semua keputusan Lo, apapun yang buat Lo bahagia bakal gua dukung. Gua nggak ngelarang Lo ini itu, gua yakin Lo cukup dewasa buat ngambil keputusan. Semoga dengan cara ini Lo bisa bahagia, sesuai keinginan Lo dulu" ujar Dito.
Danish mengangguk," gua setuju sama Dito, tapi saran gua, kejer kebahagiaan Lo sendiri, jangan mikirin kebahagiaan orang lain dulu. Kali ini gua dukung Lo buat egois, sesekali egois nggak akan buat Lo masuk neraka" ujar nya.
Rendi mengangguk seraya tersenyum tipis," makasih, Lo orang emang sahabat gua. Tanpa Lo orang gua nggak mungkin sampe dititik ini" ujar nya tulus, Rendi ingat saat kedua manusia itu membawanya kerumah sakit karna overdosis.
Dito menepuk pundak Rendi, "santai, kita sahabat. Gua kenal lo udah lama, bukan baru kemaren. Yang pasti, gua selalu di samping Lo, kapan pun lo butuh, ada pundak gua buat Lo bersandar"
"Kayak sepasang kekasih nggak sih omongan nya Dito?" Sela Danish membuat ketiga nya tertawa bersamaan.
Sahabat bukan orang yang tertawa bersama, tapi arti dari sahabat sendiri adalah orang yang mau menggapai tangan di saat berada di bawah. Bukan hanya melalui momen kebahagiaan, tapi juga saling bersahutan di dalam suka dan duka.
Rendi beruntung, sejauh ini Dito dan Danish lah yang selalu menggenggam tangan nya, menuntun nya menuju kebahagiaan lain, menarik perhatiannya dari kepenasaran kebahagiaan sebuah keluarga. Dan kembali menariknya dari jurang kematian karna keputus asaan.
_______
Jangan lupa voment and follow.
Ditunggu Rendi yang selanjutnya yah. Selamat menunaikan ibadah puasa kalian❤️
Papay❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendika [Tersedia Versi Pdf]
FanfictionKehadiran Rendi adalah beban bagi kedua orang tua nya. Itu sebab nya, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan kedua orang dewasa itu. Rendi tidak mengenal keluarga bahagia, apa lagi merasakan hangat nya sebuah keluarga. Kehidupan nya terlal...